Waktu Mendukung Kebersamaan

Makan malam yang diwarnai dengan aneka cerita yang tiada habisnya membuat suasana makan pun makin seru walaupun tak ada lagi yang mau untuk disantap melainkan hanya obrolan saja yang mengalir deras di meja makan pastoran itu sendiri. 

Suasana makan dan durasi makan yang lama seperti ini belum pernah saya alami selama saya pernah tinggal di pastoran yang justru semkain membuat saya sadar dan tahu bahwa kebersamaan para romo di pastoran itu yang paling intensif di meja makan saat makan bersama. 

Hal ini dikarenakan di meja makan inilah cerita akan mengalir di dalamnya dan dapat saling berbagi satu sama lain sesuai pengalaman masing-masing sehingga pelayanan pastoral ke depannya akan dibawa kemana tentu dapat hadir dan tercetus melalui makan bersama ini sehingga ide-ide itu akan muncul dengan sendirinya saat dikomunikasikan dengan orang yang tepat dan waktu yang tepat. 

Apalagi, saat makan malam para romo cenderung sudah memiliki banyak waktu kosong sehingga dapat lebih leluasa untuk berbagi dan bercerita satu sama lain, khususnya pengalaman selama sehari itu. Hal ini saya rasa penting sebab perjumpaan dan komunikasi itu sungguh menguatkan dan meneguhkan satu sama lain. Tanpa itu suatu komunitas takkan berjalan dengan baik dan lancar, kalaupun berjalan akan terkesan berjalan sendiri-sendiri dan mengutamakan ego diri tentunya.

 Suasana seperti itu membuat makan malam itu tak terasa sudah berlangsung lama sehingga saat kami hendak mencuci piring bekas makanan yang menempel di piring itu sudah mengeras sehingga perlu digosok ekstra untuk membersihkannya. Apalagi, kebersamaan itu tak berhenti saat makan malam ini saja melainkan berlanjut dengan adanya telpon dari umat untuk mampir ke rumahnya guna menikmati daging anjing yang telah dimasak oleh mereka. 

Waktu yang sudah malam pun tak menyurutkan semangat untuk berangkat ke rumah umat itu dan melanjutkan makan daging anjing di sana. Hal ini dikarenakan sudah diajak maka diharapkan hadir asalkan masih memungkinkan untuk itu dan jangan memaksakan diri hanya untuk menyenangkan umat belaka. Artinya, tetap mempertimbangkan banyak hal untuk berangkat atau tidak melihat waktu yang sudah malam itu sendiri. 

Walaupun demikian, kalau sudah suka dan hobi pasti akan diusahakan untuk berangkat kapanpun itu waktunya sebab itu memuaskan dan sungguh membahagiakan bagi diri dan orang lain. Hal ini dikarenakan di dalamnya tercipta kebersamaan dan persaudaraan yang tentunya tak boleh terlewatkan begitu saja, apalagi waktu yang ada mendukung untuk itu.

Maka, pengalaman ini mengajarkan saya bahwa waktu itu sungguh mendukung kebersamaan sebab waktu yang tersedia apabila dimanfaatkan dengan baik akan berbuah bagi hidup ini dan kebersamaan dengan sesama yang sungguh akan saling mendukung dan menguatkan satu sama lain. Hal ini dikarenakan di dalamnya tercipta komunikasi yang membuat pembicaraan itu mengalir dan tercetus di dalamnya sehingga sukacita, hal baru, dan wawasan itu bertambah dan bertumbuh dengan sendirinya. 

Dan ada suatu pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik yang sungguh pas untuk menggambarkan pengalaman ini yang sungguh dari pengalaman itulah saya dapat memperoleh banyak hal baru dengan perjumpaan dan komunikasi dengan orang-orang baru juga tentunya sehingga lingkup pergaulan / circle pergaulan saya itu tidak hanya itu-itu saja dan bersedia untuk membuka diri dengan orang lain sehingga hidup ini terasa nyaman, aman, dan tenteram.