Islam adalah ajaran yang mengajarkan keselamatan dunia dan akhirat. Bahkan secara dalam Islam selalu hadir dengan keindahan dan keseimbangan. Dari urusan rumah tangga yang paling pribadi hingga urusan peradaban yang paling luas, Al-Qur’an menuntun manusia untuk bertindak dengan hikmah, adab, dan tanggung jawab. Itulah yang kembali ditegaskan oleh Tuan Guru Bajang (TGB) dalam salah satu kajian siangnya yang penuh makna — ketika beliau memberikan penjelasan ayat 241–243.
وَلِلْمُطَلَّقَاتِ مَتَاعٌۢ بِٱلْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى ٱلْمُتَّقِينَ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَـٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ أَلَمْ تَرَ إِلَى ٱلَّذِينَ خَرَجُوا۟ مِن دِيَـٰرِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌۭ حَذَرَ ٱلْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ ٱللَّهُ مُوتُوا۟ ثُمَّ أَحْيَـٰهُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى ٱلنَّاسِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
Dan bagi perempuan-perempuan yang diceraikan, wajib diberi mut‘ah (pemberian) menurut cara yang patut, sebagai suatu kewajiban bagi orang-orang yang bertakwa. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memahaminya. Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, padahal mereka berjumlah ribuan, karena takut mati? Maka Allah berfirman kepada mereka, “Matilah kamu,” kemudian Allah menghidupkan mereka kembali. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur
(Al-Baqarah ayat 241–243).
Dalam ayat itu Allah berfirman, “Walil mutallaqāti mata‘un bil ma‘rūf haqqan ‘alal muttaqīn” — bagi perempuan yang dicerai, hendaklah diberi mata‘ (pemberian yang layak) dengan cara yang baik. Bukan karena belas kasihan, tapi sebagai bentuk penghormatan.
Pesan ini sederhana namun revolusioner. Islam tidak membiarkan perpisahan melahirkan kebencian. Bahkan dalam situasi pahit seperti perceraian, Islam mengajarkan adab, kasih, dan penghormatan. Haqqan ‘alal muttaqīn — ini kewajiban bagi orang-orang bertakwa.
TGB mengingatkan, dalam Islam tidak cukup berniat baik — tapi juga harus dengan cara yang baik. “Sesuatu yang bernilai bisa kehilangan maknanya jika dilakukan dengan cara yang salah,” ujarnya. Seperti memberi sambil menyakiti, atau menolong sambil merendahkan. Islam menilai amal secara utuh: dari niat, proses, hingga penyelesaian.
Salat misalnya, bukan hanya gerakan. Ia adalah latihan kesungguhan: dari wudhu yang suci, niat yang hadir, rukuk yang tenang, hingga taslim yang menutup dengan salam dan zikir. Itulah makna keindahan amal dalam Islam — bukan cepat selesai, tapi benar dan penuh kesadaran.
Ayat tentang mata‘un bil ma‘rūf menunjukkan betapa Islam memuliakan perempuan bahkan saat hubungan rumah tangga telah berakhir. Dalam pandangan Al-Qur’an, perempuan tetap berhak dihormati. Karena Islam memahami tabiat manusia — bahwa cinta sering butuh simbol, dan kebahagiaan kadang hadir melalui pemberian nyata, sekadar tanda kasih.
TGB menegaskan, jika seorang istri senang diberi hadiah, jangan disebut matre. Itu fitrah. Bahkan Rasulullah SAW bersabda, “Afdhaluṣ-ṣadaqah ash-shadaqah ‘alal ‘iyāl” — sedekah terbaik adalah untuk keluarga sendiri. Namun, beliau juga menyeimbangkan, suami memberi sesuai kemampuan, istri pun tidak boleh menuntut berlebihan. Islam selalu di tengah — lembut tapi proporsional.