Waktu jaman masih kuliah, kami menyewa sebuah rumah, dimana biaya sewa dibagi berlima masih jauh lebih murah daripada masing-masing harus membayar biaya indekos dijadikan satu.
Lima mahasiswa perantauan itu --termasuk saya-- berbeda fakultas tetapi kompak, barangkali karena berasal dari satu daerah. Salah satu di antaranya, sebutlah namanya si Fulan, adalah anak yang ringan tangan dan rajin.
Ia juga aktivis kampus, kamarnya sering digunakan untuk kumpul sesama mahasiswa pergerakan. Kami yang lain tidak ikut-ikut, toh tidak menggangu. Tetapi bagaimanapun juga, perdebatan-perdebatan liar sempat menembus dinding dan pintu kamar.
Satu saat terdengar diskusi tentang keputusan yang dibuat oleh Majelis Permusyawaratan Senat, "keputusan itu sah, setengah plus satu anggota senat memberikan persetujuan. Hal itu sudah memenuhi kuorum," Fulan meyakinkan kawan-kawannya. Fulan dikenal sebagai mahasiswa cerdas dan tegas di kampusnya.
Sementara itu, piring berisi kudapan sudah tandas, kopi dalam gelas-gelas sudah amblas menyisakan ampas.
Kalau sekedar kopi panas, ada kompor dan panci untuk membuatnya. Namun untuk makanan, harus dibeli di luar komplek perumahan yang jaraknya lumayan jauh. Maklum, masih daerah baru pemekaran.
Pada bulan Ramadan, cukup sulit untuk makan terutama makan sahur. Fulan kemudian bangun paling pagi berinisiatif membeli nasi bungkus di warung Padang Simpang Tigo di pertigaan Bagusrangin atau warung di sekitar Simpang Dago.
Kendati Fulan pengetahuan agamanya masih minim, ibadahnya bolong-bolong, namun untuk puasa ia berusaha memenuhinya. Inisiatifnya patut dipuji, bersusah payah membelikan makanan sahur sedini mungkin agar tidak kehabisan, juga bersedia dititip untuk membeli makanan pembuka puasa.
Pagi itu semua orang berpatungan dan menyerahkan uang kepada Fulan agar membeli makan sahur di Simpang Tigo. Fulan mencatat pesanan yang berbeda-beda.
Setelah makan sahur dan melaksanakan shalat subuh berjamaah, lima mahasiswa kembali pulas. Saya terbangun jam tujuh pagi, karena ada jadwal kuliah jam setengah sembilan.
Saya lihat Fulan sudah bangun lebih dulu, duduk sendiri di teras sambil menyeruput kopi lalu menghisap rokok. Nikmat!