Mohon tunggu...
Mr Buldani
Mr Buldani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@BECBULDANI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Alhamdulillah Ketupatku Kali Ini Berbentuk Sempurna

2 September 2011   03:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:18 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gema takbir bekumandang diiringi suara bedug yang bertalu talu

[caption id="" align="alignleft" width="357" caption="Gema takbir bekumandang diiringi suara bedug yang bertalu talu"][/caption] Allohuakbar…allohuakbar…allohuakbar, gema takbir berkumandang riang disertai suara bedug yang bertalu-talu memecah kesunyian malam sekaligus menjadi pertanda bulan suci ramadhan segera berlalu. Setelah kurang lebih satu bulan penuh umat muslim di Indonesia melaksanakan ibadah puasa, kini tiba saatnya untuk meraih kemenangan. Ya hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Hari raya Idul Fitri 1432 Hijriyah. Hari dimana seluruh umat muslim di dunia akan kembali kepada fitrahnya. Meskipun ada perbedaan mengenai penetapan 1 syawal di Indonesia, namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat kebersamaan, persatuan dan kegembiraan umat muslim di Indonesia. Bahkan hal tersebut semakin memperkaya keragaman beragama di Indonesia. Dan aku yakin negeri ini telah sangat akrab dengan perbedaan. Jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan bukan!

Karena sesungguhnya perbedaan bukanlah hal yang perlu di besar-besarkan, perbadaan hendaklah dijadikan sebagai penguat persatuan, kesatuan dan keharmonisan antar umat beragama melalui satu sikap yang disebut toleransi.

Sungguh indahnya negeri ini ( terlepas dari masalah korupsi dan permasalahan lain yang tengah membelit) dimana setiap perbedaan mampu berjalan beriringan di tengah masyarakatnya yang beraneka ragam. Namun tentunya kita berharap di lebaran-lebaran selanjutnya kita bisa merayakan lebaran secara bersama-sama tanpa ada perbedaan dalam penetapan harinya. AMIEN

Sudah menjadi rahasia umum kalau setiap lebaran tiba, umat muslim akan larut dalam suka cita dan antusiasme yang sangat tinggi. Antusiasme masyarakat muslim Indonesia dalam menyambut dan memeriahkan hari raya Idul Fitri atau yang lebih dikenal dengan nama hari lebaran tidaklah berkurang. Terbukti dengan dipadatinya mesjid-mesjid dan lapangan-lapangan yang menjadi pusat pelaksanaan sholat ied di daerah-daerah. Walaupun ada sebagian umat muslim yang telah terlebih dahulu merayakan lebaran, namun hal tersebut tidak mengganggu kekhusukan beribadah umat muslim yang baru merayakan lebaran di hari selanjutnya. Dalam memeriahkan hari lebaran, pastinya setiap keluarga memiliki tradisi yang berbeda-beda dan cara tersendiri yang pastinya akan sangat menarik untuk diceritakan termasuk tradisi lebaran di keluargaku. Kebetulan aku dan keluarga besarku termasuk seluruh warga di kampungku merayakan lebaran sesuai keputusan pemerintah yang menetapkan lebaran jatuh pada hari rabu taggal 31 Agustus 2011. Namun tidak dipungkiri pula aku sempat kebingungan mengenai kapan pastinya hari lebaran tiba. Dan aku yakin pastinya tidak hanya aku sendiri yang merasakan hal tersebut, seluruh umat muslim di Indonesia pastinya juga mengalami hal yang sama.

Namun selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, termasuk hikmah dari perbedaan mengenai penetapan 1 syawal tersebut. Jujur bagiku hikmah dari perbedaan tersebut adalah aku jadi bisa merasakan lebaran 2 kali.

Kok bisa ya?

Ettt..tunggu dulu, jangan berpikir kalau aku merayakan lebaran dua hari berturut-turut. Maksud dari bisa merayakan lebaran dua kali adalah bisa merasakan lebaran lebih panjang dari biasanya. Begitu,,,!.

[caption id="" align="alignleft" width="360" caption="Tradisi membuat ketupat lebaran di keluargaku"]

Tradisi membuat ketupat lebaran di keluargaku
Tradisi membuat ketupat lebaran di keluargaku
[/caption] Sudah menjadi tradisi di keluargaku setiap sehari menjelang lebaran aku dan keluargaku selalu membuat ketupat untuk disantap bersama-sama keluarga besar di hari nan fitri nanti. Berhubung waktu itu belum ada pengumuman resmi dari pemerintah mengenai kapan lebaran tepatnya, aku dan keluargaku berinisiatip membuat ketupat di dua hari sebelum lebaran tiba, sehingga aku dan keluarga sudah bisa merasakan lezatnya santapan khas lebaran lebih awal. Ketupat dan opor ayam yang seyogianya baru bisa dihidangkan di hari raya, kali ini aku nikmati untuk teman makan sahur terakhirku. Untungnya aku baru membuat sedikit ketupat sehingga aku bisa membuat lagi ketupat untuk disantap secara bersama-sama keluarga besar di hari raya keesokan harinya.

Ya … setiap lebaran tiba aku selalu membuat sendiri ketupat-ketupat lebaranku. Kebetulan persis di depan rumahku terdapat pohon kelapa sehingga aku tinggal naik keatas pohon tersebut dan mengambil daun kelapa muda yang menjadi bahan baku pembuatan bungkus ketupat secukupnya.

Berbekal keahlian membuat ketupat yang diwariskan oleh mendiang ayahku, aku dan adikku merangkai helai demi helai daun kelapa muda tersebut menjadi bentuk ketupat yang siap diisi dengan beras. Ketika momentum seperti itu tak jarang aku mengingat kembali saat-saat dimana aku dan ayahku membuat ketupat bersama-sama sementara ibu dan adikku memasak sibuk memasak di dapur. Ya …tahun ini adalah tahun ke dua berlebaran tanpa ada beliau di samping kami, namun aku masih bisa merasakan kehadirannya meskipun hanya dalam perasaanku saja. Sembari jari ini merangkai helai demi helai daun kelapa muda menjadi subuah ketupat aku berpikir ternyata yang lebih penting di hari lebaran itu bukanlah baju baru atau makanan mewah. Yang lebih penting dari semua itu adalah kebersamaan. Kebersamaan ibarat sebuah ketupat, jikalau kita menarik satu bagian lebih kencang dari bagian lain maka ketupat tersebut tidak akan berbentuk sempurna. Namun jikalau kita menariksama kencang dua bagian tersebut, maka ketupat akan berbentuk sempurna rapat, kencang dan padat. Begitu pula dengan kebersamaan, perlu adanya kekompakan dan tenggang rasa untuk mencapainya.

[caption id="" align="alignleft" width="313" caption="Sholat Ied Berjamaah dengan penuh kekhusukan"]

Sholat Ied Berjamaah dengan penuh kekhusukan
Sholat Ied Berjamaah dengan penuh kekhusukan
[/caption] Keesokan harinya hari yang dinanti-nantipun tiba. Tepat pukul 06.00 WIB aku melangkahkan kakiku menuju sebuah mesjid jami yang berada tidak jauh dari tempat tinggalku. Mesjid jami tersebut adalah mesjid yang menjadi tempat pelaksanaan sholat ied berjamaah di kampungku setiap tahunnya. Setelah selesai melakukan sholat ied, aku langsung pulang ke rumah dan melakukan sungkumena kepada ibuku. Meminta maaf atas segala kesalahan yang aku perbuat pada beliau. Seketika beliaupun meneteskan air mata, Linangan air matanya membuatku terhari sekaligus lega setidaknya telah terucap kata “ Ibu memaafkan kamu nak” dari bibirnya yang menjadi tanda kasih sayang serta ampunan dari seorang ibu kepada anaknya. Setelah sungkeman kepada ibuku kemudian aku berkeliling ke rumah-rumah tetangga untuk bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan untuk kemudian kembali kerumah dan beristirahat sejenak menyantap hidangan khas lebaran sembari menanti kedatangan sanak saudara yang lain. [caption id="" align="alignnone" width="362" caption="Tradisi sungkeman lebaran"]
Tradisi sungkeman lebaran
Tradisi sungkeman lebaran
[/caption] [caption id="" align="alignnone" width="369" caption="Makan-makan bersama"]
Makan-makan bersama
Makan-makan bersama
[/caption] Tapat pukul 10.00 WIB seluruh keluarga besarku telah berkumpul di rumah ibuku. Setelah satu persatu dari mereka melakukan tradisi sungkeman kepada ibuku, barulah acara pembagian ampau dan makan-makan dimulai. Nah…ketika itulah ketupat buatanku menjadi primadona dan laris manis di serbu oleh keluarga besarku. [caption id="" align="alignleft" width="324" caption="Tradisi jiarah kubur ketika lebaran"]
Tradisi jiarah kubur ketika lebaran
Tradisi jiarah kubur ketika lebaran
[/caption] Setelah puas menyantap hidangan khas lebaran, kami sekeluarga berbondong-bondong menuju pemakaman umum untuk berziarah ke makam ayah kami. Kebetulan beliau dimakamkan di TPU (tempat pemakaman umum) yang berada di kampung sebelah sehingga kami harus berjalan kaki cukup jauh untuk menuju tempat tersebut. Bersamaan dengan berakhirnya tradisi ziarah ke makam tersebut berakhir pula kebersamaanku dengan keluarga besarku. Ya…..mereka semua pulang kembali ke rumah mereka masing-masing sesaat setelah ritual ziarah kubur berakhir.

Aku bersyukur kali ini seluruh keluarga besarku dapat berkumpul secara bersamaan di hari lebaran. Sehingga terlihat kompak dan meriah. Oleh karena itu aku bisa bilang kalau Alhamdulillah ketupatku kali ini berbentuk sempurna.

Ya..begitulah tradisi lebaran di keluargaku seru kan….! Bagaimana dengan tradisi lebaran di keluarga mu?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun