Reformasi Polri kembali jadi perbincangan panas setelah muncul dua versi tim yang berbeda arah. Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo lebih dulu membentuk Tim Reformasi yang seluruh anggotanya berasal dari perwira tinggi Polri. Namun, publik menilai tim ini tidak lebih dari formalitas karena minim transparansi dan hanya melibatkan orang dalam. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah Kapolri benar-benar serius membenahi institusi atau sekadar melindungi lingkaran internalnya.
Sebaliknya, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan langkah yang lebih serius dan terbuka. Ia menyiapkan komite reformasi Polri yang beranggotakan akademisi, tokoh sipil, hingga mantan perwira yang sudah pensiun. Komposisi ini dianggap lebih independen karena melibatkan suara dari luar kepolisian. Dengan demikian, rekomendasi yang dihasilkan diyakini lebih objektif dan menyentuh akar persoalan. Sikap presiden ini menegaskan bahwa reformasi Polri adalah agenda negara, bukan sekadar urusan internal kepolisian.
Kehadiran Mahfud MD dalam komite bentukan presiden memperkuat legitimasi. Mahfud dikenal sebagai tokoh hukum yang tegas dan berani mengkritik penyimpangan aparat. Meski sempat menjadi lawan politik Prabowo di Pemilu lalu, Mahfud tetap dilibatkan karena integritasnya. Kehadirannya membuat komite ini dipandang lebih kredibel dan independen, sekaligus menjadi bukti bahwa presiden tidak ragu merangkul siapa pun demi kepentingan bangsa.
Namun yang menarik, Tim Reformasi bentukan Kapolri tetap dipertahankan meski pemerintah menegaskan hanya ada satu tim resmi di bawah presiden. Publik pun mulai bertanya-tanya, apakah ini bentuk pembangkangan halus dari Kapolri atau justru ada agenda tersembunyi yang sengaja ditutupi. Sebab, jika reformasi benar-benar ingin berhasil, seharusnya Kapolri tunduk pada arahan presiden, bukan membuat langkah yang justru menimbulkan kerancuan.
Pada akhirnya, arah reformasi Polri kini terbelah antara jalur presiden yang serius dan terbuka dengan jalur Kapolri yang tertutup dan penuh tanda tanya. Publik menaruh harapan besar pada komite bentukan Presiden Prabowo Subianto bersama Mahfud MD. Sebaliknya, tim internal Kapolri kian dipandang sebagai simbol perlawanan terselubung sekaligus pertaruhan besar terhadap loyalitas institusi Polri kepada kepala negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI