Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seorang Pria yang Kehilangan Selera

30 Maret 2021   07:07 Diperbarui: 30 Maret 2021   07:14 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto mobil adalah dokumen pribadi, diambil dari laman FB Budi Susilo

Takambil pusing, petugas tersebut melanjutkan mengetik, semakin lama semakin cepat tanpa tanya, sembari menahan tawa sampai kertas laporan dicetak.

Sambil berjalan menuju parkiran, pria yang kehilangan selera itu mendengar suara cekikikan petugas tersebut, yang dengan cekikikan pula bercerita kepada temannya. Lalu dengan cekikikan teman petugas itu bercerita lagi kepada teman-temannya. Lantas teman-teman dari teman petugas itu cekikikan beramai-ramai.

Gema koor cekikikan dari satu kantor polisi terdengar gegap-gempita, kendati pria yang kehilangan selera itu telah meninggalkan halaman parkir. Tapi pria itu sama sekali tidak merasa rendah diri atau terhina.

Lha wong seleranya sudah hilang.

Ia juga takhendak melaporkan kasusnya kepada kantor polisi lainnya. Ia meyakini, bahwa dalam waktu sesingkat-singkatnya berita tentang seorang pria yang kehilangan selera telah menyebar ke seluruh jawatan kepolisian di kota ini.

Bisa jadi juga berita itu sudah sampai ke telinga wartawan yang dengan cepat menyergap berita janggal dan memuatnya ke dalam menu utama. Kemudian berita tentang pria yang kehilangan selera demikian cepat menjadi viral di linimasa.

Tapi sekali lagi, ia tidak merasakan sesuatu apapun yang dapat mengganggunya, sampai tiba di rumah dalam keadaan bugar tanpa rasa lelah sedikit pun jua.

Lha wong seleranya sudah hilang.

Meskipun segala rasa kepada segala-galanya telah lenyap, namun pria yang kehilangan selera itu masih bisa mengingat segalanya dengan jelas dan terinci, mengenai peristiwa yang telah dilaluinya dari semenjak sore pulang kantor sampai dengan malam tadi.

Tepat ketika langit bercahaya jingga kemerahan -- manakala matahari yang sudah lelah, setelah seharian menyiramkan teriknya kepada bumi dan hendak merebahkan diri di balik gunung berselimut kelam, berlatarbelakang hamparan sawah terbelah jalan, di mana di sisinya ada sebuah rumah, sepi tersendiri di bawah sebuah pohon-- pria itu tidak langsung pulang.

Pria yang saat itu belum kehilangan selera mengendarai mobil menuju bengkel, dan pada sepanjang perjalanan ia bisa merasakan keindahan alam jingga kemerahan, kenangan masa kecil, dan kerinduan tentang rasa cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun