Mohon tunggu...
Buli Imanuel Benyamin
Buli Imanuel Benyamin Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya suka membaca, hobby nyanyi, menikmati olahraga, mengikuti dinamika politik di Indonesia dan juga tertarik mengeksplorasi dunia jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Kejujuran di Desa Malatiro : Warisan Nilai Luhur yang Hidup di Tengah Zaman Modern

9 Oktober 2025   04:29 Diperbarui: 9 Oktober 2025   03:32 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tengah derasnya arus modernisasi dan derasnya gempuran pasar digital, sebuah desa di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, masih menjaga sebuah tradisi yang membuat banyak orang kagum: Pasar Kejujuran. Desa kecil bernama Malatiro ini menyuguhkan kearifan lokal yang jarang ditemui di belahan dunia mana pun.

Berbeda dengan pasar pada umumnya yang penuh tawar-menawar, hiruk pikuk pedagang, serta transaksi tunai di bawah pengawasan penjual, pasar di Malatiro justru berdiri di atas prinsip sederhana: kepercayaan dan kejujuran.

Di sepanjang jalan poros desa, warga Malatiro menjajakan hasil bumi mereka. Ada nenas yang manis, umbi-umbian yang segar, sayuran hijau, hingga kayu bakar yang ditata rapi. Namun, tak ada satu pun penjual yang menunggui barang dagangan itu. Yang ada hanyalah tulisan harga di kertas sederhana, serta sebuah toples plastik atau kaleng kecil sebagai wadah pembayaran.

Di pasar ini, pembeli menjadi penentu integritas. Mereka memilih barang yang dibutuhkan, membaca harga yang tertera, lalu dengan sukarela memasukkan uang ke dalam toples. Tak ada pengawasan, tak ada kamera tersembunyi, hanya keyakinan bahwa setiap orang akan berlaku jujur.

Lebih uniknya lagi, para penjual tidak serta-merta memantau dagangan mereka. Mereka baru datang ke lokasi esok harinya, untuk mengambil hasil penjualan yang terkumpul di toples. Meski terkesan "rapuh" di mata orang luar, tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan warga Malatiro sejak lama. Bagi mereka, kejujuran bukanlah sekadar norma, tetapi warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.

"Orang sini sudah terbiasa, tidak ada yang merasa curiga. Semua orang percaya, karena kejujuran itu sudah diajarkan sejak kecil," tutur seorang warga setempat dengan senyum bangga.

Tradisi ini seolah menjadi subur di tengah zaman ketika banyak orang meragukan nilai kejujuran. Dari Malatiro, dunia diajak kembali percaya bahwa nilai-nilai luhur masih bisa dijaga. Pasar Kejujuran bukan hanya tempat jual beli, tetapi juga simbol kehidupan sosial yang berakar pada rasa saling percaya, kebersamaan, dan moralitas yang tinggi.
Bagi para pengunjung, suasana pasar ini bukan hanya soal membeli hasil bumi, melainkan juga pengalaman menyentuh hati: sebuah pengingat bahwa kejujuran adalah harta tak ternilai, yang jika dirawat dengan baik, akan menjadi kekuatan besar dalam menjaga keharmonisan masyarakat.
Dari Desa Malatiro, Mamasa, kita belajar bahwa kemajuan tidak selalu diukur dari teknologi, melainkan dari seberapa kuat manusia menjaga nilai-nilai kemanusiaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun