Mohon tunggu...
Budi Waluyo
Budi Waluyo Mohon Tunggu... Dosen dan Peneliti Bahan Bakar

Dosen Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Magelang _ Kampus Swasta Unggulan di Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Euforia Tukin dan Luka Integritas di Balik Publikasi: Rangkuman diskusi kecil dosen FT Unimma

11 Juli 2025   22:14 Diperbarui: 11 Juli 2025   22:14 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13 PT di Indonesia dalam Research Integrity Risk Index (RII) . (Sumber: https://news.espos.id/)

Pekan ini, jagat akademik ramai dengan euforia. Para dosen di berbagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menyambut pencairan tunjangan kinerja (tukin) dengan penuh antusiasme. Media sosial dan grup percakapan akademisi ramai dengan notifikasi bank, daftar transfer, dan perhitungan nominal tukin yang diterima. Fenomena ini lumrah dan manusiawi. Tentu saja, tukin adalah bentuk penghargaan atas kinerja para pendidik tinggi yang tak kenal lelah mencetak generasi bangsa.

Namun, di tengah gelombang suka cita itu, muncul ironi yang patut kita renungkan bersama. Laporan terbaru dari Research Integrity Index (RII) menunjukkan banyak perguruan tinggi Indonesia yang berada di zona merah (red flag) dan oranye (orange flag), menandakan tingginya potensi pelanggaran integritas akademik. Plagiarisme, duplikasi publikasi, manipulasi data, hingga publikasi di jurnal predator menjadi isu laten yang mencoreng wajah pendidikan tinggi kita.

Maka, tak berlebihan jika kita bertanya: Apakah apresiasi berupa tukin sudah sejalan dengan kualitas dan integritas kinerja akademik yang ditunjukkan?

Masalah integritas riset bukan sekadar persoalan moral individu dosen atau kelemahan sistem pengawasan kampus. Ini adalah cerminan dari kebijakan nasional yang terlalu lama terjebak pada logika kuantitas. Selama bertahun-tahun, dosen dan perguruan tinggi didorong mengejar angka: berapa banyak publikasi di jurnal Scopus? Berapa banyak paten yang didaftarkan? Berapa indeks sitasi? Sayangnya, logika ini seringkali melupakan satu hal esensial, bahwa penelitian bukan tentang angka, melainkan kebenaran ilmiah dan kemanfaatan untuk masyarakat.

Sudah saatnya pemerintah sebagai pengarah kebijakan, perguruan tinggi sebagai pengelola sistem, dan dosen sebagai pelaksana tri dharma, melakukan reorientasi total. Tukin, insentif, dan penghargaan lain tidak semestinya sekadar mengukur output administratif, tetapi menilai proses ilmiah yang beretika dan berdampak. Pendidikan tinggi harus kembali kepada akar, cinta terhadap ilmu pengetahuan, bukan sekadar pemenuhan target.

Integritas riset bukan sekadar jargon, ia adalah fondasi utama dunia akademik. Tanpa itu, tukin hanya akan jadi angka di rekening, bukan penggerak peradaban.

mesin.teknik.unimma.ac.id

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun