Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Membedah Novel Prasa dan Kelir, Menggugat Hati yang Kosong

2 November 2023   02:16 Diperbarui: 2 November 2023   07:59 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Novel Kelir, seperti disampaikan mas Yon, ini adalah saatnya mas Yon, yang katanya karena faktor usia yang semakin lanjut - sesuai dengan filosofi Kejawen, menjadi sebuah ajang berkontemplasi sambil mencermati dunia alam fana ini dan cawe-cawe seperlunya, salah satunya adalah dengan selalu berbuat baik, sebagai bekal kembali kepada Sang Maha Pencipta. 

Lihat saja sampul buku Kelir. Kelir dalam istilah wayang kulit Jawa merujuk pada layar putih yang membatasi antara penonton dengan dalang, koleksi wayang kulit, dan nayaga-nayaganya (penabuh gamelan dan sinden). Setelah judul Kelir, lalu nampak dua buah gunungan. Kelir dapat ditafsirkan sebagai batas antara pembaca dengan si penulis. Penulis menyampaikan kisahnya dan pembacanya dapat memiliki interpretasi yang beragam, seperti halnya kehidupan di dunia nyata. Sementara gunungan itu sendiri dalam falsafah pewayangan, memiliki arti dunia dan seisinya. Secara lebih spesifik dijelaskan bahwa gunungan itu merupakan simbol kehidupan manusia dimana setiap lukisan kulit di dalam gunungan itu melambangkan seluruh alam raya beserta isinya termasuk di dalamnya adalah manusia, flora dan faunanya - termasuk lingkungan kasat mata dan non kasat matanya.

Sayapun  memaknai kedua gunungan dalam cover novel kelir itu sebagai gambaran dunia yang kita hidup didalamnya saat ini dan dunia dimana kita akan kembali nanti ke Sang Pencipta kita. Harus balance antara kehidupan kita di dunia agar kita mengenyam kebaikan di dunia akhirat kelak. 

Sementara di Novel Prasa, terlihat menjadi hasil kontemplasi penulisnya terhadap 'fairness'nya kehidupan.  Kontemplasinya terhadap masalah-masalah pelanggaran HAM di negeri ini, demi kepentingan politik, menurutnya, menjadi dibiarkan kelabu tak berujung. Padahal, seperti disampaikannya di acara peluncuran kedua novelnya itu, seharusnya dibuka secara terang-benderang. Lalu mas Yonpun meneruskan pernyataannya, apakah kebenaran demikian menakutkan? Apakah pelanggaran HAM yang telah terjadi dan teridentifikasi selama ini perlu dimaafkan? Apakah mendewakan pemilik modal dan mempariakan petani/pihak lemah adalah sebuah kebiasaan yang baik?

Hasil kontemplasi dan gugatannya yang disublimasi menjadi kedua novel fiksi tersebut.

Walau disebut fiksi, tapi sebagian dari hadirin di acara kemarin ini meyakini bahwa buku ini adalah mengenai mas Yon - as a writer and as an novel actor as well.... Wallahualam.


Dan kita sepakat untuk sebuah pernyataan yang mengemuka pula dalam acara peluncuran & bedah novel tersebut bahwa tulisan-tulisan yang kita hasilkan, yang para kompasianer hasilkan, pun novel-novel mas Yon, akan menemukan jalannya sendiri, akan menemukan targetnya sendiri, yang penting adalah bahwa semangat upaya literasi kita semua tidak boleh padam dan tidak boleh ada yang memadamkan, agar semakin banyak hati-hati kosong akan menjadi tidak kosong lagi karena terisi oleh literasi kehidupan tulisan-tulisan kita.

Acara peluncuranpun ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada pihak PDS HB Jassin atau yang mewakili serta kepada para penanya serta tidak lupa pemateri dan para hadirin berfoto Bersama.

Ups tidak lupa ada dansa-dansi spontan oleh kelompok Ladiesiana -- pimpinan bu lies (Buncah) yang menambah semarak suasana keakraban diantara hadirin.

Selamat mas Yon Bayu Wahyono. Keep productive

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun