Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Perhatikan 5 Hal Ini Sebelum Berinvestasi di Usaha Milik Teman

6 Februari 2023   21:07 Diperbarui: 7 Februari 2023   12:47 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar teman baik menawarkan investasi oleh Tumisu dari Pixabay

Teman baik minta kita agar menanam modal di usahanya. Dengan janji keuntungan menggiurkan. Mau menolak, tapi segan. Menyanggupi, khawatir risikonya. Dilematik. Bagaimana menghadapinya?

Keluar dari ruang sejuk Nganumart, seorang pria berbadan subur menyapa. Akrab. 

Saya gagal menemukan serpihan ingatan yang tercecer entah di mana, kendati telah mengaduk-aduk ruang di dalam kepala.

"Tidak ingat juga? Saya, Har (nama disamarkan). Tinggal dekat sini."

Ibarat air es disiramkan ke besi membara, memori serta-merta bangkit. Ia tinggal hanya lima ratus meter dari rumah saya. Saya ingat, seperempat abad lalu bertemu di kantornya.

Selama itu pula Har sengaja tidak muncul di khalayak. Maka dari itu saya tidak pernah berjumpa. Pernah ding sekali melihatnya dari kejauhan. Menggunakan pakaian tertutup. Bergerak terburu-buru.

Mengapa mesti sembunyi-sembunyi?

Satu ketika pada tahun 1995 di halaman rumahnya terlihat beberapa sedan bagus. Bukan kendaraan tamu.

Sebelumnya saya mengerti keadaan Har tidak demikian. Memakai satu VW Combi (It's not a car! It's a Volkswagen) bergantian dengan adiknya.

Di satu kesempatan lain, saya diundang ke kantornya. Ternyata Har membuka usaha perdagangan dengan pembeli dari luar negeri. Belum terlalu lama beroperasi, namun telah berkembang pesat.

Usaha pengiriman komoditas ke Vietnam dengan keuntungan bagus. Mobil-mobil di rumah, kantor dengan pegawai sibuk, menggambarkan kemajuan tersebut.

Kemudian Har menunjukkan surat permintaan barang, invoice, dan dokumen lain dalam rangka membangun keyakinan agar saya menanamkan uang dalam usahanya. 

Ia menyodorkan keuntungan menggairahkan, namun entah kenapa saya bergeming dengan alasan:

Pertama, saya tidak memiliki persediaan uang dingin)* untuk berinvestasi.

Kedua, nalar saya mengingatkan bahwa betapa lebar margin ditawarkan. Jangan-jangan merupakan investasi jangka pendek dengan risiko tinggi, kendati dipropagandakan punya gain bagus.

Itu pertemuan terakhir dengan Har. Sekian lama saya sibuk berkarier di Jakarta. Kembali ke Bogor ketika membangun usaha sendiri. 

Saat itulah beberapa kali saya berjumpa dengan kawan-kawan "korban" usaha Har.

Beberapa teman menanam uang di ladang usaha milik Har. Berharap akan tumbuh buah manis, kenyataannya: zonk!

Har sepertinya memanfaatkan lingkaran pertemanan sebagai sumber pembiayaan usaha. Entah bagaimana mekanismenya, uang ditanam akhirnya lenyap ditukar janji.

Kantor tutup. Pegawai terlantar. Har buron tanpa diketahui rimbanya.

Investasi bodong. Boro-boro keuntungan, teman-teman menanam uang hanya untuk tidak dibayar.

Tawaran investasi usaha semacam itu berasal dari teman, kenalan baik, kerabat dekat. Muncul rasa tidak enak, apabila menolak. Timbul kekhawatiran, jika menyanggupi menanam modal. Situasi membingungkan. 

Bagaimana cara menghadapinya?

Menurut pemahaman saya, sebelum itu perhatikan hal sebagai berikut:

  • Memeriksa legalitas, apakah perusahaan memiliki izin menghimpun dana masyarakat.
  • Menakar penawaran keuntungan wajar, ditimbang-timbang dengan umumnya imbal hasil investasi resmi.
  • Tidak gampang tergoda iming-iming investasi dengan imbal hasil sangat bagus. Takada hasil tinggi dengan risiko rendah kecuali disodorkan oleh investasi bodong. Ingat: high risk high return, risiko sebanding dengan hasil!
  • Apabila ingin membantu usaha teman, kenalan, kerabat dengan menjadi love investor atau angel investor, maka baiknya dibicarakan lebih rinci mengenai kegiatan usaha tersebut. Termasuk memeriksa dokumen serta membicarakan dengan tuntas tentang cara kerja usaha, rencana pengembangan, target pengembalian modal, dan seterusnya.
  • Menilai, adakah kompensasi ditawarkan oleh usaha bila terjadi gagal bayar.

Begitulah kira-kira celah yang mesti diperhatikan sebelum menanamkan uang kepada usaha milik teman, kenalan baik, atau kerabat dekat.

Bagaimanapun --berapa pun skalanya-- investasi semacam itu mengandung risiko. Sebaliknya, mungkin saja ia menggariskan keuntungan bagus bagi kedua belah pihak di masa depan.

Menolak atau menyanggupinya? Tergantung kebijakan Anda dalam memilih.

)* Uang dingin, simpanan dana yang dalam waktu mendesak akan tidak digunakan atau untuk keperluan darurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun