Indonesia memang negara dengan tingkat keberagaman yang sangat tinggi. Tidak hanya suku, bahasa dan budaya, tapi dalam hal berkeyakinan juga beragam.Â
Mari kita lihat dari ujung Sumatera hingga ujung Papua, yang dipenuhi dengan berbagai macam warna-warni budaya. Semuanya itu merupakan anugerah yang diberikan Tuhan, untuk kita jaga. Dan yang harus kita pahami bersama, bahwa keragaman merupakan keniscayaan, bukanlah sebuah persoalan.
Belakangan, isu keragaman terus saja diganggu oleh sebagian pihak. Ada juga pihak-pihak yang dalam setiap ceramahnya, selalu mempersoalkan keberagaman ini. Keberagaman dinilai berseberangan dengan mayoritas masyarakat Indonesia yang memilih menjadi muslim.Â
Perlu kita ingat, Islam masuk ke Indonesia tidak pernah ada paksaan. Tidak ada yang memaksa ataupun dipaksa. Islam bahkan mampu bersandingan dengan budaya dan adat yang lain. Dalam berbagai peninggalan sejarah, semuanya bisa kita temukan tentang akulturasi Islam dengan budaya yang lain.
Belakangan, sentimen SARA kembali digulirkan, untuk membuat kerukunan yang telah terjadi terganggu. Kerusuhan yang terjadi di Papua, kembali membukakan mata kita, agar kita benar-benar harus berkomitmen tidak melakukan diskriminasi, baik secara lisan ataupun tulisan.Â
Baik secara perkataan ataupun perbuatan. Kerusuhan di tanah Papua dipicu karena adanya pernyataan diskriminatif, yang memicu amarah. Namun, belakangan diketahui bahwa kerusuhan tersebut juga dipicu adanya provokasi di media sosial. Bahkan, ada pihak-pihak yang secara sengaja membuat rusuh.
Sentimen keragaman dan SARA ini, menyusup melalui kecanggihan teknologi. Media sosial telah merubah kebiasaan seseorang untuk mengakses informasi. Begitu mudahnya seseorang bisa mendapatkan informasi di era milenial ini.Â
Berbagai kemudahan itu, sayangnya tidak tkan dengan budaya literasi dikalangan masyarakatnya. Tidak sedikit masyarakat yang mudah percaya terhadap sebuah informasi, tanpa mencoba lagi melakukan cek ricek tentang informasi tersebut.Â
Apalagi yang mengatakan informasi tersebut seorang tokoh atau publik figure, langsung saja dipercaya. Padahal bisa jadi informasi yang didapatkan tokoh atau publik figure tersebut salah.
Mari kita sudah segala bentuk perkataan ataupun perilaku yang bisa memicu terjadinya konflik. Mari menjadi penyejuk bagi keluarga dan lingkungan sekitar kita. Indonesia adalah negara damai.Â
Jika terjadinya perbedaan pandangan ataupun pendapat, mari kita selesaikan secara musyawarah. Hilangkan ego pribadi atau kelompok dan jangan merasa benar sendiri.Â