Penerapan komunisme di Korea Utara jauh lebih fatal. Kepala negara dikultuskan layaknya tuhan. Tidak boleh ada oposisi, kritik adalah hal yang tabu. Jika ada yang resisten, akan diciduk dan dihilangkan nyawanya. Bahkan sanak keluarga sendiri. Itulah yang dilakukan oleh Kim Jong Un, pemimpin Korea Utara saat ini. Menengok sebentar ke masa lampau, Uni Soviet pecah berkeping-keping hampir menjadi tiga puluh negara pasca Gorbachev beruji coba dengan demokrasi dengan menerapkan prinsip glasnost, perestroika, serta uskoreniye pada masa pemerintahannya. Hal ini menunjukkan, rakyat Soviet sudah muak dengan komunisme sehingga mereka memilih bebas dan terpisah sama sekali dengan Uni Soviet.
Peringatan G30-S-PKI tahun ini seharusnya ditempatkan pada ranah edukasi kepada masyarakat, baik dari sisi ideologis, historis, maupu sosial kebudayaan. Alangkah buruknya apabila peringatan hari bersejarah tersebut justru menelurkan konflik dan pembelahan di masyarakat. Apalagi ada yang menggiringnya untuk kepentingan politis pribadi dan kelompok. Edukasi kepada masyarakat mengenai komunisme dari sisi ontologis serta ketidaksesuaiannya dengan kebutuhan era kini jauh lebih penting. Komunisme sudah tidak laku untuk dijajakan. Musuh kita saat ini adalah praktik kapitalisme yang jauh lebih bengis. Tantangan kita sejatinya adalah apakah kita benar-benar mencintai Pancasila dan siap mengamalkannya. Itu yang harus benar-benar kita pikirkan.
*Boy Anugerah, penulis adalah Alumnus Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia
https://nusantaranews.co/komunisme-sudah-tak-layak-jual/