Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pentingnya Rutin Periksa Kesehatan Mulut dan Gusi

17 Oktober 2025   08:08 Diperbarui: 17 Oktober 2025   07:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rutin Periksa Kesehatan Mulut dn Gusi (diolah dari Foto oleh Mbak Icha @nourisha_martha)

TINGGAL geraham rahang kanan atas lumayan utuh, satu yang paling belakang sudah tanggal. Rahang kanan bawah dan kiri atas, ompong. Di rahang kiri tersisa sedikit geraham: dua di bawah; dua setengah di atas.

Maka, rahang kanan cenderung untuk mengunyah, terutama makanan padat. Sementara rahang kiri mengunyah yang lunak.

"Meski ompong sebelah, usahakan mengunyah di kiri kanan rahang," perintah bu dokter gigi Puskesmas.

Katanya, dua rahang digunakan untuk mengunyah, agar otot-otot bekerja seimbang. Nurut aja, daripada dicabut lagi. Ketakutan ke dokter gigi adalah awal kehancuran geraham.

Dulu saya mengunjungi dokter gigi setiap enam bulan. Apalagi setelah muncul keluhan sakit gigi. Tidak ada yang bolong. Geraham belakang tumbuh miring menabrak gigi lebih depan.

Tiap kali tumbuh, tiap kali itu pula terasa sakit hebat. Kenapa juga gigi tersebut baru tumbuh setelah saya dewasa banget?

Pada pertengahan tahun 1990an itu, dokter gigi merujuk ke dokter spesialis bedah mulut. Mencabut gigi belakang bermasalah melalui pembedahan gusi.

Aman. Setelah itu bisa enak beraktivitas; tidur nyenyak. Lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. Sakit gigi bikin gak enak makan. Gak bisa tidur. Gak enak ngapa-ngapain.

Cuman, ya itu. Gigi tidak sakit, membuat kunjungan ke dokter makin sedikit. Lama-lama tidak.

Alasannya, sibuk. Sesungguhnya, saya takut disuntik. Jarum kecil akan menusuk gusi terasa seperti samurai akan mencincang tubuh. Mengerikan!

Gigi rada ngilu didiamkam. Membiarkan pengeroposan terjadi pada tulang putih pada gusi membuatnya rontok, ketika mengunyah makanan keras (kacang goreng, kerupuk).

Geraham bolong, bahkan beberapa kali biji jambu tertinggal di dalamnya. Jadilah saya susah payah mencungkilnya dengan tusuk gigi.

Napas jadi bau, meski rajin gosok gigi setelah makan. Terkadang ditambah cuci mulut dengan obat kumur antiseptik.

Ya iyalah! Lha wong sisa-sisa makanan bersembunyi di balik gigi keropos dan bolong. Mereka merupakan santapan bakteri pembusuk.

Beberapa purnama lalu, persoalan sakit gigi menghantui. Membuat lupa makna sakit hati.

Enam bulan lalu ke dokter gigi di Puskemas Merdeka, Kota Bogor. Sebelum mencabut geraham bermasalah, drg Riya melakukan pemeriksaan dengan tensimeter.

Ternyata tekanan darah saya terlalu tinggi untuk tindakan cabut gigi, sehingga ia merujuk ke dokter bedah mulut di RS Salak. Sisa geraham dan yang keropos dicabut.

Aman. Gigi tidak membuat ulah hingga bulan depannya. Sakit betul! Tensi tinggi lagi, padahal geraham mesti dicabut!

Sekali lagi dokter gigi di Puskesmas merujuk ke dokter bedah mulut di RS Salak. Dokter yang sama mencabut gigi geraham di rahang kiri atas.

Operasi ini berlangsung lebih lama dibanding sebelumnya. Beberapa kali gigi keropos patah, tidak bisa sekali cabut. Terasa sakit pula, berhubung pengaruh bius lokal mulai berkurang.

Beres? Tidak juga. Saat menyantap lotek (kata orang Bogor, gado-gado atau pecel) beberapa hari sesudahnya, tiba-tiba ...mak pletaaak! Geraham rahang atas patah. Ngilu!

Terpaksa salad lokal itu ditelan bulat-bulat tanpa dikunyah.

Ke Puskesmas, drg Tantri (koleganya drg Riya) melakukan tindakan pencabutan, setelah menyuntikkan obat bius lokal lebih sedikit dari biasanya.

Cuma sebentar. Dokter mencabut setengah bagian gigi yang patah menggantung pada gusi. Separuhnya lagi masih kuat.

Sekarang aman. Tidak sakit gigi lagi. Siap menerima sakit hati lagi ...hehehe, enggak lah!

Ternyata, perawatan kurang baik dan tidak rutin memeriksakan kesehatan gigi berakibat buruk. Salah satunya, terjadi pengeroposan hingga hilangnya sejumlah geraham.

Di situlah saya baru menyadari pentingnya merawat kesehatan mulut dan gusi, dengan rutin mengunjungi dokter gigi.

Pertanyaan untuk Fery Setiawan drg., M.SI:

  • Selain memeriksakan rutin ke dokter gigi, bagaimana sebaiknya perawatan gigi agar tetap utuh?
  • Apakah mesti menghindari makanan dan minuman tertentu?
  • Atau, mungkin ada bahan (alami maupun pabrikan) demi menjaga kesehatan gigi dan mulut.

Terima kasih dokter Fery, telah berkenan membaca dan menjawab pertanyaan tersebut.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun