Mohon tunggu...
M.Abdussalam Hizbullah
M.Abdussalam Hizbullah Mohon Tunggu... Administrasi - mencoba menulis meski tidak berbakat

jika tulisanku ini bermanfaat, bagikan pada orang lain agar manfaatnya tidak terhenti padamu. 😘😘

Selanjutnya

Tutup

Politik

Provokasi yang Asyik

21 Maret 2018   06:22 Diperbarui: 21 Maret 2018   08:05 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Informasi dalam jaringan media sosial saat ini telah menjadi lebih cepat dari pada informasi yang tersebar di koran atau televisi. Tetapi, dengan pesatnya informasi itu, ada yang justru memanfaatkannya sebagai sarana provokasi yang apik. Perdebatan-perdebatan yang terjadi dalam kolom komentar terlihat sangat seru. Saling berargumentasi dengan memberikan data dari reverensi-reverensi yang disajikan dengan keilmiahan. Adu komentar denga mengucapkan caci maki. Hal-hal Itu menjadikan adegan provokasi yang terjadi menjadi sangat menyenangkan.

Yang menjadi target, tentu orang-orang yang kurang pandai dalam menganalisa suatu masalah secara cermat dan seksama. Orang-orang yang menyerap berita tanpa melakukan penyaringan terhadap konten-konten di dalamnya. Dan buruknya lagi. Dan kebanyakan, orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini adalah orang-orang yang menjadi pemeluk agama mayoritas di negeri ini. Orang-orang yang beragama Islam. Dengan tidak adanya penyaringan terhadap berita-berita yang diterima oleh mereka, hal ini menjadikan Islam menjadi lebih tersudutkan. Padahal, jika mereka mencoba untuk lebih mencermati suatu berita provokasi yang disebarkan, tentu mereka tidak akan terprovokasi. Tetapi, karena mereka tidak berlaku demikian, maka provokasi menjadi semakin asyik di negeri ini.

Selain mereka, provokasi juga ditujukan pada orang yang mempercayai tulisan ilmiah, tetapi tidak berpikir secara ilmiah. Mengutip segala sesuatu tanpa melakukan analisa yang mendalam. Melogikakan suatu masalah hanya dalam satu sudut pandang. Dan buruknya lagi, kebanyakan orang-orang yang termasuk dalam kelompok ini lagi-lagi adalah orang yang beragama Islam. Padahal mereka bisa saja mengkaji suatu masalah secara lebih mendalam. Tetapi mereka lebih memilih untuk terprovokasi. Menambah keseruan adegan provokasi di negeri ini.

Kemudian, ada lagi orang-orang yang mudah terhasut dan terbawa amarah. Ketika ada suatu berita yang mereka terima, sedangkan berita tersebut dianggap sebagai suatu yang menyalahi ketentuan mereka, mereka secara spontan menjadi kalap dan maju pada barisan paling depan untuk turut memberikan warna pada adegan provokasi yang disebarkan. Dan lagi, kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang beragama Islam. Mereka memilih ikut dalam euforia provokasi, padahal mereka bisa lebih tenang ketika menerima suatu berita.

Selain itu, ada pula orang-orang yang tidak terlalu paham akan ajaran agamanya. Orang-orang yang tidak menerapkan nilai-nilai ajaran agama dalam kesehariannya. Orang-orang yang masih mudah terbawa arus pergolakan agama yang ada. Dan lagi, hal buruknya adalah kebanyakan dari mereka beragama Islam. Padahal, jika mereka mengikuti ajaran agama secara baik, menerapkan nilai-nilai ajaran tersebut dalam kehidupannya, maka tentu mereka tidak ikut menjadi bagian dari hebohnya provokasi di negeri ini.

Dan ada lagi, orang-orang yang hobi dalam adegan provokasi. Mereka yang selalu mengeluarkan umpatan, cacian, kata-kata kotor, ungkapan amarah yang dilakukan untuk menambah seru suasana provokasi. Dan sekali lagi, hal buruknya adalah kebanyakan dari mereka beragama Islam. Padahal mereka bisa menunjukkan cara yang baik, tetapi justru sebaliknya.

Jika diperhatikan, banyak sekali provokasi terarah pada umat Islam. Kenapa? Karena Islam itu besar. Meruntuhkannya tidak harus merendahkan Islam, tetapi cara yang paling baik adalah dengan memberikan provokasi agar pemeluk agama Allah ini menunjukkan sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mudah bukan?

Ya, memang sangat mudah. Karena sebagian besar dari masyarakat muslim negeri ini termasuk pada orang-orang yang biasanya terjerumus pada provokasi-provokasi yang seakan dianggap akan menaikkan citra Islam, tetapi tujuan sebenarnya adalah menurunkan citra Islam sekaligus memperkeruh nama Islam dalam perpolitikan Indonesia.

Mereka yang melakukan provokasi bisa tenang. Karena provokasi mereka pasti akan cepat menyebar dan akan banyak yang mendukung provokasi itu. Ditambah lagi, orang yang telah terprovokasi akan membantu secara sukarela untuk memprovokasi orang lain. Hooooo, provokasi dinegeri ini memang benar-benar asyik.

Misalanya ada berita provokasi kriminalisasi ulama. Kemudian dalam cuitan dalam media sosial, ditambahkanlah caption "viralkan, agar berita ini sampai ke presiden". Atau caption "jangan terprovokasi, viralkan, agar berita ini didengar pemerintah". Dan hal buruknya, konsep caption seperti ini juga diikuti oleh orang yang terprovokasi. Dan hal itu menciptakan sukarelawan provokator.

SADARKAH KALIAN?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun