Mohon tunggu...
Deddy Daryan
Deddy Daryan Mohon Tunggu... Guru - Pemerhati pendidikan, menulis fiksi

HIdup ini singkat, wariskan yang terbaik demi anak-cucu.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sebutir Mutiara (13)

6 Juni 2017   09:32 Diperbarui: 6 Juni 2017   09:40 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

13.Sang Mutiara itu

Hari-hari berikutnya penuh dengan aktifitas rutin sehari-hari hingga tak terasa hari ini Dian harus bersekolah kembali. Masa liburan telah habis. Seperti biasa sehabis liburan  semua siswa dikumpulkan berbaris di halaman sekolah.

Hari pertama sehabis liburan semester kenaikan kelas, siswa akan dipanggil namanya sesuai dengan kelasnya  masing-masing. Ratusan anak-anak telah berkumpul di halaman sekolah.

Beberapa orang Bapak dan  ibu guru sibuk mengatur anak-anak yang riuh suaranya, seperti suara lebah yang terganggu sarangnya. Dian sejak tadi mencari kesana-kemari teman akrab sekelasnya, yaitu Rastri. Semua pojok sekolah dan semua ruang kelas telah dimasukinya. Ternyata Rastri memang tidak ada. “Di mana kau, Rastri?” Tanya Dian dalam hati.

Pak Arman, kepala sekolah pagi itu mulai memanggil nama-nama siswa. Di antara kerumunan murid-murid lainnya, Dian menyimaknya dengan takjim. Pak Arman memanggil nama Rastri, ternyata  Rastri memang tidak hadir ke sekolah. Untungnya Rastri  sekelas dengannya.

“Rastri, kenapa kamu nggak hadir hari ini? Bisik hatinya.

“Siapa nanti yang akan membelaku kalau anak-anak usil itu menggangguku lagi? Tanya Dian pada dirinya sendiri.

Di tengah kerumunan siswa yang hiruk-pikuk itu, Dian ingin berteriak sekeras-kerasnya memanggil Rastri. Tapi niatnya itu ia urungkan, nanti malah teman-teman sekelasnya menyangka ia gila. Tambah gawat !

Pada saat semua siswa diizinkan pulang oleh kepala sekolah, Dian bergegas dan sekarang ia berlari meninggalkan sekolah. Rumah Rastri berjarak dua blok dari gang rumahnya. Hanya sekitar 20 menit ia sampai di rumah Rastri.

Dalam keadaan nafas terengah-engah karena lelah berlari, ia dapati Rastri sedang duduk di kursi rotan yang sudah bolong anyamannya di ruang tamu rumahnya. Wajah Rastri tampak kusut, pandangan matanya sayu. Hatinya kelu. Tapi anehnya Rastri mengenakan pakaian seragam sekolah. Agak heran Dian menatap Rastri di hadapannya. Rastri memakai seragam sekolah, tapi tidak datang ke sekolah. Ada apa gerangan ini? Saat itu rumah Rastri sepi. Dian diliputi  tanda tanya mengenai Rastri, teman akrabnya ini.

“Tri ada apa dengan kamu?” Tanya Dian memberanikan diri. Rastri masih diam, pandangannya kosong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun