Mohon tunggu...
Brilian Marvel Ahanu
Brilian Marvel Ahanu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

tidak ada bio

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pemikiran Michael Sandel Terhadap Batas Moral Pasar di Buku "What Money Can't Buy"

12 Desember 2020   15:00 Diperbarui: 13 Desember 2020   00:33 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kedudukan uang pada masa sekarang ini semakin penting. Manusia dituntut untuk mendapatkan uang agar tetap bisa bertahan hidup. Uang semakin dibutuhkan sebab hampir di semua urusan, membutuhkan uang. Mulai dari pemenuhan kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Michael Sandel dalam bukunya berjudul “What Money Can’t Buy: The Moral Limits of Markets” yang berisi tentang semakin kuatnya posisi uang tidak hanya pada ekonomi pasar melainkan merambah ke masyarakay pasar. Menurut sandel ekonomi pasar adalah hal-hal yang berhubungan dengan produksi dan konsumsi, sementara masyarakat pasar adalah hubungan social sehari-hari.

Pada ekonomi pasar adalah wajar ketika orang yang mampu membayar lebih mahal akan mendapat fasilitas dan layanan yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak mampu membayar. Contohnya seperti membeli tiket VIP di Konser, membeli tiket First Class atau Business Class saat naik pesawat terbang, menggunakan layanan parkir valley, membeli tiket bioskop premiere. Pada contoh-contoh tersebut dapat diterima apabila mereka yang bisa membayar lebih tinggi mendapatkan fasilitas yang lebih baik. Namun permasalahan yang diangkat Sandel di buku ini lebih kearah “apa yang seharusnya tidak dapat dibeli dengan uang”.

Apa yang menurut sander problematik adalah apabila penggunaan uang pada masyarakat pasar dapat mengorbankan nilai-nilai moral dan dianggap sebagai praktik ketidakadilan. Seperti salah satu contohnya adalah napi koruptor mampu membeli fasilitas penjara yang lebih mewah dibandingkan napi lainnya yang tidak mampu membayar lebih, Nilai yang dilanggar pada praktek ini adalah orang yang bersalah seharusnya mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya. Ketika dia membayar untuk fasilitas penjara yang lebih nyaman maka, nilai tersebut tidak berlaku karena dia memiliki uang.

Lalu membayar lebih dari harga normal untuk masuk Universitas ternama dengan fasilitas pendidikan yang lebih baik. Fenomena ini juga menimbulkan ketidakadilan antar masyarakat yang tidak mampu membayar lebih. Nilai yang dilanggar adalah seharusnya setiap orang harus mendapatkan fasilitas pendidikan dengan kualitas yang baik tanpa harus membayar lebih.

Contoh selanjutnya adalah penanganan rumah sakit yang mendahulukan orang yang mampu membayar lebih. Nilai yang dilanggar dari kejadian ini adalah semua pasien seharusnya mendapatkan kualitas layanan yang sama baiknya dengan yang lain tanpa memandang uang yang mereka punya. Sama seperti layanan SWAB tes pada masa covid yang diterapkan sebagian rumah sakit dengan tarif yang lebih mahal untuk mendapatkan hasil tes yang lebih cepat. Karena kecepatan infeksi virus tidak ditentukan oleh harga SWAB tes. Dengan demikian, mereka yang tidak mampu membayar SWAB tes lebih mahal berkemungkinan untuk lambat melakukan pencegahan penyebaran virus dan semakin rentan untuk terinfeksi.

Dalam lingkup keluarga masyarakat pasar juga dipraktekkan oleh orangtua pada anaknya. Contoh fenomena ini adalah ketika anak-anak diberikan uang setelah melakukan kegiatan positif seperti, ketika belajar hal baru untuk mendapatkan nilai bagus, diberi imbalan uang untuk melakukan ibadah agama, membaca, dan lain-lain. Padahal, sudah seharus anak-anak diajarkan nilai-nilai kerja keras, mengenali kebutuhannya sendiri untuk bekal hidup, dan tidak berpikir melakukan semua kebiasaan baik tersebut melulu soal imbalan berupa uang yang nanti didapatkan. Selain itu anak-anak juga perlu ditanamkan nilai rasa empati agar menjadi pribadi yang suka menolong satu sama lain bukan menolong untuk mendapatkan imbalan.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun