Oleh : Indah Mailani dan Riana Sahrani
DI ERA MODERN, mahasiswa menghadapi tekanan yang semakin kompleks. Nilai dan IPK tak lagi cukup menjadi tolak ukur keberhasilan akademik. Ada dimensi lain yang sering luput dari perhatian: Kesejahteraan Jiwa dan Sosial.
Apakah mahasiswa benar-benar bahagia saat belajar?
Apakah mereka merasa hidupnya bermakna di bangku kuliah?
Kesejahteraan akademik mahasiswa menjadi isu penting yang kerap kali luput dari perhatian. Fokus yang berlebihan terhadap pencapaian nilai akademis seringkali membuat kampus lupa bahwa mahasiswa juga manusia yang memiliki kebutuhan psikologis dan sosial. Materi dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) oleh Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menghadirkan topik yang menyegarkan dan relevan: "Belajar Bahagia." Melalui pendekatan psikologi pendidikan, narasumber Indah Mailani, S.Psi. mahasiswa S2 Psikologi Pendidikan dari Universitas Tarumanagara, mengupas tuntas bagaimana kebahagiaan dapat menjadi kunci untuk mencapai kesejahteraan akademik.
Kebahagiaan Sebagai Fondasi Well-Being Akademik
Secara konseptual, kebahagiaan merupakan salah satu elemen penting dalam kesejahteraan atau well-being. Dalam literatur psikologi positif, terdapat dua jenis utama kebahagiaan: hedonic well-being dan eudaimonic well-being. Hedonic well-being merujuk pada emosi positif dan perasaan senang yang bersifat jangka pendek, sedangkan eudaimonic well-being berkaitan dengan makna hidup, pencapaian potensi diri, dan kehidupan yang sejahtera secara menyeluruh.
Kata eudaimonia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang bermakna "segala sesuatu yang disukai oleh makhluk seperti dewa." Dalam tradisi filsafat klasik (Socrates, Plato, dan Aristoteles), eudaimonia dianggap sebagai kebahagiaan sejati---yaitu ketika seseorang menjalani hidup secara autentik, bermakna, dan penuh refleksi. Dalam konteks akademik, mahasiswa tidak cukup hanya "senang" atau merasa puas secara sementara, melainkan juga perlu merasakan bahwa kehidupan kampus mereka bermakna dan mendukung pertumbuhan diri.
Fenomena Kesejahteraan Akademik yang Terkikis
Salah satu alasan utama mengapa topik ini menjadi penting adalah tingginya tingkat stres, kecemasan, dan demotivasi di kalangan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang merasa tertekan dengan beban akademik, kehilangan arah, hingga mengalami kelelahan mental. Padahal, kampus seharusnya bukan sekadar tempat menimba ilmu, melainkan juga ruang untuk bertumbuh, menemukan jati diri, dan merasa didukung secara emosional maupun sosial.
Dampak Positif dari School Well-Being yang Tinggi.
Studi-studi empiris mendukung pentingnya kesejahteraan akademik. Ketika school well-being tinggi, berbagai efek positif bisa dirasakan oleh mahasiswa, seperti :
1. Adversity intelligence meningkat artinya mahasiswa memiliki kemampuan untuk bangkit dari tekanan atau kegagalan (Rachmah Nur, 2016).