Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Taburan Serundeng Membuat Soto Ayam Ini Terasa Istimewa

29 Desember 2021   17:51 Diperbarui: 29 Desember 2021   17:57 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semangkuk soto ayam kampung dan nasi putih (dokumen pribadi)

Rasa soto ayam kampung ini istimewa. Perpaduan gurih, bumbu pas, dan taburan serundeng membuat lidah tidak bosan menyesapnya sampai habis.

Berbeda dengan rasa soto yang pernah saya cicipi sebelumnya. Dulu saya sering menyantap soto produk sebuah depot di Setiabudi, Jakarta Selatan, karena berada di dekat tempat tinggal. Memang tersohor enak sih.

Atau soto ayam di sekitar pasar Santa, Jaksel, di mana sambil menunggu, kita bisa ngemil tempe goreng masih anget. Juga sesekali menikmati soto Ambengan Blok M. Tidak lupa mencicipi soto Padang di pasar Pramuka, Jakarta Timur.

Mungkin masih ada beberapa jenis soto lain yang pernah saya rasakan, seperti soto Kudus, soto Semarang dan lain-lain yang saya sudah lupa. Di kota hujan saya cukup akrab dengan soto santan kuning, soto bening, dan soto mie khas Bogor. Terakhir menjajal soto rempah Bu Nelly yang luar biasa aroma dan rasanya.

Baca juga: Soto Rempah yang Enak dengan Harga Murah

Saya tidak sengaja menemukan soto dengan citarasa istimewa. Artinya, saya belum pernah mengecap rasa unik yang ditimbulkannya. Rata-rata olahan soto kampung memang enak, tetapi soto kampung yang satu ini kuahnya terasa sangat enak bagi lidah saya.


Mencari olahan soto adalah obsesi saya sejak lebih dari sepekan lalu, berkaitan dengan penebusan rindu dan proses penyembuhan flu. Tetapi apa daya keinginan itu tidak tercapai.

Baca juga: Menebus Rindu dan Meredakan Gejala Flu dengan Kwetiau Yamin

Selasa kemarin saya berjalan kaki ke toko langganan untuk membeli camilan kiloan. Selisih harga dengan kudapan serupa di minimarket cukup signifikan. Misalnya, seperempat kilo satu jenis camilan dihargai Rp13 ribu, sementara di minimarket dengan uang itu diperoleh barang sama dengan berat 100 gram atau kurang. Lumayan. Abaikan dulu kualitas kemasan.

Toko camilan kiloan (dokumen pribadi)
Toko camilan kiloan (dokumen pribadi)

Pulangnya saya tengok kiri kanan barangkali ada penganan menarik untuk dicicip. Sebetulnya sudah sarapan, tapi ya itu namanya orang baru sembuh dari sakit kan ada keinginan untuk makan enak. Recovery.

Tiba di depan deretan ruko ada gerai penjualan Chinese Food. Ah terlalu pagi untuk makan berat.

Ruko kelima menarik perhatian. Di depan terdapat pikulan khas penjual soto gaya Jawa Timur. Pada dinding atas bukaan ruko menempel tulisan warna kuning "Soto Ayam Kampung" di atas dasar bahan berwarna hijau tua. 

Pikulan khas penjual soto (dokumen pribadi)
Pikulan khas penjual soto (dokumen pribadi)

Pandangan itu kemudian menyeret saya ke dalam. Belum ada pembeli lain. Setelah bertanya beberapa hal, saya memesan satu mangkuk soto dan setengah porsi nasi putih.

Menurut penuturan pelayan rumah makan, soto ayam kampung merupakan cabang dari makanan serupa di jalan Pandaan Malang. Saya belum pernah merasakannya. Searching di Google pun gagal memperoleh gambaran utuh mengenai soto tersebut.

Baiklah. Semangkuk soto dan setengah piring nasi bertabur bawang goreng tersaji di hadapan bersama condiments (irisan jeruk nipis, sambal, kecap, garam). Ukuran mangkuk soto lebih besar daripada cawan bakso, bubur, atau soto jenis lain. 

Kuah berwarna agak kecokelatan nyaris mencapai bibir wadah. Saya khawatir tidak bakal menghabiskannya. Sejenak saya mengaduknya. Terdapat setengah telur rebus, kecambah (tauge), potongan daun kubis (kol), irisan kentang rebus yang digoreng, suwiran daging ayam kampung, dan serundeng.

Serundeng? Bukan koya? Ya serundeng, kelapa parut sangrai yang ditumbuk halus. Inilah yang membuat rasa soto kampung di tempat ini menjadi berbeda. Terkecap kesan gurih khas kelapa sangrai, bukan seperti santan yang menguasai lidah.

Mungkin sedikit mirip dengan Topak Ladheh atau Coto Makassar dengan komposisi lebih ringan. Meski kecokelatan, kuahnya tidaklah keruh. 

Oh ya, hampir lupa. Di dalam kuah terdapat bawang putih goreng. Menambah rasa gurih. Saya teringat, taburan bawang putih goreng merupakan ciri dari soto Jawatimuran.

Selain itu, konon, penyedap rasa alami berasal dari udang. Saya sempat mendapat resep rahasia itu dari pemilik salah satu gerai soto terkenal. Daging udang kupas dicacah dan disangrai sampai kering. Lalu dicampur bumbu-bumbu.

Sayangnya pemilik soto ayam kampung ini merahasiakan komposisi bumbu. Kemungkinan warna kecokelatan dari kuah berawal dari bumbu-bumbu yang sudah disangrai atau dibakar, kemudian dihaluskan dan ditumis dengan sedikit minyak. Memang kuahnya tidak sangat berminyak.

Rasanya? Terhidu aroma yang tidak sekuat soto rempah, tapi merangsang penciuman untuk segera menghirup kuahnya. Bumbu terasa berimbang, tidak ada yang lebih menonjol dibandingkan yang lain. Komposisinya pas banget.

Gurihnya kaldu ayam kampung sangat dominan. Tidak berat seperti soto yang terbebani dengan gurihnya santan. Ada terkecap tipis-tipis rasa khas kelapa sangrai. 

Soto ayam kampung sudah tandas (dokumen pribadi)
Soto ayam kampung sudah tandas (dokumen pribadi)

Duh, kebanyakan ngomong jadi aja kuah dalam mangkuk besar itu tandas. Sayang sendoknya keras. Kalau enggak....

Kok sepi? Ya iyalah. Lha wong baru jam sepuluh pagi. Lagi pula rumah makan soto ayam kampung itu baru beroperasi kurang dari dua bulan terakhir.

Satu kritik saya, tulisan dan tanda yang menunjukkan keberadaan soto ayam kampung amatlah kurang. Nama spesifik pun tidak tampil jelas. Beda dengan rumah makan Chinese Food di sebelah dengan papan nama provokatif.

Meski mereka sudah memanfaatkan media sosial dalam strategi promosi, juga fasilitas take-away dalam penjualan, menurut saya cara-cara konvensional harus tetap dilakukan. Semisal, signage atau papan nama provokatif; pemasaran dari mulut ke mulut; dan marketing effort yang masih terjangkau dilakukan.

Paling tidak, strategi marketing mampu membawa costumer dan calon pembeli masuk ke rumah makan soto ayam kampung. Kemudian bagian operasional bertugas melayani customer sebaik-baiknya, sehingga lama-lama pembeli tersebut kembali lagi menjadi pelanggan.

Basis pelanggan dapat membesarkan sebuah rumah makan atau bisnis kuliner.

Saya sendiri merasa puas dengan entertainment rasa diberikan. Dalam waktu tidak terlalu lama saya akan kembali lagi ke rumah makan tersebut.

Komposisi pembentuk kuah dari kaldu ayam kampung, ditambah taburan bawang putih dan serundeng, menjadikan soto ini terasa istimewa. Baik aroma maupun rasa. 

Dengan harga Rp20 ribu untuk semangkuk soto dan setengah porsi nasi putih, soto ayam kampung ini benar-benar istimewa. Tidak perlu diragukan.

Bukan iklan! Bagi yang ingin mencicipi boleh datang ke rumah makan soto ayam kampung (bahkan saya lupa namanya) yang terletak di jalan Tentara Pelajar, Kota Bogor.

Siapa tahu kelak Anda menjadi pelanggannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun