Mohon tunggu...
Budi Setiawan
Budi Setiawan Mohon Tunggu... -

Sesuatu yang kita sebut 'nasib' itu bukanlah sebuah keadaan yang permanen. Dia sangat lentur, luwes,dan reaktif. Dia berespon kepada kualitas sikap dan tindakan-tindakan kita, tanpa menyumbangkan pendapatnya sendiri. Dia 'nasib' itu, berupaya sangat netral, meskipun sebetulnya dia sangat berpihak kepada keberhasilan dan kebahagiaan kita (MT). Detail about me in http://budirich.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

The Way of Invest for NewBie

14 Januari 2010   13:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Semoga ini bisa jadi strategi dalam berinvestasi. Aamin.

Anonymous Tidak terasa tahun 2010 telah tiba, saat usia terus bertambah, saat tuntutan hidup mulai terasa, saat persaingan itu begitu dekat, disaat yang bersamaan Allah masih memberi kita nikmat untuk berfikir, belajar dan terus belajar, tetapi sejauh mana kita telah memaksimalkan potensi yang masih diberikan oleh-Nya? The biggest thank for Allah SWT.

Kegiatan ekonomi di tahun 2009 kemarin dinilai cukup berhasil oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terlebih ketika para pejuang ekonomi kita mampu mematahkan prediksi lembaga tersohor sekaliber Economist Intelligence Unit (EIU), hingga Mei 2009 lembaga tersebut memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan negatif (konstraksi) sebesar 1,4%. Bahkan angka itu lebih buruk dari prediksi sebelumnya sebesar -1,3%. Tidak hanya sampai disitu Intenational Monetary Fund (IMF) juga mengeluarkan nada yang hampir sama, meskipun tidak serendah prediksi EIU. Lembaga moneter dunia ini meramalkan pertumbuhan sekitar 2,5 % sebelum mereka merevisinya menjadi 4,0% (Kompasiana.com).

Perubahan kondisi ekonomi ini tidak hanya terjadi di negara kita, tapi hampir semua negara di dunia pernah mengalami kontraksi ekonomi, karena sejatinya perekonomian dunia ini saling terkait antara satu dan yang lain, apalagi net export itu masih menjadi variabel dalam menghitung growth domestic product (GDP) dan multiplier effect itu sudah tidak asing lagi di dunia ekonomi.

Volatile itu pernah menjelajah dunia.

Bayangan market yang terlalu volatile tak jarang membuat para calon investor “newbie” ragu untuk memulai investasi, padahal investasi itu tidak mengenal waktu, artinya kapan saja bisa kita lakukan, karena apapun kondisi ekonomi, secepat apapun pergerakan kondisi ekonomi selalu menciptakan celah-celahnya sendiri untuk mendapat keuntungan.

Mungkin tulisan yang saya kutip dari Bapak T Thoajadi, Direktur Schroder Investment Management Indonesia dalam majalah invsestor ini bisa memberikan informasi yang cukup bagi kita para pemula. Begini kutipannya “setiap siklus ekonomi memiliki jenis investasi yang lebih favorit artinya kita bisa memiliki lebih banyak aset tertentu dibandingkan dengan jenis aset lain pada keadaan tertentu.

Pada saat diantisipasi akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi, maka disarankan lebih banyak bobot investasi di kas. Saat ekonomi mulai masuk ke siklus resesi maka kita harus memulai berinvestasi ke obligasi negara (obligasi yang likuid), karena pada saat tersebut suku bunga sudah naik dan yield obligasi juga ikut naik (harga obligasi turun).

Pada saat ekonomi terus memburuk menuju titik terbawah resesi, maka kita harus mulai meningkatkan bobot investasi kita di saham dengan jalan membeli sedikit demi sedikit dan terus mempertahankan bobot investasi saham kita selama pemulihan ekonomi dan sampai masa ekspansi ekonomi.

Menjelang titik puncak dari masa ekspansi ekonomi (hal ini harus diprediksi oleh kita), mulai menurunkan bobot investasi di saham dan mulai masuk ke sektor komoditas. Dan pada saat puncak ekspansi terjadi kembali, kita lebih banyak memiliki bobot investasi yang lebih banyak di kas. Jadi kas, tidak selalu menjuadi raja, tetapi tergantung dari proyeksi ekonomi yang ada”.

Membaca penjelasan di atas mengisyaratkan bahwa sejatinya investasi itu mudah dilakukan, meskipun bagi kita para pemula agak kesulitan dalam melakukan prediksi terhadap keadaan ekonomi yang sedang terjadi saat ini, belum lagi kita sering terbatas pada akses untuk melakukan transaksi dalam setiap jenis investasi tersebut. Contohnya saham, setiap manajer investasi memiliki standar yang berbeda dalam menentukan modal awal agar kita bisa bermain saham, tetapi dengan batasan-batasan tersebut jangan membuat kita menunda untuk melakukan investasi.

Jika kita bisa mengambil hikmahnya, sebenarnya secara tidak langsung berinvestasi mengajak kita untuk memantau keadaan ekonomi makro Indonesia dan lebih baik lagi jika kita bisa memahami kondisi ekonomi global, bagaimana keterkaitan satu variabel ekonomi dan variabel lain, apa pengaruhnya jika satu komoditas meningkat ke komoditas lainnya. Oleh karena itu Jangan tunggu lama lagi teman, karena seribu mil perjalanan itu dimulai dari satu langkah kecil dan biasanya kita memerlukan usaha yang lebih keras untuk menggerakan langkah awal tersebut karena pada saat yang bersamaan mungkin kita akan menunda kesenangan kita yang sekarang.

Dedicated to Mr. J cos the way u teach macro economic, makes me love it so much, Really.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun