Mohon tunggu...
Alexander Timbul Sibarani
Alexander Timbul Sibarani Mohon Tunggu... Guru - Guru Pengabdi

Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian berkembangnya teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Polisi juga Manusia Sebagai Penjaga Keamanan

23 Mei 2019   22:15 Diperbarui: 23 Mei 2019   22:31 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Instagram @masagungwilis

Indonesia kembali berduka. Pasca penetapan pilpres pada tgl 21 Mei Pagi hari telah terjadi bentrok antara masa yang ingin mencari keadilan terhadap ketidak puasan terhadap putusan KPU. 

Masa yg berkumpul di Bawaslu melakukan aksi demo dan orasi menuntut atas kecurangan yang terjadi selama pemilu. Menginginkan agar pembatalan hasil keputusan KPU atas penetapan pemenang pilpres.

Tapi apa yang terjadi? Tindakan masa yang menginginkan aksi damai disusupi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab atas kerusuhan yang terjadi. Oknum-oknum yang tidak merasa puas yang meninginkab kerusuhan bahkan kalau memungkinkan memjadi chaos.

Ketika terjadi bentrok yang disalahkan siapa? Tentu saja aparat keamanan yang ada disekitar lokasi kerusuhan. Siapa dia? Polisi.

Polisi sebaga penjaga di garis depan tentu saja yang selalu disalahkan. Padahal mereka sudah bekerja sesuai dengan SOP yang telah di tentukan oleh KAPOLRI sebagai pimpinan di institusi Polri dan Kapolda DKI sebagai garis komando karena lokasi kerusuhan berada di DKI.

Masa yang di desak untuk mundur melakukan perlawanan dengan cara mendorong barisan polisi. Sebagai polisi tentu polisi itu manusia. Punya batas kesabaran walaupun telah melakukan SOP seperti telah diperintahkan pimpinan institusinya. 

Demi mempertahankan dirinya dan demi menjaga keamanan mereka rela menjadi korban terdepan karena penjagaan. Demikian dengan masa yang melakukan unjuk rasa pasti ada yang jadi korban karena tidak mengikuti aturan yang telah disuruh.

jakarta.tribunnews.com
jakarta.tribunnews.com
Kalau pun ada korban dari masa yang melakukan unjuk rasa sampai korban dunia tidak bisa langsung menyalahkan polisi sebagai garis depan. Tidak serta merta mereka langsung menembaki masa. 

Secara SOP pastilah mereka melakukan peringatan seperti penembakan gas air mata, untuk membubarkan aksi. Kalau masa memaksa terus mungkin tindakan ke 2 Polisi menggunakan Water Canon untuk memecah masa. Kalau tidak memungkinkan lagi baru melakukan tindakan yang terukur dengan peluru karet. Barulah langkah yang terakhir melakukan penembakan peluru tajam disaat genting.

https://www.suara.com
https://www.suara.com
Apakah salah polisi melakukan penembakan dengan peluru tajam? Bisa iya bisa tidak. Lihat dulu situasi dilapangan. Kalau kondisi genting, polisi sah melakukan tindakan memuntahkan peluru tajam. Dalam hal unjuj rasa tentu ada yang korban. Kalau tidak polisinya pasti masa unjuk rasa.

Mari sikapi kejadian yang terjadi secara positif. Langkah yang dilakukan oleh Polri dalam menjaga Indonesia dari ancaman sudah tepat. Apalagi saat ini sudah dilakukan penangkapan terhadap oknum-oknum yang melakukan tindakan provokasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun