Mohon tunggu...
Bunda Hayaa
Bunda Hayaa Mohon Tunggu... Guru - Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

Berusaha menjadi lebih baik. IG : @bundahayaa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Hilangnya Pamor Tradisi Bantengan

8 November 2022   09:41 Diperbarui: 8 November 2022   09:56 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Teringat dengan jelas dalam ingatan waktu ibu bilang, "delok an e ae bantengan, ora nambahi lek ngaji, malah penggawean e ndadi" (arti : tontonannya saja tradisi Bantengan, bukan memperbanyak dalam mengaji/ berdoa, justru aktivitasnya kesurupan terus). Sejenak terfikirkan beberapa hal yang mungkin menjadi pertimbangan ibu mengatakan demikian.

Dalam masyarakat di Kepanjen, Malang, beredar luas anggapan dan stigma buruk masyarakat mengenai tradisi Bantengan. Hal ini dilihat dari banyaknya cemoohan yang keluar dari mulut masyarakat wilayah tersebut. Bantengan bukanlah dianggap sebagai sebuah tradisi, tapi bagi mereka itu adalah tontonan yang hanya berisikan orang-orang kesurupan oleh dhanyang.

Tradisi Bantengan merupakan tradisi yang beredar luas di daerah Jawa Timur. Tradisi Bantengan dimainkan oleh dua orang yang berperan sebagai kaki depan sekaligus pemegang kepala bantengan dan pengontrol tari bantengan serta kaki belakang yang juga berperan sebagai ekor bantengan. Kostum yang digunakan biasanya terbuat dari kain hitam dan topeng yang berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu serta tanduk asli banteng. Tradisi Bantengan ini menggunakan beberapa alat musik khas jawa dalam mengiringi pertunjukan bantengan, seperti gong, kendang, gamelan, dan lain-lain.

Tradisi Bantengan yang berkembang di wilayah Kepanjen yaitu tradisi Bantengan yang selalu diwanai dengan kesurupan. Kesurupan terjadi akibat dari pemanggilan bangsa lelembut (jin, setan, arwah, dan roh-roh di alam ghoib). Saat memasuki area pertunjukan, hidung anda akan sangat mengenal aroma yang menyebar mengisi seluruh area pertunjukan. Aroma tersebut yakni aroma dupa.

Sebelum acara dimulai, kegiatan akan diawali dengan pembacaan mantra-mantra yang berisikan pemanggilan roh leluhur bantengan serta permintaan izin acara kepada dhanyang/ penunggu wilayah setempat. Puncak dalam pertunjukan Kesenian Bantengan adalah pada saat sosok Banteng muncul melawan Macan. Aksi ini menjadi puncak acara karena tingkat kesulitan dan ketegangannya berbeda dengan aksi-aksi sebelumya dan salah satu yang menjadi ciri khas dari aksi ini adalah banyaknya para pemain yang berada dalam kondisi kesurupan.

Masyarakat terbagi menjadi dua kubu dalam menanggapi Tradisi Bantengan ini. Kubu pertama diisi oleh masyarakat yang masih mencintai budaya jawa termasuk tradisi ini didalamnya. Masyarakat tersebut menganggapp Tradisi Bantengan sebagai tontonan semata.

Kubu kedua diisi oleh masyarakat yang menganggap tradisi ini sudah tidak layak untuk ditonton sebab ditakutkan tradisi ini menjadi sebuah tuntunan bagi beberapa orang yang belum mampu menyerap makna tersirat didalamnya. Kerap kali anak kecil yang memperagakan pertunjukan ini dengan teman-teman sebayanya, lantas melukai teman sebayanya dengan tanpa pengawasan orang dewasa.

Hal inilah yang dikhawatirkan oleh masyarakat kubu kedua. Sebab, sudah dari dulu bahwa tradisi merupakan tontonan sekaligus tuntunan. Apabila masyarakat menjadikan kesurupan sebagai tuntunan dalam hidup, maka dikhawatirkan mereka akan tersesat dalam jurang rayuan setan.

Referensi : https://id.wikipedia.org/wiki/Bantengan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun