Mohon tunggu...
Brigita Devin Vania
Brigita Devin Vania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melawan Kenyamanan untuk Menuju Perubahan Diri

3 Oktober 2023   13:10 Diperbarui: 4 Oktober 2023   01:08 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Adobe Stock

Menjadi diri sendiri yang apa adanya adalah hal yang baik, tapi berani merubah diri demi hal positif untuk hidup kita dan orang lain adalah hal yang jauh lebih baik. Untuk menuju perubahan diri ini bukan suatu hal yang mudah. Banyak dari kita harus keluar dari zona nyaman atau comfort zone untuk bisa mengembangkan potensi diri. Dikutip dari Kompas.com, kita perlu keluar dari zona nyaman untuk menemukan bakat baru dan kepercayaan diri. Rasa takut dan keraguan tak jarang muncul dan bertentangan dengan komitmen yang kita bangun, membuat kita terus terjebak dalam kenyamanan.

"Indeed, some people will opt not to disrupt their immunity to change, choosing instead to continue their fruitless struggle against their sompeting commitments" (Kegan&Lahey, 2001, P. 86)

Hal ini juga yang selalu saya rasakan ketika mencoba untuk meninggalkan kenyamanan-kenyamanan yang menghambat perubahan diri. Namun, pada akhirnya kita tetap harus memulai meskipun di dalam kehidupan garis start setiap orang berbeda-beda. Beberapa pengalaman berikut ini yang membantu saya untuk keluar dari zona nyaman.

  • Mengambil Peran Pada Tugas Praktik Kuliah

Hal yang dapat kita lakukan untuk keluar dari zona nyaman tidak harus jauh dari tanggungjawab kita sehari-hari. Semasa perkuliahan D4 Penyiaran dulu di salah satu kampus Broadcasting Yogyakarta, pada awal kuliah saya selalu mengambil peran yang menurut saya tidak lah begitu sulit. Namun, ketika memasuki semester akhir perkuliahan, saya berusaha mencoba untuk berani mengambil peran utama yaitu sebagai produser untuk tugas simulasi. Pada akhirnya, saya bersyukur pernah dengan nekat mengambil peran itu. Pengalaman itulah yang pertama kali membuat saya untuk berani memimpin dan berani berbicara di depan banyak orang.

  • Menjadi Tim Pelayanan Ibadah

Tidak berbeda dengan pengalaman saya sebelumnya, menjadi Tim Pelayanan Ibadah di kampus ini juga mengajarkan saya untuk mau bekerja sama dengan pemusik dan pemimpin pujian agar ibadah dapat berjalan dengan lancar. Peka terhadap sekitar, mengikuti arahan, dan mau dipimpin oleh pemimpin pujian adalah poin-poin plus yang saya dapatkan melalui kegiatan tersebut.

  • Melakukan Pengamatan Sekolah Dasar di Kawasan Pegunungan Menoreh

Pengamatan ini saya lakukan saat saya masih bekerja pada salah satu media di Yogyakarta. Melalui pengalaman mendatangi Sekolah Dasar Kanisius Kenalan yang terletak di Lereng Pegunungan Menoreh ini, melatih kemampuan diri saya untuk berani melakukan pendekatan interpersonal kepada guru-guru, murid, serta orang tua murid. Tak hanya itu, perjuangan beberapa murid untuk berangkat kesekolah dengan berjalan berkilo-kilometer melewati jalanan berbukit agar bisa belajar, menyadarkan saya untuk lebih bersyukur dan mau berkembang serta menumbuhkan kreatifitas walaupun mengalami keterbatasan fasilitas.

  • Mengikuti Pelatihan

Beberapa waktu sebelumnya saya pernah mengikuti pelatihan Digital Marketing dan Penulisan Naskah. Melalui kegiatan ini, saya mendapat pengalaman dan pengetahuan baru. Pengetahuan adalah hal penting yang perlu semua orang miliki, pengetahuan itu tidak harus akademik tetapi juga akademik dan tentang kehidupan. Karena, investasi termahal bukanlah berbentuk uang atau emas saja, tetapi investasi akan isi kepala atau pengetahuanlah yang lebih mahal.

Selama menjalani step-step menuju perubahan itu memang tidaklah mudah, ada saja rintangan dan hambatan yang kadang membuat kita menyerah dan tergelincir kembali pada zona nyaman. Seperti tantangan yang selalu saya rasakan saat mengambil peran yang cukup besar. Memang berat untuk selalu berdiri paling depan saat membuat sebuah keputusan. Dan pada awalnya juga, saya selalu memiliki pikiran-pikiran negatif tentang ketidakmampuan saya menyatukan pikiran dengan para anggota yang pastinya memiliki pola pikir yang berbeda - beda. 

Kompetisi komitmen dan asumsi buruk selalu berputar di kepala, membuat perubahan atau progress kerja menjadi berjalan lambat. Akan, tetapi saya selalu mengedepankan komunikasi yang terbuka dan memastikan adanya keterlibatan semua anggota dalam membantu satu sama lain. Serta, meyakinkan diri saya untuk selalu tegas dan mau mendengarkan saran dari para anggota.

"But even if a big assumption does contain an element of truth, an individual can often find more effective ways to operate once he or she has had a chance to challenge the assumption and its hold on his or her behavior." (Kegan&Lahey, 2001, P. 91)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun