***
Bendera dan umbul-umbul mumbul menembus angkasa. Iring-iringan mengiringi pasangan menuju tempat pendaftaran. Arak-arakan mengarak dua orang jumawa memutari jalanan kota. Uring-uringan membelah keheningan kota di punggung bukit.
Pesta rakyat telah dimulai.
Orang-orang berjumpa, berkumpul dan berkerumun pada permulaan perayaan. Para bakal calon pasangan pemimpin kota kecil beramai-ramai mendaftarkan diri. Meriahnya teriakan pendukung, banyaknya rombongan mengiringi, rapatnya kerumunan adalah landasan wajib bagi Balon atau Bapaslon.
Ah...istilah ini mengingatkan pada karet tipis yang membulat sebab diisi angin, kendati bermakna berbeda ketika disampaikan oleh warga dari daerah Malang.
Kemeriahan, perayaan, kumpul-kumpul, dan kerumunan dipastikan akan terus berlanjut pada tahap berikutnya. Jumlah orang yang membludak menjadi ukuran mutlak bagi calon untuk menduduki tahta kekuasaan.
Dimahfumi, kekuasaan diperoleh dari berbagai cara: karena faktor warisan, keturunan raja akan menjadi raja; memerangi suatu bangsa demi menguasai wilayahnya; dan ketokohan, di mana orang yang memiliki sifat dan sikap ini layak menjadi pemimpin.
Politik dinasti dan aneksasi adalah metode yang sudah usang. Ketokohan merupakan satu-satunya pilihan. Ketokohan mengundang banyak pendukung dan besaran kerumunan  untuk meraih kekuasaan.
***
Bendera dan umbul-umbul mumbul menembus angkasa dari sebuah rumah anak gedongan.
"Bagaimana cara mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya?" Seorang calon raja kecil berkata gusar.