Pandemi covid-19 ini nyatanya tidak hanya berbicara tentang kesehatan. Namun dampak yang dimunculkan juga menjadi hal yang harus menjadi perhatian. Dampak dari pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai membuat masyarakat frustasi karena terlalu lama di rumah.Â
PSBB juga membuat masyarakat mudah marah, muda mencaci dan melakukan tindakan yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini, ironisnya ada juga piha-pihak yang justru menebar kebencian. Seperti kita tahu, kebencian merupakan bibit dari intoleransi. Dan intoleransi merupakan bibit dari radikalisme dan terorisme.
Tanpa kita sadari, selama pandemi ini seringkali muncul bibit radikalisme dan intoleransi di dunia maya. Maraknya ujaran kebencian dan diskiriminasi terkait covid-19, bisa memicu munculnya perilaku yang tidak baik. Dan jika bibit tidak baik itu terus dipelihara dan diimplementasikan dalam perilaku, tentu akan membuat toleransi di negeri ini akan terganggu.
Di awal pandemi ketika itu, hoaks bermunculan. Perilaku buruk selama tahun politik ketika itu, nyatanya masih terus terbawa dan dibawa oleh oknum masyarakat. Akibatnya, masyarakat yang awalnya bisa hidup berdampingan dalam keragaman, terprovokasi melakukan tindakan diskriminatif. Mungkin berawal dari menebar kebencian di media sosial, lama-lama terjadi dalam kehidupan nyata.
Mungkin kita masih ingat apa yang menimpa para tenaga medis, ketika awal masa pandemi beberapa bulan lalu. Kita semua sepakat, peran tenaga medis sangat dibutuhkan menangani pasien yang terpapar covid-19. Apa jadinya jika para tenaga medis ini memilih tidak menangani pasien covid? Apa yang terjadi jika pasien covid tidak boleh masuk rumah sakit? Bisa jadi akan banyak pasien positif covid yang meninggal di rumah, dijalan, atau ditempat publik. Dan tentu saja, jika para pasien ini tidak dilokalisir, tentu akan semakin banyak masyarakat yang terpapar.
Perlunya kesadaran bersama untuk malawan virus covid-19 ini. Jika kita masih memberi ruang bagi provokasi, hoaks dan ujaran kebencian dalam pikiran kita, niscaya akan sulit menyatukan semua kekuatan untuk melawan covid ini. Kita punya pengalaman untuk mencoba menangkal segala bibit intoleransi dan radikalisme. Kita punya pengalaman berhasil melawan politik adu domba Belanda, yang sempat memecah belah kita semua. Pengalaman tersebut harus bisa jadi bahan renungan kita semua.
Jangan sampai, pandemi yang menuntut kita semua untuk saling menguatkan, menjadi saling melemahkan karena terprovokasi bibit radikalisme dan intoleransi. Jangan rusak kerukunan yang telah ada, menjadi kebencian yang bisa memicu perilaku yang diskriminatif. Semoga kita semakin dewasa dan bisa melakukan introspeksi. Salam sehat selalu.