Mohon tunggu...
Anthony Bryan Vernico Sany
Anthony Bryan Vernico Sany Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Ad Maiorem Dei Gloriam

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kolektivisme Suporter Sepak Bola Indonesia

13 Oktober 2020   14:51 Diperbarui: 4 Oktober 2022   00:57 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:yukepo.com

Dalam dunia sepak bola suporter merupakan pemain ke 12 dari sebuah tim kesebelasan. 

Suporter berangkat dari budaya kolektif yang dimana menurut Samovar, Porter, McDaniel, & dkk, (2017) budaya kolektif ini memerlukan ketergantungan emosi yang lebih besar dibanding dengan masyarakat individualisme. 

Ketergantungan emosi antar suporter di dalam stadion atau pun diluar stadion menunjukkan adanya ketergantungan emosi yang besar ketimbang mereka yang individualisme. 

Banyak kegiatan suporter sepak bola yang tidak hanya mendukung tim kebanggaan saat bertanding di lapangan hijau, melainkan seperti memasang bendera di sekitaran daerah stadion atau pun daerah teritorial tim kebanggaan yang didukung dan membuat mural tentang tim yang mereka dukung secara kolektif. 

Para suporter di Indonesia pun juga mengadakan acara musik yang mengundang band lokal daerah maupun band Indonesia guna merayakan ulang tahun komunitasnya secara kolektif.

Sumber gambar: jogja.tribunnews.com
Sumber gambar: jogja.tribunnews.com
Budaya kolektivis lebih mementingkan kepentingan kelompok daripada kepentingan individu (Samovar, Porter, McDaniel, & dkk, 2017). 

Hal ini sejalan dengan apa yang diyakini suporter di Indonesia, dimana tiada yang lebih besar dari nama tim kebanggaan yang mereka dukung. 

Artinya kepentingan  yang dirasa suporter tersebut penting guna kemajuan dan kesuksesan tim, pastinya mereka akan mendukung. 

Lalu jika ada yang dirasa kurang benar dalam manajemen tim maka para suporter akan berunjuk rasa atau bahkan memboikot manajemen karena dinilai tidak becus mengurus manajemen tim sepak bola yang mereka cintai. 

Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck (dalam Samovar, 2017, hlm. 218) Future orientation merupakan nilai budaya yang berorientasi pada masa depan, orang yang menganut kebudayaan ini biasanya menghargai apa yang akan datang dan masa depan diharapkan lebih baik dari masa kini maupun masa lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun