Mohon tunggu...
Bonaventura Jaladri
Bonaventura Jaladri Mohon Tunggu... Seorang pelajar

Pecinta musik dan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

CC Cup XL 2025: Upaya Membangun Semangat Belajar Berkelanjutan

5 Oktober 2025   14:42 Diperbarui: 5 Oktober 2025   23:35 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Pertandingan Basket CC Cup XL 2025 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

      Pengalaman-pengalaman di atas membawa pelajaran hidup bagi kami. Pelajaran pertama berkaitan dengan kepemimpinan. Kepanitiaan catur CC Cup mengasah aspek kepemimpinan dari para anggotanya. Dengan adanya kepanitiaan ini, baik koordinator maupun panitia dapat belajar untuk mampu memimpin dirinya sendiri maupun orang lain menuju kesuksesan. Hal tersebut sudah ditunjukkan baik oleh koordinator maupun anggota. Ketika panitia belum memahami konsep pertandingan catur, koordinator menunjukkan kepeduliannya dengan mengajari anggota-anggotanya hingga paham. Sementara itu, panitia memberi saran-saran yang sekiranya dapat membangun dan menyukseskan pertandingan catur. Selain kepemimpinan, para panitia juga belajar mengenai keterbukaan untuk dibentuk. Keterbukaan tersebut ditunjukkan dengan kesediaan untuk mempelajari konsep permainan catur dan pantang menyerah sekalipun belum paham. Selain itu, kemauan untuk menjalankan jobdesk masing-masing menandakan bahwa panitia terbuka untuk mengalami penempaan di dalam kegiatan ini. Hal tersebut sesuai dengan konsep lifelong learning yang menuntut setiap orang untuk belajar seumur hidup, termasuk kemampuan yang belum pernah dipelajari. Kombinasi antara kedua nilai tersebut membentuk kolaborasi yang mampu menyukseskan pelaksanaan kegiatan lomba catur.

Kepemimpinan dan kemauan untuk dibentuk merupakan kombinasi untuk membentuk kolaborasi.

      Penempaan panitia selama CC Cup tidak berhenti sampai di pertandingan saja. Setelah dinamika perlombaan berakhir, seluruh panitia dikumpulkan untuk melakukan evaluasi pada hari-hari tertentu. Selain untuk melakukan koreksi terhadap kekurangan panitia selama pelaksanaan CC Cup di hari tersebut, evaluasi juga bertujuan untuk memastikan kesiapan pelaksanaan kegiatan di hari berikutnya. Saat evaluasi, panitia inti memberikan apresiasi maupun kritikan terhadap seksi terkait. Apresiasi diberikan jika suatu seksi berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik. Dengan adanya apresiasi, diharapkan seksi tersebut menjadi lebih semangat untuk semakin giat bekerja. Sementara itu, kritik diberikan apabila terdapat kekurangan dalam kinerja panitia. Bahkan, tidak jarang kritik diberikan secara terang-terangan. Hal tersebut bukan dimaksudkan untuk menyerang suatu bidang kepanitiaan, tetapi lebih sebagai motivasi agar seksi terkait dapat bekerja lebih baik di kemudian hari. 

    Memang evaluasi merupakan kegiatan yang cukup melelahkan. Sebab, setelah berdinamika dalam kepanitiaan masing-masing, seluruh panitia masih harus membahas kinerja mereka di hari tersebut. Meski begitu, kegiatan ini memberi pelajaran untuk terus berefleksi. Kesadaran tersebut harus muncul karena kesempurnaan yang sejati tidak pernah ada dalam dinamika manapun. Selalu akan ada celah tempat ketidaksempurnaan tampak. Oleh karena itu, kemampuan berefleksi sangatlah dibutuhkan, baik dalam dinamika CC Cup maupun di kehidupan sehari-hari. Dengan mampu berefleksi, seseorang dapat lebih sadar akan pengalaman yang sudah ia lakukan dan lebih waspada akan terulangnya berbagai kekurangan yang sudah dilakukan. 

Refleksi sebagai sarana untuk menengok kembali pengalaman yang sudah berlalu sekaligus melakukan evaluasi.

    CC Cup tidak hanya memfasilitasi para panitia untuk mengalami pembelajaran, tetapi juga peserta lomba. Sekalipun pertandingan-pertandingan berjalan dengan sengit, ternyata tetap ada rasa kekeluargaan di antara para pemain. Hal tersebut penulis rasakan selama menjadi panitia catur. Selama pertandingan, ruangan memang terasa sunyi. Tidak ada suara yang terdengar signifikan selain dari sorak sorai pertandingan minisoccer maupun komplain dari pemain karena masalah pada jam catur. Meski begitu, suasana mencair tatkala pertandingan usai. Baik pihak yang menang atau kalah saling mengobrol satu sama lain, baik untuk bersenda gurau atau membahas pertandingan yang baru saja berlalu. Melalui pengalaman tersebut, mereka dapat belajar mengenai arti sportivitas dengan mau terbuka terhadap kawan yang sebelumnya menjadi lawan. Tidak hanya itu, mereka juga belajar untuk membentuk jaringan pertemanan yang sehat. Hal tersebut sangat krusial pada masa ini. Dalam menghadapi tantangan di dunia saat ini, bekerja sendirian akan mempersulit keadaan. Oleh karena itu, jaringan pertemanan perlu dibentuk sebagai langkah untuk bergerak lebih jauh bersama-sama.

   Di tengah hiruk pikuk aktivitas akademi, CC Cup XL 2025 merupakan bukti bahwa pembelajaran nonakademis bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Memang pelaksanaan kegiatan tersebut memakan energi dan pengorbanan yang tidak sedikit, baik itu waktu untuk mengerjakan tuntutan akademik maupun melakukan urusan pribadi. Meski begitu, ternyata pengorbanan tersebut membuahkan pelajaran-pelajaran yang berguna, baik itu terhadap panitia maupun peserta lomba. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kolese Kanisius sudah berusaha sebaik mungkin untuk menanamkan semangat belajar berkelanjutan pada diri siswanya. Dengan adanya kegiatan ini, para pelajar dapat semakin berkembang dalam berbagai aspek, dimulai dari keterampilan nonteknis maupun karakter. 

   Oleh sebab itu, sebagai bagian dari pengembangan diri pelajar, setiap institusi pendidikan sudah seharusnya mulai menaruh perhatian pada penanaman semangat belajar berkelanjutan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi ruang pada siswa untuk berkarya dan berpartisipasi dalam berbagai dinamika nonakademis. Selain itu, para pelajar, termasuk penulis sendiri, juga harus berinisiatif untuk melakukan pengembangan diri. Di era digital saat ini, terdapat berbagai ruang untuk mempelajari berbagai hal, dimulai dari keterampilan nonteknis hingga sikap yang harus dibangun untuk masa ini dan akan datang. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk menjadikan diri sendiri sebagai pribadi yang lebih baik. Dengan itu, penulis yakin akan semakin banyak generasi muda yang berkarakter luhur dan siap untuk berpartisipasi dalam menjawab kebutuhan zaman. 

       

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun