Pekan ini, jagat akademik ramai dengan euforia. Para dosen di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menyambut pencairan tunjangan kinerja (tukin) dengan penuh antusiasme. Media sosial dan grup percakapan akademisi ramai dengan notifikasi bank, daftar transfer, dan perhitungan nominal tukin yang diterima. Fenomena ini lumrah dan manusiawi. Tentu saja, tukin adalah bentuk penghargaan atas kinerja para pendidik tinggi yang tak kenal lelah mencetak generasi bangsa.
Namun, di tengah gelombang suka cita itu, muncul ironi yang patut kita renungkan bersama. Laporan terbaru dari Research Integrity Index (RII) menunjukkan banyak perguruan tinggi Indonesia yang berada di zona merah (red flag) dan oranye (orange flag), menandakan tingginya potensi pelanggaran integritas akademik. Plagiarisme, duplikasi publikasi, manipulasi data, hingga publikasi di jurnal predator menjadi isu laten yang mencoreng wajah pendidikan tinggi kita.
Maka, tak berlebihan jika kita bertanya: Apakah apresiasi berupa tukin sudah sejalan dengan kualitas dan integritas kinerja akademik yang ditunjukkan?
Masalah integritas riset bukan sekadar persoalan moral individu dosen atau kelemahan sistem pengawasan kampus. Ini adalah cerminan dari kebijakan nasional yang terlalu lama terjebak pada logika kuantitas. Selama bertahun-tahun, dosen dan perguruan tinggi didorong mengejar angka: berapa banyak publikasi di jurnal Scopus? Berapa banyak paten yang didaftarkan? Berapa indeks sitasi? Sayangnya, logika ini seringkali melupakan satu hal esensial, bahwa penelitian bukan tentang angka, melainkan kebenaran ilmiah dan kemanfaatan untuk masyarakat.
Sudah saatnya pemerintah sebagai pengarah kebijakan, perguruan tinggi sebagai pengelola sistem, dan dosen sebagai pelaksana tri dharma, melakukan reorientasi total. Tukin, insentif, dan penghargaan lain tidak semestinya sekadar mengukur output administratif, tetapi menilai proses ilmiah yang beretika dan berdampak. Pendidikan tinggi harus kembali kepada akar, cinta terhadap ilmu pengetahuan, bukan sekadar pemenuhan target.
Integritas riset bukan sekadar jargon, ia adalah fondasi utama dunia akademik. Tanpa itu, tukin hanya akan jadi angka di rekening, bukan penggerak peradaban.
mesin.teknik.unimma.ac.id
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI