Mohon tunggu...
Brilliant Praja
Brilliant Praja Mohon Tunggu... Mahasiswa

Merupakan mahasiswa yang gemar membaca buku dan mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebudayaan dari Dringu: Menjaga Tradisi Gunungan Palawija di Malam Suro

15 Juni 2025   19:20 Diperbarui: 16 Juni 2025   10:48 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Tradisi Gunungan Palawija. Sumber: https://madu.tv/tradisi-ritual-suro-di-desa-dringu-probolinggo-menghadirkan-kemakmuran-dan-keselamatan/

Sebagai seorang penulis yang tumbuh besar di tanah Jawa Timur, penulis selalu merasa bahwa kekayaan budaya Indonesia bukan hanya milik masa lalu, melainkan masih hidup dan bernapas dalam keseharian masyarakatnya. Salah satu pengalaman paling membekas yang pernah penulis alami adalah saat mengikuti langsung Ritual Suro dan Gunungan Palawija di Desa Dringu, Kecamatan Dringu, Kabupaten Probolinggo. Tradisi ini bukan sekadar seremoni tahunan---ia adalah cerminan moral bangsa dan nilai-nilai luhur Pancasila yang dijalani dengan penuh kesadaran oleh masyarakat lokal.

Malam 1 Suro di desa ini bukan malam biasa. Ada getaran spiritual yang begitu kuat. Di balik kesederhanaannya, penulis menemukan semangat gotong royong, persatuan, dan penghormatan pada alam serta Tuhan yang begitu terasa.

Saat Gunungan Itu Disusun Bersama
Penulis masih mengingat dengan jelas suasana beberapa hari sebelum malam 1 Suro. Warga desa terlihat sibuk namun antusias. Mereka membawa hasil bumi seperti padi, jagung, ketela, cabai, dan bawang merah---hasil panen dari ladang mereka sendiri. Semua itu disusun bersama menjadi sebuah gunungan, simbol kemakmuran yang menyerupai gunung kecil.

Penulis menyaksikan bagaimana penyusunan gunungan dilakukan secara gotong royong. Tua, muda, laki-laki, perempuan---semuanya turut serta. Tak ada pamrih, tak ada perbedaan peran. Inilah kerja kolektif yang dilandasi rasa syukur dan cinta terhadap tradisi.

Pada malam pelaksanaan, gunungan diarak keliling desa, diiringi alunan gamelan, pertunjukan Reog Ponorogo, dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama. Suasananya begitu sakral dan penuh makna. Penulis turut serta dalam rombongan warga yang berjalan sambil berdoa dan berbagi semangat kebersamaan.

Bagian yang paling menggembirakan adalah saat warga berebut hasil bumi dari gunungan. Tak ada batasan siapa boleh mengambil apa. Semua bebas ikut serta. Bukan semata-mata soal mendapat hasil, tapi merayakan berkah yang dibagi secara adil.

Pancasila yang Hidup dalam Tradisi
Sebagai penulis yang memiliki perhatian besar pada budaya dan nilai kebangsaan, penulis melihat bahwa Ritual Suro dan Gunungan Palawija adalah bentuk nyata bagaimana Pancasila dijalankan dalam kehidupan masyarakat:

Ketuhanan Yang Maha Esa
Tradisi ini selalu dimulai dengan doa bersama. Warga memanjatkan syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan keselamatan yang telah diberikan. Penulis merasakan kuatnya spiritualitas dalam tradisi ini.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab & Persatuan Indonesia
Semua warga, tanpa memandang usia atau status, saling bekerja sama. Penulis menyaksikan langsung bagaimana nilai-nilai kemanusiaan dan persatuan diwujudkan melalui gotong royong.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Tradisi ini dilaksanakan berdasarkan hasil musyawarah antara kepala desa, tokoh masyarakat, dan warga. Penulis mendengar sendiri bagaimana proses itu memberikan ruang bagi setiap suara.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Hasil gunungan dibagikan tanpa diskriminasi. Penulis melihat bagaimana semua warga mendapatkan bagian secara adil---sebuah bentuk nyata dari prinsip keadilan sosial.
Lebih dari Sekadar Tradisi Budaya
Penulis percaya bahwa Ritual Suro dan Gunungan Palawija bukan hanya warisan budaya, tapi juga sarana mempererat hubungan sosial, menjaga keharmonisan, dan memperkuat nilai-nilai luhur kepada generasi muda. Penulis menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak belajar dari orang tua mereka, bukan hanya tentang tradisi, tetapi tentang nilai kehidupan.

Tradisi ini menjadi ruang edukasi, silaturahmi, sekaligus pelestarian identitas lokal yang sangat berharga. Penulis meyakini bahwa di tengah arus modernisasi, tradisi seperti ini adalah jangkar yang menjaga masyarakat tetap berpijak pada akar budayanya.

Penutup: Sebuah Warisan Moral Bangsa
Sebagai penulis, pengalaman menyaksikan langsung Ritual Suro dan Gunungan Palawija meninggalkan kesan yang mendalam. Tradisi ini bukan hanya tentang budaya, tetapi juga tentang nilai-nilai Pancasila yang dihidupi dengan nyata: gotong royong, doa bersama, musyawarah, dan pembagian rezeki yang adil.

Penulis percaya bahwa tradisi seperti ini harus terus dilestarikan dan dimaknai ulang oleh generasi masa kini. Karena melalui warisan inilah jati diri bangsa Indonesia tetap terjaga, bahkan di tengah arus globalisasi dan perubahan zaman yang begitu cepat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun