Mohon tunggu...
Budiman Hakim
Budiman Hakim Mohon Tunggu... Administrasi - Begitulah kira-kira

When haters attack you in social media, ignore them! ignorance is more hurt than response.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Puisi Sapardi Djoko Damono untuk Pepeng

19 Mei 2015   12:29 Diperbarui: 5 Agustus 2016   00:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pukul 1 lewat tengah malam. HP saya bergetar. Ternyata  ada pesan melalui WhatsApp dari Pepeng. Saya pelan-pelan mulai membaca, "Jek, udah tidur lo?"

Pepeng dan saya memang sering saling memanggil dengan sebutan 'Jek'. Setahun sebelum meninggal dunia, Pepeng dan saya sering berhubungan lewat WA dan biasanya memang selalu tengah malam. Kenapa tengah malam? Karena kami berdua sama-sama mengidap insomnia. Insomnia Pepeng bahkan semakin menjadi-jadi ketika penyakit multiple schlerosisnya mulai menyerang. Kasian banget! Pepeng boleh dibilang hampir 24 jam merasa kesakitan terus.

"Belum Jek. Biasanya jam 3 baru ngantuknya dateng." Saya membalas pesan WA-nya.

"Gini Jek. Gue mau bikin buku tentang gue, tapi yang nulis orang lain. Lo mau ga nyumbang tulisan buat buku itu?"

"Wah mau banget! Siapa aja yang nulis?"

"Temen-temen semua. Ada Andy F Noya, ada Sys NS, Yayuk Pribadi, Reda Gaudiamo, Shahnaz Haque, Ikang Fawzi. Pokoknya yang mau aja."


"Wuiih keren! Tapi boleh ga gue kasih usul?"

"Boleh dong. Gimana Jek?"

"Sebaiknya lo ajak Pak Sapardi Djoko Damono untuk nulis juga."

Sapardi Djoko Damono adalah dosen UI sekaligus penyair kondang di negeri ini. Saya merasa akan banyak keuntungan apabila Sapardi juga menyumbang tulisan di bukunya Pepeng. Minta Sapardi menulis pasti sama sekali ga susah, karena dia orangnya baik banget. Apalagi salah seorang penulis buku itu adalah Reda yang juga adalah sahabat dari isterinya Sapardi.

"Oh Reda udah minta Sapardi buat nulis. Tapi Reda menghubungi isterinya bukan Pak Sapardinya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun