Mohon tunggu...
Budi Kurniawan
Budi Kurniawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung

Pemerhati ekonomi-politik dan kebijakan publik, meraih gelar master public policy dari The Australian National University

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Membedah Basis Sosial dan Ekonomi Pemilih Ahok dan Anies

4 April 2017   23:12 Diperbarui: 14 Oktober 2017   05:51 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Tulisan ini adalah analisa tentang basis sosial kedua calon Gubernur DKI Jakarta. Basis sosial dan ekonomi dua tokoh ini menarik untuk dianalisa untuk kemudian dapat digeneralisir menjadi basis pemilih di level nasional. Alasan Jakarta sebagai etalase Indonesia adalah mengapa generelisasi tentang basis sosial dan ideologi Pemilih Jakarta jadi penting untuk dibedah dan dianalisa. Tulisan ini bukan untuk memecah belah bangsa  justru tulisan ini hendak merayakan perbedaan. Fakta bahwa bangsa ini sudah Bhineka seharusnya dapat disikapi dengan bijak. Institusi Demokrasi adalah kemudian alat yang efektif untuk memanajemen kebhinekaan itu.  Aritnya biarkanlah demokrasi jadi alat yang fair untuk memilih pemimpin terlepas kemudian memilih dengan berbagai alasan baik agama maupun rasional berdasarkan program dan track record pemerintahan. 

Basis Sosial Keagamaan

Jika anda dibesarkan oleh keluarga muslim yang taat maka katagori anda adalah santri. Santri kemudian berada disebelah kanan spectrum idiologi agama dan sebaliknya jika anda dibesarkan dari tradisi Kejawen atau untuk masyarakat kota tradisi modern yang mengambil jarak dari agama maka anda bisa dikatagorikan di sepctrum kiri idiologi berbasis agama. Dalam termilogi politik barat  santri bisa dikatakan kelompok konservative dan non-santri liberal yang cendrung sekuler. Untuk itu kemudian santri baik dibesarkan oleh Muhammadiyah maupun NU akan cenderung memilih Anies, namun non santri akan lebih suka memilih Ahok. Faktanya kemudian ada kelompok non-santri yang dididik secara 'sekuler' yang menyeberang ke santri dan menjadi masyarakat kelas menengah muslim yang "tercerahkan" biasanya melalui pendidikan dan pengajian, maka pilihan politiknya ke Anies. Ciri kelompok santri baru ini gampang diidentifikasi dari nama misalnya, nama Gatot kemudian berubah jadi Muhammad Al Khathat adalah contohnya. 

Begitu pula ada kelompok santri yang karena sentuhan pendidikan modern akhirnya "tercerahkan" dan kemudian menjadi menjaga jarak antara politik dengan agama, pluralis dan menganggap politisasi agama yang terjadi selama ini menghawatrikan maka pilihan politik anda akan ke Ahok. Memilih Ahok menurut anda adalah menjaga kebhinekaan, menjaga pluralisme dan pilkada Jakarta adalah taruhan politik anda. Ciri nya juga gampang didefinisikan, namanya berbau Arab namun pandangan politiknya anti kelompok konservative tadi. Contoh bernama Muhammad  tetapi selelu bernerasi tentang Bhineka untuk memilih Ahok.

Untuk basis sosial keagaamaan non Muslim jelas akan solid ke Ahok. Alasannya jelas bahwa Ahok selain secara programic berhasil, tentu ada ikatan primordialisme yang kuat. Sebaliknya akan sangat susah kemudian untuk memilih Anies walaupun secara programic bagus namun secara primordial bukan bagian dari golongan. Apakah itu salah ? Basic manusia pemilih pastilah akan berada diantara sentimen rasional dan sentimen primordial tergantung mana yang kuat. Dan kebetulan Ahok kuat di dua-duanya bagi non muslim namun lemah di sisi primordial bagi muslim dan vice versa untuk Anies. Itulah kemudian alasan kenapa AHY gagal, dia kuat secara primordial bagi pemilih santri namun lemah secara programic atau rasional dan Anies bagi Muslim kuat dua-duanya. Menairiknya di kubu non-muslim terdapat juga kelompok "kiri" pro rakyat wong cilik aktivis humanis sosialis yang anti Ahok, sebagian mereka akan realisitis memilih Anies sebagian lagi mungkin akan golput. Kelompok sosialis humanis bisa dikatakan kelompok kecil,  namun peran mereka cukup besar untuk melakukan advokasi pembelaan terhadap korban penggusuran dan nelayan serta kerusakan lingkungan korban reklamasi. 

Basis idiologi ekonomi

Ahok dikatakan banyak survey berhasil memuaskan 70 persen masyarakat Jakarta atas kinerjanya. Masuk akal kemudian karena memang selama ini segmen kebijakan Ahok berhasil di segemen basis pemilih menengah keatas secara ekonomi yang memang jumlanya mayoritas. kemudian Anies walaupun tidak terdengar kuat kiprahnya di masyrakat kelas menengah ke bawah selain Indonesia mengajar,  pandai kemudian memilih segmen yakni masyarakat bawah dengan menolak penggusuran dan reklamasi. Namun jika hanya peduli kelas bawah tanpa menyentuh hati kelas menengah tidak ada artinya juga, karena masyarakat kelas bawah juga sedikit ketimbang kelas menengah. Teori statistik mengatakan bahwa sebaran normal adalah seperti kurva lonceng terbalik. Artinya pemilih kelas menengah lah yang banyak. Kemudian strategi Anies adalah menyentuh kepedulian kelas Menengah dengan isu DP nol rupiah misalnya adalah strategi yang baik dan tidak melulu isu penggusuran. Untuk Ahok sayangnya spectrumnya tidak mencapai masyrakat kelas bawah dan cenderung berkutat di isu menengah ke atas. Isu perbaikan SDM melaui reformasi birokrasi itu sangat isu kelas menengah yang memang menuntut pemrintahan yang lebih melayani. Uniknya Anies mengambil isu pemerintahan yang berpihak. Dapat kita simpulkan bahwa kemudian Anies kiri dalam hal ini karena pro empowering masyrakat bawah dan Ahok lebih ke tengah. Spectrum pemilih Ahok dari tengah ke kanan, dan positioning Anies dari kiri ke tengah. 

Siapa Pemenenangnya ?

Pertaruhan pemilih suara kelas menengah adalah kuncinya. Pemilih kelas menengah bisa dikatakan terbagi. Cross section pemilih bisa kombinasi kelas menengah-santri atau kelas menengah-liberal (sekuler). Mana yang banyak dari kedua ini. Putran pertama yang lalu kelompok kelas menengah liberal solid ke Ahok dan kelompok kelas menengah santri muslim terpecah antara Anies dan AHY. jika kemudian mengaatakan bahwa yang bisa mengambil suara limpahan AHY maka dia akan menang, maka kemudian akan menjadi menarik siapa basis sosial dan ekonomi pemilih AHY. Hemat penulis basis sosial dan ekonomi pemilih AHY sebagian besar mirip dengan Anies. Itu artinya dapat disimpulkan pilkada putaran kedua dimenangkan Anies.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun