Mohon tunggu...
Budi Ardian Saputra
Budi Ardian Saputra Mohon Tunggu... Berdagang -

Penulis tidak naik kelas.E-mail: saputrabudiardian@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kompor Gas SBY

13 November 2016   11:31 Diperbarui: 13 November 2016   11:45 4206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengantri | sumber gambar: antarafoto.com

Jangan ambil pusing dulu sebelum membaca artikel ini. Sama sekali tidak membahas aset-aset mangkrak, tidak ada kaitannya dengan politik, apalagi gerakan 411. Saya hanya ingin jadi saksi...kompor gas. Ibu saya bilang "Kompor Gas Pak SBY", ya karena dapetnya tahun 2012, masa pemerintahannya.

Sebagai orang yang menikmati hasil kinerja pak SBY, saya ingin mengucapkan terima kasih terlebih dahulu. Karena sampai sekarang perubahan itu bener-bener terasa. Khususnya emak-emak di kampung juga bisa berhemat banyak.

Masih ingat dengan gambar di bawah di atas?

Tepat sekali. Itu adalah gambar masyarakat sedang ngantri minyak tanah. Saya juga pernah merasakan. Beli minyak tanah dengan jatah lima liter tapi ngantrinya lebih dari lima jam. Uniknya lagi, kalau beli harus pakai KTP (berasa mau kredit motor), dan kejadian ini berlangsung sangat lama. Anak-anak kecil dilibatkan keluarganya, supaya dapat jatah lebih.

Kelangkaan minyak tanah terjadi hampir diseluruh penjuru nusantara. Tentu tidak bisa dipungkiri, harganya mahal. Ada untungnya saya tinggal didesa, masih ada alternatif lain, menggunakan kayu bakar dan tungku. Kalau yang antimainstream, biasanya pakai bahan bakar solar.

Karena siang kemarin saya kehabisan gas elpiji, dan melihat ada kompor gas. Tidak tersasa, sudah bertahun-tahun umur kompor SBY ini. Apinya juga masih biru cantik, tidak pernah rusak apalagi meledak (amit-amit)! Padahal saya ingat dulu, isu pembagian kompor ini digonjang-ganjing rumah kebakaran yang terjadi setiap hari akibat kompor gas. Saya juga ikutan parno melihatnya.

Kompor gas sby, masih saya gunakan sampai saat ini (dokumentasi pribadi).
Kompor gas sby, masih saya gunakan sampai saat ini (dokumentasi pribadi).
Pertama kali saya mendapatkan benda ini. Tidak langsung saya pakai. Saya nyalakan kompor gas di halaman rumah. Konyolnya lagi, ini berlangsung berminggu-minggu. Ibu saya apalagi, ketakutannya akut. Hadeuh! pengaruh media di tv bener-bener.

Tapi sekarang semua aman-aman saja. Di situlah saya merasa ketika ingin melakukan perubahan baik. Rupanya harus menghadapi berbagai macam isu terlebih dahulu. Hebat juga proses yang dilalui, sehingga saat ini, sudah banyak ibu-ibu yang beralih ke kompor gas. Masak apapun juga lebih cepat.

Lalu tidak ada lagi berita ngantri minyak tanah. Minyak itu sekarang benar-benar menghilang. Bahkan di Kabupaten saya tinggal, tidak semua toko menyediakan.

Kompor gas saat ini ada dimana-mana. Mungkin ada juga kompor gas SBY sudah diganti dengan merek dan kualitas yang lebih bagus. Masyarakat sudah nyaman menggunakannya, tidak ada rasa cemas -- mulai dari desa hingga kota, semua sepakat kalau kompor gas bisa menghemat uang belanja jika dibandingkan menggunakan minyak tanah.

Bolehlah ini jadi cerita anak cucu! :)

Salamku

Budi Ardian Saputra

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun