Mohon tunggu...
buddy ace
buddy ace Mohon Tunggu... -

Menulis untuk dibaca oleh orang lain, pertama kali saat duduk di bangku kelas 6 SD. Adalah sebuah surat dari rakyat (baca: saya) untuk presiden (baca: Pak Harto). Alhamdulillah dibalas, setahun kemudian saat saya telah duduk di bangku kelas 1 SMP. Memang terlambat, tapi itulah yang membuat saya terus semangat menulis, menjadi jurnalis sampai saat ini, disamping tentu saja karena dengan menulis saya semakin menyukai kegiatan membaca yang menjadi hobby saya sejak kecil. Bukankah penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Begitu pun sebaliknya, dengan membaca dan terus membaca kemampuan menulis pun semakin berkembang ke arah yang lebih baik. Artinya, jangan pernah berhenti menulis dan membaca!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Wanda Tumanduk: Pesohor Itu Kini Serumah dengan Anak-anak Korban Kekerasan

24 Maret 2010   02:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:14 1551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

by Buddy ACe Pernah kan dengar peristiwa kaki seorang anak sengaja diputus dengan cara meletakkan kakinya di rel kereta saat kereta api tengah melintas? Tindakan yang sungguh biadab dan menyedihkan! Itu hanya salah satu dari peristiwa naas dan kekerasaan yang dialami anak-anak Indonesia. Dan atmosfer kerpihatinan, kesedihan dan duka cita atas kekerasan terhadap anak-anak itu, kini digeluti oleh seorang pesohor yang selama ini hidup dalam atmosfer glamour dunia hiburan. Perempuan yang tak ingin disebut tengan melakukan “banting stir” itu adalah Wanda Tumanduk, mantan atlit tenis nasional yang pernah tinggal 10 tahun di Amerika. Dan sejak 2009 ia kembali ke tanah air dengan aktifitas di dunia sosial, menjadi founder assitant di Yayasan Semangat Merah Putih. "Sebenarnya ini hanya blocking stage. Lakonnya sama aja, tapi niatnya yang beda. Saya sangat bersyukur atas talenta yang Tuhan berikan, untuk saya abadikan dan nikmati setiap momen bersama anak-anak korban dari segala jenis kekerasan dimuka bumi ini. I do my best with all my heart and soul for them. Di sini saya mendapatkan kesempatan untuk menjaga keseimbangan alam,” urai perempuan yang pernah menjadi penyiar sekaligus penulis naskah asli Catatan Si Boy di Radio Prambors, Jakarta, di era 80-an. Bagi ibu dari Linn Stafford, putra blasteran Indo-Amerika ini, kegiatan sosial sesungguhnya bukan hal baru baginya. Betapa tidak, sudah sejak lama perempuan kelahiran 27 Februari ini, Adalah Chariman dari The Indonesian Institute of Children and Women Rights. Ia pun kini aktif di LHAPI, Yayasan Merah Putih, Sekolah Merah Putih (yang mendidik dan menaungi ratusan anak-anak korban kekerasan orang tua dan lingkungannya). Itulah pilihan hidup kekinian Wanda, Ketua Umum LHAPI-Lembaga Hak Anak dan Perempuan Indonesia, yang kini bersama Liin putranya, tinggal bersama anak-anak korban kekerasan itu. Sebuah sikap yang patut dan pantas diteladani. Berikut ini petikan wawancara dengan Wanda Tumanduk, perempuan berdarah Manado dengan segundang aktifitas di dunia hiburan, seperti; menulis skenario untuk sinetron pertama di televisi Indonesia, ‘Dunia Dara’- RCTI, bintang komedi Lenong Rumpi, Hari Hari Gila, Dongeng Langit dan bintang iklan mobil Misthubishi. Ngapain aja lama-lama di Amrik? Ah Gak Lama koq, cuman 10 tahun dan saya gak sempat pulang karena kesimbukan menjadi ibu rumah tangga, MC & membantu bikin show. Satu lagi saya bersyukur menjadi ibu dari seorang anak bule hahaha… Balik dari Amrik bukannya meneruskan karir dunia hiburan, malah memilih kegiatan sosial? Saya masih eksis di dunia hiburan, tahun 2009 lalu saya masih bermain di sinetron, ‘Bukan Cinta Terakhir’, masih menjadi MC di beberapa acara; menulis script Dan siaran di beberapa radio swasta di Jakarta dan Bandung. Ada nggak sih bedanya antara dunia entertainment dan dunia anda sekarang? Sebenarnya ini hanya blocking stage, dengan lakon yang sama tapi dengan niat yang berbeda. Saya sangat bersyukur atas talenta yg Tuhan berikan kepada saya untuk saya abadikan dan saya nikmati setiap momen bersama anak-anak korban kekerasan itu. I do my best with all my heart and soul for them. Di sini saya mendapatkan kesempatan untuk menjaga keseimbangan alam. Seperti apa sih sepesifikasi bidang sosial yang anda geluti itu? Mereka adalah anak-anak miskin, yatim, dhuafa, kaum marginal di Indonesia. Dan mereka adalah korban kekerasan baik keluarganya maupun dari lingkungan sosialnya. Mereka tidak berdaya, bodoh, miskin dan disingkirkan. Melalui LHAPI, anak-anak korban kekerasan itu akan dibina dan dilindungi hak-haknya. Sejak kapan memutuskan "banting stir" di dunia yang jauh dari glamour? Saya tidak banting stir. Stir siapa yg saya banting? Hihihihihi' Hihihihi… ada berapa banyak anak-anak korban kekerasan itu? Banyak, tapi kami mulai dari yang bisa terjangkau oleh kami. Apa saja kekerasan yang spesifik mereka alami? Korban dari kekerasan ayah kandungnya, korban dari kekerasan dari ayah tiri & ibu tirinya, Pekerja Seks Komersial (PSK), Anak Jalanan, Korban Kesenjangan Sosial, Korban Gizi Buruk dan sebagainya. Berapa kisaran usia anak-anak korban kekerasan ini? Dari balita sampai dengan remaja (balita s.d 20 tahun)' Dimana orang tua mereka saat ini? Orang tua sesungguhnya telah meninggal mereka. Dan kami berusaha dengan sepenuh hati dan tenaga yang ada untuk menjadi orang tua mereka semua. We are the new parents for them. Kenapa akhirnya yayasan mau manampung anak-anak ini? Karena peran dan fungsi LHAPI & Yayasan Semangat Merah Putih yang antar lain menjadi lembaga pengamat dan tempat pengaduan keluhan masalah anak dan perempuan dan berbagai peran dan fungsi LHAPI lainnya. Bagaimana yayasan membiayai anak-anak ini? Melalu donasi dari para dermawan kepada Yayasan SemangatMerah Putih dan LHAPI sebagai lembaga nirlaba independen non pemerintah. Apakah anda yakin akan menghabiskan waktu anda di dunia sosial ini? Ya, absolutely with all my heart and my soul. Bagaimana membagi waktu anda dengan keluarga dan seorang anak laki-laki? Keluarga saya mendukung dan yang paling saya banggakan anak saya bisa berbau dengan mereka di Sekolah Merah Putih. Wow. Kenapa anda yakin anak anda bisa bergaul dengan anak-anak korban kekerasan ini? Yakin dunk, Sapa dulu emaknya? Whahahahaha... Apa yang anda harapkan dari pemerintah terhadap anak-anak korban kekerasan itu? Pemerintah seyogyanya memperhatikan wilayah ini, kamu marginal dan anak jalanan serta korban kekerasan. Jika tidak maka kita akan menjadi bangsa yang ketinggalan arah tentang issue global! Saat ini PBB sedang mengadendakan masalah kekerasan terhadap anak-anak menjadi prioritas utama untuk diselesaikan. Apakah anak-anak korban kekerasan itu bersedia bertemu dengan Slank suatu saat nanti? Sure, with our pleasure! Luar biasa dan salut buat anda yang kini tinggal bersama anak anda, dengan anak-anak korban kekerasan itu. Terima kasih sama-sama Buddy. Blessed your heart. Salam untuk All Slankers, Merdeka! --------------------------------------------------------------------------------------------- Alamat Yayasan Semangat Merah Putih: Jl. Kamboja No. 6-8, H. Gandun, Cilandak-Lebak Bulus, Jakarta Selatan - 12440 - Telp. 021-33231009 - Donasi bisa disalurkan ke Nomor Rekening Bank Mandiri 1010004752505 an. Yayasan Semangat Merah Putih

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun