Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kasus Kehilangan Hewan Peliharaan yang Paling Perih

12 November 2021   20:55 Diperbarui: 12 November 2021   21:24 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memelihara hewan bukan merupakan kesenangan tersendiri dalam keluarga. Kalaupun ada, enam atau tujuh kucing buangan beranak-pinak sampai tua karena diberi makan. "Tidak sengaja" dirawat.

Kucing tua menghilang sulit diketahui keberadaannya. Tidak ada jejak. Kucing menggaib digantikan oleh anak kucing baru dilahirkan, atau sengaja disingkirkan oleh manusia tidak bertanggung jawab. Demikian seterusnya.

Ada masanya kucing-kucing berteman dengan seekor kelinci yang entah datang dari mana. Tidak bertahan lama. Playboy berbulu putih itu tidak memiliki teman sehati. Juga tidak mampu beradaptasi dengan iklim hujan. Taksampai setahun, ia meninggal. Dikubur di halaman rumah.

Pada tahun-tahun sangat lama, orang tua saya sempat memelihara ayam kampung. Bukan unggas istimewa seperti ayam Bangkok atau ayam hias lainnya. Bukan.

Untuk apa?

Mungkin untuk lucu-lucuan. Bukan sebagai bahan opor. Kami sekeluarga tidak akan tega memakan hewan peliharaan sendiri. Ayam yang sudah berakhir hidupnya, dikubur.

Biasa saja. Sedikit saja merasa kehilangan.

Namun kehilangan hewan peliharaan satu ini menggedor-gedor rasa sedih mendalam. Dalam jangka waktu lama menjadi pikiran semua anggota keluarga.

Suatu ketika sepulangnya dari turne)* ke Kupang, ayah saya membawa seekor hewan lucu. (Selamat Hari Ayah, di alam sana).

Unggas mungil itu tampak lucu dan tampan, seluruh bulunya berwarna hitam mengkilap, dengan paruh kuning agak oranye dengan strip kuning di sekitar mata, kuping, sampai ke bagian belakang tengkuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun