Mohon tunggu...
Bonefasius Zanda
Bonefasius Zanda Mohon Tunggu... -

Pendidik SMA Katolik Regina Pacis Bajawa-Flores-NTT

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politisi Tunggu Momen?

12 Februari 2019   17:07 Diperbarui: 12 Februari 2019   20:43 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua jenis pertanyaan ini telah meracuni otak dan hati manusia terkhusus para pemimpin dan dampaknya adalah akan tetap ada jarak atau jurang pemisah antara seorang pemimpin dan masyarakat kecil. 

Untuk itu, tipikal caleg-caleg yang macam ini tak perlu dipilih. Sebab, jika tidak, maka rahim demokrasi bangsa kita akan kian rusak. Bahkan akan menjadi sangat murahan.

Kedua, mendengar suara masyarakat. Bahwasanya, setiap politisi yang memutuskan untuk menjadi caleg, sudah sepantasnya harus memiliki  identitas diri. 

Caleg yang memiliki identitas, secara kasat mata akan terlihat melalui kemasan diri yakni memiliki cita-cita, dan visi-misi hidup yang berorientasi pada rasa solidaritas pada diri, sesama dan lingkunganya. 

Ini bisa terjadi, hanya ketika para caleg selalu menempatkan dirinya untuk banyak mendengar, banyak berbuat dahulu (investasi sosial) dan selalu peka pada situasi sosial dan lingkungannya. Sebab identitas diri sangat berkaitan erat dengan sesama yang lain dan juga lingkunganya. 

Bekerja atau berbuat baik bukan berhasrat untuk mendapatkan kekuasaan. Melainkan bekerja atau berbuat baik karena kita diciptakan untuk itu. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Erikson bahwa identitas pada hakikatnya juga bersifat "psikososial", karena identitas adalah "solidaritas batin dengan cita-cita dan identitas kelompok". 

Oleh karena itu, pembentukan identitas diri yang utuh harus dimiliki oleh seorang caleg serta calon pemimpin lainya. Sebab identitas diri selalu mengacu pada sebuah proses yang terjadi dalam inti dari pribadi, juga di tengah-tengah masyarakat serta lingkunganya.

Selain itu, penguatan identitas diri sangat berkaitan erat juga dengan peningkatan kapasitas diri yang melingkupi kecerdasan otak, hati, spiritual dan juga kepribadian. Ini menjadi sangat penting, agar masyarakat tidak boleh salah memilih yang pada akhirnya hanya mampu melahirkan pemimpin dengan identitas yang terpecah dan tidak utuh. 

Untuk itu, mendengar setiap suara masyarakat; baik dalam bentuk teguran keras, kritikan ataupun nasihat-nasihat yang humanis adalah keharusan. 

Dan nasihat seorang petuah sebagaimana termaktup dalam kisah di atas mau melegitemasi bahwa untuk menjadi seorang pemimpin tidak semudah membalikan telapak tangan. Ataupun hanya menunggu momen untuk mengemis. 

Namun lebih daripada itu, haruslah menciptakan sebanyak mungkin momen untuk melakukan berbagai investasi sosial sebanyak-banyaknya tanpa harus menuntut imbalan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun