Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah gambut terluas kedua di Dunia. Wilayah gambut di Indonesia sebagian besar berada dipulau-pulau besar seperti Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Tanah gambut merupakan lahan atau tanah basah yang menyimpan banyak sekali material organik. Tanah gambut berasal dari  penimbunan dan pengumpulan dari proses pembusukan bahan-bahan organik selama ribuan tahun. Wilayah yang memiliki tanah gambut terlebih Indonesia cenderung memiliki rawa-rawa yang di dalamnya terdapat genangan air selama bertahun-tahun. Rawa tersebut cenderung mempunyai unsur gambut di dalamnya dengan simpanan elemen hara yang besar sehingga berbagai macam tanaman akan lebih mudah tumbuh di sebuah rawa.
Purun merupakan salah satu tanaman liar yang tumbuh didekat air atau rawa-rawa. Tanaman purun hampir sama jenisnya dengan daun pandan, terkhusus daun pandan yang tumbuh di sekitar rawa atau perairan lain. Daun purun memiliki warna abu ke hijau-hijauan. Bentuk daun purun ialah semakin panjang akan semakin mengecil dan ujung daun tersebut berwarna kemerah-merahan. Purun memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Manfaat tersebut antara lain:
- Purun menguntungkan masyarakat karena dijadikan sebagai sumber perekonomian masyarakat
- Puru dijadikan pupuk organik guna meningkatkan kesuburan tanah dalam suatu lahan gambut.
- Seiring perkembangannya, tanaman daun purun dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai bahan pembuatan kerajinan tangan seperti tas, sendal, dompet, karpet, keranjang, bahkan sedotan.
Pengambilan purun biasanya dilakukan ketika siang hari saat air rawa sedang surut. Seiring perkembangannya, sebagian besar perajin yang menggunakan bahan dasar purun tidak lagi mengerjakan proses secara manual dalam menghaluskan purun. Menghaluskan purun secara manual dinilai sangat membutuhkan tenaga ekstra dalam menumbuk purun hingga halus. Setelah purun sudah menjadi halus, lalu dijual dan diserahkan kepada pengrajin anyaman untuk dibuat kerajinan-kerajinan tangan. Namun, dibalik hal tersebut tetap masih banyak pengrajin yang mengerjakan proses secara manual. Dalam membuat sedotan dari purun secara manual tidak perlu dihaluskan. Proses tersebut ditinjau dari purun yang telah usai dipanen, lalu dicuci hingga bersih, kemudian dipotong sesuai dengan ukuran sedotan, dan lapisan halus di batang dibersihkan. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu merendamnya dengan air garam.
Sedotan dari purun dinilai banyak memberikan dampak positif bagi dunia. Sedotan yang dibuat dengan bahan dasar purun dapat menjadi terobosan dalam rangka menjadi salah satu opsi atau alternatif eco-straw yang semakin lama semakin disadari masyarakat tentang kelebihan dan nilai plus dari sebuah eco-straw tersebut. Selain itu, sedotan dari purun dinilai sebagai sedotan yang ramah lingkungan namun tentunya tetap tidak merusak ekosistem gambut, karena sedotan ini lebih mudah teruraikan dibanding sedotan lain seperti sedotan plastik walaupun sedotan ini hanya bersifat sekali pakai.
Dengan berbagai macam manfaat dari daun purun yang dapat dijadikan sebagai peluang usaha khususnya sedotan, maka pertumbuhan ekonomi dalam negeri akan semakin meningkat. Pengembangan sumber daya manusia dirasa cukup penting, mengingat ide-ide kreatif dan dasar atau ilmu dalam berbisnis sangat diperlukan. Dengan adanya campur tangan pemerintah dalam penyusunan program-program pengembangan, maka seiring berjalannya waktu tujuan peningkatan dalam bidang ekonomi melalui sektor usaha mikro, kecil, dan menengah akan tercapai. Selain itu, perlu adanya penyuluhan dalam bidang ekspor produk agar wilayah pemasaran semakin meluas dan produk sedotan daun purun menjadi semakin dikenal oleh masyarakat mancanegara.
Sampah plastik sangatlah meresahkan kita terlebih pada Negara Indonesia, sampah plastik sangatlah mencemari lingkungan karena sulit untuk diurai secara alami. Inovasi – inovasi sudah banyak yang muncul dalam usaha mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Salah satu contohnya adalah pembuatan sedotan stainless yang bisa digunakan berulang kali. Selain sedotan stainless akhir – akhir ini sedotan yang terbuat dari bahan alam mulai naik yaitu sedotan yang terbuat dari daun purun. Inovasi tersebut muncul dari keresahan masyarakat akan hama tanaman purun yang penyebarannya sangat cepat. Lalu tanaman purun tersebut diubah ke berbagi macam anyaman salah satunya sedotan. Purun [Lepironia articulata] merupakan jenis rumput liar yang biasa tumbuh di sekitar danau maupun rawa. Purun sering dimanfaatkan sebagai bahan anyaman. Sesungguhnya, sejak lama masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah menjadikan purun sebagai tikar, topi maupun bakul. Namun, seiring perkembangan zaman, kerajinan purun mulai ditinggalkan. Kalah bersaing dengan produk berbahan plastik, terutama tikar.
Untuk sedotan rumput, ada yang terbuat dari rumput purun dan rumput laut. Khusus untuk rumput purun, biasanya menjadi bahan baku untuk membuat tas dan kerajinan tangan. Para pemain yang terjun di bisnis sedotan ramah lingkungan berbahan baku rumput mengaku mendapatkan hasil yang positif dari usaha tersebut. Misalnya saja, Gaby Faradisa yang mengusung label Purun Eco Straw asal Belitung yang memulai bisnis sejak tahun lalu. Bahan bakunya berasal dari rumput purun. Saat ini, penjualan Purun Eco Straw bisa mencapai 10.000 potong sampai 20.000 potong sedotan per bulan. Ia mengemas sedotan tersebut menjadi satu pak isi 100 potong dengan harga Rp 50.000. Artinya, ia sanggup menjual sekitar 1.000 sampai 2.000 pak per bulan. Pemain lainnya, Christopher Alessandro Tansri, pendiri Dots Straw. Usaha yang sudah beroperasi sejak Oktober 2019 tersebut terbilang positif. Saban bulan, ia bisa menjual sedotan dari rumput purun danau atawa Lepironia articulata sekitar 10 pak sampai 20 pak. Isi satu pak ada 100 sedotan dengan banderol harga Rp 75.000. Para pemain bisnis ini mendapatkan bahan baku dari pemasok lokal. Ambil contoh, Gaby yang memperoleh bahan baku rumput purun dari hutan yang ada di Belitung. Rumput purun biasanya ada di lahan rawa dan butuh waktu tiga bulan untuk memanennya.
Dampak untuk lingkungannya sendiri sedotan purun ini sangatlah positif karena tidak mencemari lingkungan dan daun purun yang dulunya menjadi hama kini bisa bermanfaat untuk bisnis dan meningkatkan ekonomi masyarakat disekitarnya. Inovasi sedotan daun purun ini menjadi salah satu ide bisnis kreatif yang dapat meningkatkan industri kreatif di Indonesia serta dapat menjadi pemasok yang menjanjikan bagi Negara Indonesia. Penjualan sedotan daun purun ini sudah sampai ke kancah internasional, banyak negara – negara yang mengajukan permintaan sedotan daun purun misalnya, Cina dan Australia. Sedotan dari daun purun ini dapat bersaing dengan pasar global karena mengurangi sampah plastik merupakan hal yang semua negara inginkan karena itu berpengaruh positif terhadap lingkungan di kehidupan di bumi. Tidak ada dampak negatif yang dihasilkan dari pembuatan sedotan daun purun ini karena cara pembuatannya semua dilakukan dengan tangan dan bahannya pun alami. Sampai sekarang sedotan daun purun ini masih dalam langkah mendapatkan SNI (Standar Nasional Indonesia) agar dapat diekspor ke luar negeri.
Sedotan dari daun purun merupakan sebuah inovasi terkini mengurangi pemakaian plastik di dunia. Bukan hanya mengurangi konsumsi akan penggunaan plastik tetapi juga dapat menambah unsur estetika dari sebuah minuman daripada hanya memakai sedotan yang terbuat dari bahan stainless steel. Adanya produksi dari pembuatan daun purun juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan membuat masyarakat lebih produktif untuk bekerja. Produksi daun purun juga memperluas kesempatan peluang kerja dan mengurangi tingkat persentase pengangguran. Daun purun juga meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya menjaga lingkungan dari bahaya pemakaian konsumsi terlalu banyak yang susah untuk terurai dan dapat mencemari lingkungan sekitar. Daun purun merupakan sebuah bahan baku yang berasal dari alam dan kerap kali sering diumpamakan sebagai tumbuhan liar yang tumbuh di dekat air, rawa, atau sawah. Oleh karena itu tumbuhan sering sekali dianggap sebagai tumbuhan liar pengganggu panen sawah dan sering sekali untuk dimusnahkan tetapi hal tersebut bisa menjadi sebuah peluang baru untuk meraup keuntungan yaitu dengan membuat sedotan dengan daun purun.
Adanya inovasi pembuatan daun purun sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia terlebih lagi didalam kancah ekonomi kreatif. Daun purun sudah sangat terkenal dan juga familiar di belahan dunia seperti adanya permintaan ekspor sedotan daun purun dari negara Cina, Australia, dan beberapa negara di benua Eropa. Adanya pemesanan dari luar negeri dikarenakan sedotan berbahan dasar dari daun purun dianggap sangat menarik dan unik untuk dipakai. Daun purun juga sudah dianggap bisa dan mampu untuk bersaing dengan produk sedotan yang dalam persaingan ekonomi luar negeri. Perbandingan kualitas sedotan luar negeri yang berbahan dasar stainless steel maupun aluminium tidak kalah saing dengan sedotan produksi dalam negeri yaitu sedotan daun purun. Begitu juga dengan kuantitas yang dimiliki dan harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan sedotan stainless steel.
Tantangan yang dimiliki oleh para produsen sedotan daun purun dalam persaingan ekonomi kreatif dalam ruang lingkup global adalah sedotan daun purun yang masih belum terdengar di negara-negara lain dan mereka lebih mengenal sedotan alternatif berbahan dasar plastik ialah sedotan stainless steel. Selain itu kurangnya akses penjualan serta promosi juga kerap menjadi hadangan dalam pemasaran sedotan daun purun. Lalu adanya persaingan yang berasal dari dalam negeri atau domestik antara sesama perusahaan yang memproduksi sedotan daun purun. Tetapi dari tantangan tersebut, pemerintah diharapkan untuk saling membantu serta memberi dukungan untuk meningkatkan penjualan sedotan daun purun dalam kancah internasional. Sejak adanya pandemi angka penjualan daun purun terus menurun sehingga menciptakan kebangkrutan diantara para perusahaan yang memproduksi sedotan daun purun. Pada saat ini adanya dukungan pemerintah sangat diperlukan kepada pengusaha ekonomi kreatif di Indonesia untuk menghindari adanya risiko kebangkrutan pada perusahaan.