Lantaran itu, Fulan berambisi menduduki jabatan ketua sebuah asosiasi, dengan segala cara.
Tentang ini, baca juga:Â Hindari Lingkungan Kerja Toksik dengan Asosiasi Non-asosiasi
Pada komunitas lain Fulan juga berbuat demikian. Sebagian berhasil mendudukkannya sebagai ketua.Â
Akan tetapi tidak demikian pada kumpulan lain. Banyak teman di lingkungan komunitas itu lebih memandang reputasinya, karena Fulan:
- Terbiasa menjelekkan orang lain ketika berbeda pendapat atau kehendak dengannya.
- Kerap menggunjingkan teman lain di belakangnya.
- Membesar-besarkan kemampuan sendiri kepada "orang baru" dalam komunitas, dalam rangka meraih simpati atau dukungan.
- Banyak omong dengan capaian nyata yang minim.
- Kadang berambisi keterlaluan tanpa mengukur kemampuan, ibarat pungguk merindukan bulan.
- Dan berbagai citra yang melemahkan reputasinya.
Akibat reputasi yang buruk, semakin lama orang semakin tahu tentang karakter Fulan. Beberapa teman "apkiran" atau limpahan dari Fulan merapat ke saya dan kemudian menjadi sahabat sampai sekarang. Sementara, keberterimaan dan networking Fulan menyempit.
Pada akhirnya, perbuatan, watak, dan perilaku seseorang akan membentuk figur atau citra menurut opini umum. Resultante dari citra yang menghasilkan reputasi dalam pandangan publik.
Citra akan berbanding lurus dengan reputasi. Apabila citra umum bersifat positif, maka reputasi orang tersebut juga positif. Demikian sebaliknya.
Bangunan kredibilitas dan networking yang susah payah dirakit dengan personal branding seketika bisa ambruk, karena orang lain atau publik melihat reputasi sesungguhnya yang bersifat buruk.
Jadi, cara membangun personal branding akan sia-sia, manakala reputasi tidak dijaga baik. Resultante citra itu sebangun dengan nilai-nilai yang dikandung promosi diri. Cara membangun personal branding mestinya seirama, senapas, dan berkorelasi positif dengan reputasi.