Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memperadabkan Etika Bersepeda agar Selamat saat Berkeringat

19 Maret 2021   13:58 Diperbarui: 19 Maret 2021   18:57 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto 3 macam sepeda yang teronggok di gudang (dokumen pribadi)

Sepeda adalah barang mewah ketika pertama kali dibawa oleh pemerintah kolonial ke Batavia pada tahun 1890. Ia pun merupakan simbol status sosial, ketika tidak semua orang mampu menjangkau harganya.

Kereta angin, yang kemudian menyebar ke kota besar lain, hanya dimiliki oleh orang Belanda, saudagar China, dan keluarga kerajaan. 

Pada perkembangan berikutnya, penggunaan kendaraan tenaga manusia meluas menjadi moda transportasi rakyat, alat angkut barang, dan perangkat olah raga.

Lebih dari satu seperempat abad keberadaannya di Indonesia, kereta angin tanpa mesin dikayuh penunggang (yang konon bisa mengeluarkan angin) itu demikian populer di segala lapisan rakyat Indonesia. 

Dalam masa itu pula, sempat ditempelkan peneng pada kerangka sepeda, sebagai penanda pelunasan pajak.

Saat ini penggunaan sepeda menjadi marak kembali, setelah sebelumnya sempat muncul tren bike to work. 

Seiring dengan kecenderungan-kecenderungan tersebut, lahir komunitas pesepeda sebagai ajang mengekspresikan hobi dengan berkumpul dan berkonvoi ke berbagai tujuan.

Mengikuti kebutuhan pesepeda, maka ditawarkan berbagai jenis sepeda di pasaran, antara lain:

  1. Sepeda Balap. Berbodi serta menggunakan roda ramping dan ringan, sepeda ini mampu melaju 60 Km per-jam dan digunakan untuk tujuan balapan jalan raya.
  2. Sepeda Gunung. Mountain Bike yang berkerangka kekar, bertapak ban lebar bergerigi, memiliki multigear 30 kecepatan, dan biasanya dilengkapi dengan shockbreaker. Diperkenalkan pada tahun 1970, sepeda gunung itu cocok untuk merambah daerah berbatu dan berkontur tanah.
  3. Sepeda Hibrida. Merupakan pertautan antara kekuatan sepeda gunung dengan kecepatan sepeda balap. Sepeda untuk jalan raya dan segala permukaan ini cocok digunakan dalam bersantai bersama komunitas.
  4. Sepeda BMX. Berasal dari singkatan bicycle moto cross, dirancang lebih kecil, ringan, dan kompak yang biasanya digunakan untuk unjuk keterampilan (free style). Juga dipakai dalam adu kecepatan di sirkuit yang dilengkapi rintangan tertentu. Sewaktu masih SD sampai SMP, saya menggabungkan 2 sepeda mini menjadi sepeda BMX kw-11. Lumayan, bisa unjuk kemampuan pada ajang balap grass track di Surabaya, Singosari, Malang, Blitar.
  5. Sepeda Onthel. Merupakan sepeda keluaran lama yang menjadi barang antik. Sepeda berjenis jengki, yang bukan jengkol, ini digunakan di jalan raya dengan rute pendek. Biasanya pengendaranya juga menggunakan kostum kuno untuk menguatkan kesan antik.
  6. Sepeda Fixie. Kerangka dan rodanya nyaris serupa sepeda balap, dengan perbedaan pada stang dan gear. Gigi depan dan belakang masing-masing berjumlah tunggal. Uniknya, gigi belakang fixed, gigi mati yang tidak bebas, sehingga gerakannya akan mengikuti gaya gerak kayuhan. Ketika pedalnya dikayuh ke depan, sepeda bergerak ke haluan. Demikian sebaliknya, digowes ke belakang ia bergerak menuju buritan.
  7. Sepeda Touring. Sepeda untuk penggunaan jalan raya yang dilengkapi tempat penyimpanan barang dan minum untuk menempuh perjalanan jauh. Sekitar tahun 1990-an, saya sempat ikut-ikutan tren Bike to Work, ke kantor mengendarai sepeda. Juga untuk meramaikan car free day di Sudirman-Thamrin, Jakarta.
  8. Sepeda Tandem. Adalah sepeda panjang yang dilengkapi lebih dari satu jok. Digerakkan oleh lebih dari satu pasang pedal yang terhubung dengan sistem satu rantai. Biasanya digunakan oleh keluarga untuk santai menyusuri jalan raya.
  9. Sepeda Lipat. Sepeda berukuran kompak yang bisa dilipat, untuk efisiensi tempat penyimpanan. Sepeda santai ini digunakan untuk melahap rute tidak terlalu panjang di jalan raya. Saat sekarang, sepeda lipat merupakan barang bergengsi, dari mulai harga lumayan hingga membuat seorang pejabat nekat melakukan korupsi.

Dengan demikian, tersedia banyak pilihan sepeda bertenaga manusia, tergantung tujuan penggunaan, model, warna. Bahkan ia digunakan untuk menegaskan posisi sosial seseorang di mata masyarakat.

Meskipun untuk mengendarainya tidak diperlukan izin khusus, namun sepeda harus digunakan secara berhati-hati. 

Terutama ketika berkendara di jalan raya, berbagi ruang dengan sesama pengguna jalan raya, seperti sepeda motor, mobil, dan pejalan kaki. Risiko yang dihadapi sama: kecelakaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun