Mohon tunggu...
Bugi Kabul Sumirat
Bugi Kabul Sumirat Mohon Tunggu... Seniman - author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

panggil saja Kang Bugi. Suka nulis, suka ngevlog, suka ndongeng bareng si Otan atau si Zaki - https://dongengsiotan.wordpress.com. 📝: bugisumirat@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Music

Reaktualisasi dan Rekonstruksi Alat Musik Borobudur Melalu Pembentukan Masyarakat Desa Musik

17 Mei 2021   00:05 Diperbarui: 17 Mei 2021   00:10 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sound of borobudur (sumber wenbsite sound of borobudur)

Reaktualisasi dan rekonstruksi alat musik Borobudur melalui pembentukan masyarakat desa musik

Sambil menulis postingan ini, saya memasang headset yang bagus di kuping untuk dapat menikmati lantunan irama musik Borobudur dalam alunan lagu-lagu yang dilantunkan dari acara Live Performance Sound of Borobudur - yang lagu pertamanya berlabelkan 'Jataka' (salah satu kisah yang ada di relief borobudur - banyak bercerita tentang fabel/kisah yang mengambil analog tentang hewan). Mendengarkan lantunan lagu tersebut seakan-akan saya dibawa ke masa lalu, abad dimana Borobudur masih jumeneng dengan gagahnya dengan aktivitas-aktivitasnya dengan alat musik-alat musik yang masih lengkap dan dimainkan piawai oleh masyarakat di sekitar Candi Borobudur. Lagu cukup dinamis, sedinamis relief-relief candi borobudur. Lagu kedua berisi lantunan nada yang bersumberkan pada lagu dari Kalimantan, yaitu dari suku Dayak Kenyah. Dan yang menurut saya paling menyentuh adalah pada lantunan lagu ketiga, yang menampilkan lagu mengharu-biru memuja Indonesia yang gemah ripah loh jinawi ini, yaitu lagu 'Indonesia Pusaka' - sangat terasa sekali wonderful Indonesianya yang warbiasah itu. Mendengarkannya cukup membuat tubuh ini merinding terbawa aura keagungan Candi Borobudur. Live performance yang digawangi oleh kolaborasi artis-artis musik ternama Indonesia, seperti Trie utami, Dewa Bujana dan Purwatjaraka, dan lain-lain ini dapat disaksikan langsung pada Link video berikut, yang menurut mereka merupakan bentuk persembahannya kepada Ibu Pertiwi: (https://www.youtube.com/watch?v=0BFIV5yLQS8).


Yang istimewa dari kegiatan ini adalah bahwa kegiatan tersebut berusaha menampilkan representasi Candi Borobudur sebagai Borobudur Pusat Musik Dunia. Bagaimana tidak? Coba kita bayangkan informasi tentang Borobudur yang mungkin banyak kita tidak tahu. Berdasarkan informasi yang dikutip dari website Sound of Borobudur, dikatakan bahwa di Candi Borobudur terdapat ukiran-ukiran relief yang bertema musik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, di keseluruhan tubuh Candi Borobudur terdapat 200 relief yang bertemakan musik. Ke 200 relief-relief ini berada dalam parsial 40 panel. Yang luar biasanya adalah jumlah alat musik yang ditampilkan terukir dalam relief-relief tersebut mencapai jumlah 60 jenis instrumen alat musik. Alat-alat musik tersebut mulai dari jenis alat-alat musik petik, alat musik tiup, pukul hingga alat musik dengan membran.   

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ketika memberikan pernyataannya terkait Sound of Borobudur ini menyatakan seperti dilansir di akun youtubenya (https://www.youtube.com/watch?v=1c9aCENDesI), yaitu bahwa Borobudur diyakini merupakan pusat kebudayaan dunia pada masanya. Menurut Ganjar, bukti dari Borobudur sebagai Pusat Kebudayaan Dunia itu dapat dilihat dari pahatan di relief-relief pada tubuh Candi Borobudur itu sendiri. Disitu, masih menurut Ganjar, ditampilkan lebih dari 400 jenis alat musik dari berbagai jenis. Ganjarpun menambahkan bahwa alat-alat musik tersebut tidak ditemukan hanya di Pulau Jawa saja, tetapi juga dapat ditemukan atau diadopsi  di lebih dari 40 negara seperti misalnya India, Mesir, China, Korea dan Afrika.

Gerakan Sound of Borobudur (atau biasa disebut dengan Sound of Borobudur Movement) sebetulnya merupakan gerakan yang mulia, karena gerakan ini berusaha mengaktualisasikan dan merekonstruksi kejayaan di Masa lalu tersebut. Caranya adalah dengan 'menghidupkan' kembali alat-alat musik yang terpahat pada relief-relief di Candi Borobudur tersebut menjadi nyata dan dapat dimainkan. Bukan hanya dapat dimainkan terpisah, tetapi dimainkan secara bersama-sama menjadi sebuah orkestrasi yang manis dan ciamik yang saat didengarkan nanti, akan membuat para pendengarnya melanglang buana ke Candi Borobudur di masa lalu, di masa Borobudur sebagai Pusat Kebudayaan Dunia. Dengan langkah tersebut, diharapkan bangsa Indonesia dapat lebih mengenali lagi kebesaran peradaban masa lampuanya melalui pengejawantahan budaya dan ilmu pengetahuan yang diinterpretasikan melalui seni.

Dalam upayanya mengaktualisasikan dan merekonstruksi alat-alat musik Candi Borobudur tersebut, saya membayangkan bahwa di sekitar Candi Borobudur tersebut, masyarakatnya atau warga desanya, yang selama ini sudah mengembangkan diri menjadi perajin ornamen-ornamen Borobudur, ditambah lagi sejumlah guest house yang dikelola masyarakat, dapat ditambah dengan transfer of knowledge dari para musikus seperti yang tampil pada video live performance di atas kepada masyarakat tersebut, sehingga nantinya kita akan dapat menyaksikan pertunjukan musik warga desa dengan peralatan musik bersumberkan relief Borobudur tersebut dalam skala besar sebagai suatu even tahunan. Kegiatan inipun dapat meningkatkan produktivitas dan penghasilan masyarakat sekitar. Tentu konsekuensi dari kegiatan ini adalah pengadaan peralatan musik tersebut dengan harga yang terjangkau (kecuali dengan bantuan dana sponsor ataupun CSR - Corporate Social Responsibility).

Hal lain yang saya harapkan dapat terwujud pada gerakan Sound of Borobudur ini adalah sinkronisasi antara alat pada relief candi dengan alat hasil reaktualisasi/rekonstruksi tersebut. Untuk itu, kegiatan ini dapat digabungkan dengan tampilan wayang beber. Jadi Wayang Beber akan ikut dimunculkan pada pertunjukkan atau orkestrasi musik tersebut untuk menjelaskan alat musik yang digunakan itu bersumberkan pada relief candi Borobudur yang mana atau yang bergambarkan apa. Wayan Beber dalam hal ini memang dibuat spesifik untuk tujuan pengenalan alat-alat musik tersebut, agar masyarakat luas terutama yang awam dapat turut larut menikmati musik dan gambaran tentang alat musiknya dengan lebih paripurna.

Bila ini dapat terwujud dan masyarakat dilibatkan secara penuh, sangat optimis dan tidak sabar untuk melihat Candi Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia dapat terulang lagi. Kok saya jadi ingin segera ke Candi Borobudur ya, melihat kejayaannya, melihat masyarakatnya yang akan bertransformasi menjadi masyarakat desa musik sehingga kita dapat melihat sinkronnya antara relief-relief tersebut dan menikmati lantunan lagu-lagu yang dimainkannya. Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun