Mohon tunggu...
Huis L'autre
Huis L'autre Mohon Tunggu... -

peminat filsafat

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perbandingan Gairah Relasi Eksistensial dalam Huis Clos dan Cahiers Pour Une Morale

23 Agustus 2014   17:28 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:46 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar berbagi untuk mendalami dengan sedalam-dalamnya relasi antarmanusia dalam esistensialisme Jean-Paul Sartre

1 Relasi Antarmanusia dalam Drama Huis Clos

[caption id="attachment_354996" align="alignnone" width="640" caption="huis clos"][/caption]

1.1 Latar Belakang Penulisan Drama Huis Clos

Penulisan drama Huis Clos bermula dari permintaan para sahabat Sartre yang ingin mendapatkan peran dalam sebuah drama singkat. Permintaan dari para sahabat Sartre memicunya untuk menulis drama ini hanya dengan satu babak saja agar penonton tidak membuang tenaga untuk melewati jam-jam malam yang ditentukan oleh Jerman. Situasi yang ada  tersebut menjadi inspirasi bagi Sartre untuk menempatkan tokoh-tokoh drama dalam neraka, tempat di mana mereka harus berada untuk selama-lamanya tanpa dapat pergi ke mana-mana.

1.2 Uraian Singkat Drama Huis Clos

Ada 4 tokoh yang dihadirkan sebagai pemeran dialog dalam drama Huis Clos. Ke empat tokoh tersebut, yaitu seorang pelayan valet, Garcin, Inez, dan Estelle. Dalam ruangan ini ada tiga sofa kecil, dan beberapa benda yang tidak begitu jelas, seperti pisau penggunting kertas, dan patung-patung perunggu yang sangat berat.

Pada awalnya ketiga tokoh utama dalam drama berbagi singkat atas peristiwa kematian mereka: pertama,Estelle meninggal karena menderita pneumonia (radang paru-paru),kedua,Inez meninggal karena kompor gas yang terbakar, dan ketiga,Garcin meninggal karena tembakan dua belas peluru di dadanya. Namun, keingintahuan mereka lebih lanjut akhirnya menggiring pada pembicaraan yang lebih mendalam.

Akhirnya Garcin bercerita bahwa ia sering membawa seorang gadis peranakan tinggal di rumahnya yang diketahui isterinya. Kemudian Inez berkisah, bahwaia adalah seorang lesbian yang berhubungan dengan Florence, istri dari sepupu laki-laki Inez. ia berhasil memaksa Florence untuk membenci suaminya sendiri. Pria tersebut akhirnya meninggal dalam kecelakaan mobil dan karena Florence merasa bersalah pada suaminya, akhirnya ia melakukan bunuh diri yang juga membunuh Inez. Selanjutnya Estele. menceritakan bahwa laki-laki gelapnya menembak wajahnya sendiri setelah ia melihat Estelle menenggelamkan anak hasil dari perselingkuhan mereka.

Kejujuran dalam pengungkapan masa lalu rupanya tidak membawa relasi menjadi lebih sehat. Hasrat untuk saling memperbaiki diri tidak akan pernah terpenuhi. Sifat yang dimiliki masing-masing tokoh tidak dapat membebaskan kebersamaan mereka satu sama lain.

3.1.3 Analisis Drama Huis Clos

Setiap karakter menanggung suatu sintesa atas perbuatan mereka. Akibatnya, mereka akan menyiksa satu sama lain atas kelemahan mereka untuk selamanya. Hadirnya manusia dalam relasi sesama disertai dengan kenyataan pembawaan manusia serta tubuhnya.Kehadiran tubuh manusia adalah simbol segala sesuatu tentang manusia, kelemahan, ketakutan, dan kontak manusia yang tidak diinginkan.  Tubuh manusia menjadi realitas kehadiran orang lain yang membatasi kebebasan antarmanusia.

Drama Huis Clos memperlihatkan juga kebebasan manusia yang sungguh-sungguh ditolak.Konteks kebebasan yang ditolak dalam drama ini adalah tindakan dan kata-kata. Tokoh-tokoh dalam drama tidak dapat melakukan tindakan yang bermakna dalam ruangan itu.Oleh karena tindakan tidak dapat mengubah apapun dalam ruangan itu, mereka menggunakan kata-kata untuk membenarkan tindakan masa lalu mereka.

Tidaklah mengherankan jika drama ini mencapai klimaksnya dalam pernyataan Garcin mengenai situasi ini: Neraka adalah orang lain. Konteks utama bahwa neraka adalah orang lain terletak atas penilaian orang lain terhadap jati diri mereka masing-masing. Mereka adalah hakim atas diri mereka sendiri dan sesamanya.

Tentang drama tersebut rupanya banyak orang salah menafsirkan relasi antarmanusia. Mereka mengira, Sartre berpendapat bahwa relasi kita dengan orang lain penuh dengan siksaan, tak ubahnya seperti di neraka. Dalam Huis Clos, Sartre sesungguhnya menekankan pentingnya pengaruh besar penilaian orang lain terhadap penilaian kita tentang diri kita sendiri. Maka dalam drama ini Sartre menunjukkan, bahwa jika relasi dengan seseorang itu diputarbalikkan dan menjadi lemah dan rusak, maka orang lain ituakan menjadi neraka bagi kita.

2. Relasi Antarmanusia dalam Cahiers Pour Une Morale

[caption id="attachment_354997" align="alignnone" width="223" caption="Notebook for an ethic"]

14089013901164249449
14089013901164249449
[/caption]

2.1 Latar Belakang Penulisan Cahiers Pour Une Morale

Pada masa senjanya Sartre tidak ingin teks filosofi yang belum selesai ini diterbitkan sebelum kematiannya. Berikut kutipan dari pernyataan Sartre atas buku ini:

Mereka akan mewakili sesuatu tentang yang ingin saya lakukan pada topik tertentu dan tentang suatu ketetapan yang belum saya selesaikan, dan dalam hal bahwa mereka akan menjadi definitif. Sedangkan, sementara saya masih hidup […]akan ada kemungkinan untuk saya ambil kembali, atau bahwa saya mungkin mengatakan beberapa kata tentang apa yang ingin saya lakukan pada karya tersebut. Jika diterbitkan setelah kematian saya, teks-teks ini akan tetap belum selesai dan tidak jelas, karena ada rumusan ide yang belum sepenuhnya dikembangkan. Ini akan sampai kepada pembaca sendiri yang akan memutuskan sampai di mana mereka telah membawa saya.

Ketika Sartre menulis karya Cahiers Pour Une Morale, ia masih menjadi anggota dunia akademis Prancis. Saat itu Sartre belum mendapatkan kedudukan dalam sistem guru di Universitas. Teks ini baru diterbitkan oleh anak angkat Sartre, yaitu Arlette Elkaïm-Sartre pada tahun 1983 dengan judul Cahiers Pour Une Morale. Proyek ini adalah suatu usaha yang menerangkan kebebasan manusia.Karya ini melangkah lebih jauh untuk memurnikan kebebasan menuju pada otentisitas diri.

2.2 Uraian Singkat Cahiers Pour Une Morale

Dalam Cahiers Pour Une Morale, pertobatan menjadi suatu pokok yang terus menerus disinggung dan menjadi titik acuan. Pertobatan tersebut adalah usaha Sartre untuk menggambarkan (kemungkinan) realitas manusia menjadi lebih manusiawi. Artinya, Sartre tidak dapat tidak mengambil jarak terhadap pelbagai uraian yang sudah ditulisnya dalamL’Être et le Néant. Sartre juga memiliki pandangan lain tentang relasi yang bersifat sadistis dan masokhistis dengan orang lain.

Sadisme dan masokhisme adalah penyingkapan orang lain. Sama seperti konflik pelbagai kesadaran, keduanya bermakna hanya sebelum pertobatan. Begitu juga saat kita menerima kenyataan bahwa di satu pihak kita bebas tetapi dilain pihak kita menjadi obyek untuk orang-orang lain, maka tidak ada lagi alasan ontologis untuk tetap berada dalam situasi konflik.

Tentang relasi antarmanusia.Sartre menjelaskan dengan nada yang lebih positif. Hal yang terpenting dalam relasi antarmanusia adalah kesungguhan untuk mengenal pribadi masing-masing individu.Kedalaman dalam diri manusia tidak hanya sebatas pemaknaan atas dirinya, melainkan bagaimana usaha saya untuk menempatkan diri saya secara sungguh-sungguh pada pribadinya. Oleh karena itu saya harus kehilangan diri untuk menemukan diriku (Hence I have to lose my self in order to find my self).

2.3 Analisis Cahiers Pour Une Morale

Sartre memberikan suatu konsep relasi antarmanusia yang lebih segar dengan jalan menghargai keotentikan diri masing-masing orang. Sesama seharusnya dipandang sebagai suatu anugerah.Sartre menjelaskan hal tersebut dengan perumpamaan penilaian seseorang atas suatu karya seni, misalkan lukisan.

Karya seni, misalnya, menuntut bahwa nilainya diakui secara material oleh dasar kebebasan publik. Ini adalah anugerah dan permintaan pada saat yang sama, dan hanya membuat permintaan sejauh memberikan sesuatu. Ia tidak meminta suatu kelekatan dalam hal kebebasan murni melainkan bahwa dari kebebasan, terlibat dalam perasaan murah hati, yang mana itu adalah suatu perubahan. Oleh karena ada suatu kompleksitas dalam diri sesama yang lebih dari suatu hak. Ini berarti suatu cara langsung mempengaruhi syarat kebebasan.

Dalam kasus atau peristiwa apapun, jika hubunganku dengan sesama hanya diliputi oleh ketidakpedulian, pada dasarnya perwujudan diri masih terikat kepadaku (ego).Relasi sesama manusia adalah aku yang menghargai sesamaku sebagai suatu kedalaman yang sungguh tidak dapat aku pahami. Demikian juga sesamaku yang lain menemukan diriku sebagai sesama yang mempunyai kedalaman. Maka, dalam relasi tersebut, terutama aku harus kehilangan diriku untuk mengenal diriku.

Manusia sesungguhnya tidak pernah tertutup atas dirinya sendiri.Manusia terbuka atas berbagai kebebasan yang hadir dalam dunia.Gerak kebebasan manusia dalam relasi juga mengandung unsur cinta. Dalam Cahiers Pour Une Morale, Sartre menulis bahwa tidak ada cinta tanpa pengakuan yang mendalam dan pemahaman yang timbal balik dalam kebebasan.

3. Perbandingan Relasi Antarmanusia dalam Huis Clos dan Cahiers Pour Une Morale

3.1 Persamaan

Pertama, salah satu persamaan tentang relasi antarmanusia dalam  Huis Clos dan Cahiers Pour Une Morale terletak pada landasan eksistensialisme Sarte tentang dua cara berada, yaitu être-en-soi dan être-pour-soi. Dua cara berada tersebut bertujuan untuk memahami cara berada yang khas bagi manusia dan realitas di sekitarnya.

Kedua,pokok bahasan tentang konflik dan penindasan dalam Huis Clos masih terdapat di Cahiers Pour Une Morale.Dalam Cahiers Pour Une Morale penjelasan tentang pokok bahasan tersebut tampak dalam pernyataan: “negasi dari subyektivitas saya”, “dosa terhadap kebebasan”, “obyektivikasi yang mengakibatkan keterasingan kebebasan, maka keterasinganlah yang membawa manusia tidak bisa keluar darinya”. Ungkapan-ungkapan yang terdapat dalam Huis Clos yaitu, “tutup mulutmu, persetan”, “apa kau sadar, bahwa wanita muda ini sudah ditakdirkan untuk menyiksa kau?”

Ketiga, paham eksistensi mendahului esensi terdapat dalam Huis Clos dan Cahiers Pour Une Morale.Arti dari paham tersebut adalah manusia terlebih dahulu bereksistensi, kemudian merealisasikan dirinya dan pada akhir hayatnya barulah dapat dikatakan tentang esensinya.Baik eksistensi maupun esensi, ditentukan dari pelaksanaan kebebasan.

6.1.3 Perbedaan

Pertama,paham tentang kebebasan dalam Cahiers Pour Une Morale sungguh berbeda dalam Huis Clos. Cahiers Pour Une Moral memandang kebebasan sebagai suatu anugerah. Sementara itu dalam Huis Clos, kebebasan orang lain sungguh merenggut kebebasanku. Dalam Cahiers Pour Une Morale, Sartre berbicara banyak tentang kemurahan hati. Sikap tersebut tidak lain adalah jalan untuk terlibat dalam pewujudan diri yang otentik. Maka, bagi Sartre, setiap manusia harus bersedia menerima kebebasan orang lain.

Kedua,dalam Cahiers Pour Une Morale, relasi saling mengobyekan, bukanlah merupakan suatu penindasan dan konflik. Menjadi obyek orang lain tidak selalu berarti untuk diperbudak oleh orang lain. Menurut Cahiers Pour Une Morale,tindakan saling mengobyekkan mengganggu hanya jika kebebasannya direnggut oleh orang lain. Menjadi obyek sesungguhnya sama sekali tidak menjadi ancaman dalam dirinya sendiri. Sementara itu, dalam Huis Clos relasi saling mengobyekkan adalah relasi konflik.

Sumber tulisan

Anderson,Thomas C. Sartre’s Two Ethic: From Authenticity to Integral Humanity. United States of     America: Open Court Publishing Company, 1993.

Galens, David (ed.). Drama For Student Vol. 15. USA: Gale Group, 2002.

Howells, Christina. Sartre: The Necessity of Fredom. Cambride: Cambride University Press, 2009.

Priest, Stephen (ed.). Jean-Paul Sarte: Basic Writings. London – New York: Routledge, 2001.

Rowley,Hazel. Téte-a-Téte: Simone de Beauvoir and Jean-Paul Sartre. New York: HarperCollins Publisher, 2005.

Sartre, Jean-Paul Being and Nothingness.(Judul asli: L’être et le néant). Diterjemahkan oleh: Hazel E. Bernes. London: Methuen & Co. Ltd., 1958.

-------. Notebook for an Ethic (Judul asli: Cahiers Pour Une Morale). Diterjemahkan oleh David Pellauer.Chicago-London: The University of Chicago Press, 1992.

-------. The Words (Judul asli: Les Mots).Diterjemahkan oleh Bernard Frechtman.London: A Fawcet Premier Book, [tanpa tahun].

--------. Pintu Tertutup. (Judul asli: Huis Clos).Diterjemahkan oleh Asrul Sani.Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1979.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun