Pukul 1 lewat tengah malam. HP saya bergetar. Ternyata  ada pesan melalui WhatsApp dari Pepeng. Saya pelan-pelan mulai membaca, "Jek, udah tidur lo?"
Pepeng dan saya memang sering saling memanggil dengan sebutan 'Jek'. Setahun sebelum meninggal dunia, Pepeng dan saya sering berhubungan lewat WA dan biasanya memang selalu tengah malam. Kenapa tengah malam? Karena kami berdua sama-sama mengidap insomnia. Insomnia Pepeng bahkan semakin menjadi-jadi ketika penyakit multiple schlerosisnya mulai menyerang. Kasian banget! Pepeng boleh dibilang hampir 24 jam merasa kesakitan terus.
"Belum Jek. Biasanya jam 3 baru ngantuknya dateng." Saya membalas pesan WA-nya.
"Gini Jek. Gue mau bikin buku tentang gue, tapi yang nulis orang lain. Lo mau ga nyumbang tulisan buat buku itu?"
"Wah mau banget! Siapa aja yang nulis?"
"Temen-temen semua. Ada Andy F Noya, ada Sys NS, Yayuk Pribadi, Reda Gaudiamo, Shahnaz Haque, Ikang Fawzi. Pokoknya yang mau aja."
"Wuiih keren! Tapi boleh ga gue kasih usul?"
"Boleh dong. Gimana Jek?"
"Sebaiknya lo ajak Pak Sapardi Djoko Damono untuk nulis juga."
Sapardi Djoko Damono adalah dosen UI sekaligus penyair kondang di negeri ini. Saya merasa akan banyak keuntungan apabila Sapardi juga menyumbang tulisan di bukunya Pepeng. Minta Sapardi menulis pasti sama sekali ga susah, karena dia orangnya baik banget. Apalagi salah seorang penulis buku itu adalah Reda yang juga adalah sahabat dari isterinya Sapardi.
"Oh Reda udah minta Sapardi buat nulis. Tapi Reda menghubungi isterinya bukan Pak Sapardinya."