Mohon tunggu...
Riyo Arie Pratama
Riyo Arie Pratama Mohon Tunggu... Guru dan Content Creator

"Semua Bisa Diklahkan Kecuali Tuhan"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Miskonsepsi Implementasi P5 dalam Penerapan Kurikulum Merdeka

28 Desember 2023   11:26 Diperbarui: 28 Desember 2023   11:35 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
daarulistiqoomah.com

Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk karakter generasi muda dan menciptakan masyarakat yang memiliki nilai-nilai luhur. Di Indonesia, pembentukan karakter berlandaskan Pancasila menjadi fokus utama dalam rangka membangun kepribadian yang berkualitas. Salah satu upaya terstruktur untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui proyek penguatan pelajar Pancasila (P5). Meskipun diarahkan pada tujuan mulia, implementasi P5 tidak luput dari berbagai miskonsepsi yang dapat menghambat keefektifan dan kelancaran proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman mendalam terkait dengan berbagai kesalahpahaman yang sering muncul seputar P5 agar pendekatan ini dapat memberikan dampak positif yang maksimal.

1. Pertanyaan Seputar Kegiatan Kolaborasi Antar Mapel

Banyak guru masih bingung apakah P5 ini merupakan kegiatan kolaborasi antar mata pelajaran. Sebenarnya, P5 bukan integrasi antar mata pelajaran, melainkan kegiatan yang berorientasi pada penguatan profil pelajar Pancasila. Guru tidak wajib memasukkan capaian pembelajaran dari mata pelajaran masing-masing, karena fokus utama P5 adalah pada dimensi elemen dan subelemen dari profil pelajar Pancasila.

2. P5 Bukan Satu-satunya Media Penguatan Profil Pancasila

Miskonsepsi kedua adalah menganggap P5 sebagai satu-satunya media untuk menguatkan profil pelajar Pancasila. Sebenarnya, P5 bukanlah satu-satunya metode. Profil pelajar Pancasila dikembangkan melalui empat kegiatan, yakni intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, dan budaya keseharian. P5 hanya salah satu upaya penguatan dari empat kegiatan tersebut.

3. Tidak Harus Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Proyek

Miskonsepsi ketiga adalah anggapan bahwa kegiatan P5 harus menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis proyek. Pada kenyataannya, P5 dapat menggunakan berbagai pendekatan, seperti inquiry atau berbasis masalah. Penting untuk menyesuaikan pendekatan dengan karakteristik sekolah dan kompetensi yang ingin dicapai, dengan tetap mempertahankan pendekatan kooperatif learning.

4. Pendekatan Berbasis Proyek Tidak Hanya untuk P5

Ada kesalahpahaman bahwa pendekatan berbasis proyek hanya digunakan dalam kegiatan P5. Sebenarnya, pendekatan ini dapat diterapkan di semua mata pelajaran untuk mengembangkan capaian pembelajaran. Perbedaannya terletak pada fokusnya: P5 berfokus pada dimensi profil pelajar Pancasila, sementara pada mata pelajaran, fokus tetap pada capaian pembelajaran masing-masing.

5. Fokus Asesmen pada Proses, Bukan Hanya Produk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun