Mohon tunggu...
Bonavantura Sampurna
Bonavantura Sampurna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis sastra dan karya ilmiah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Refleksi Teologis

26 April 2023   18:27 Diperbarui: 26 April 2023   18:34 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahasiswa Semester 6 IFTK Ledalero-Prodi Filsafat (Dokpri)

Lingkungan yang Tercampak dan Mahasiswa yang Terlibat

Refleksi kritis situasi paradoks kebersihan lingkungan di tengah kebersamaan sosial masyarakat dan keterlibatan mahasiswa memberi ruang kesadaran baru

Lingkungan menjadi suatu persoalan problematis yang perlu mendapat perhatian serius di tengah masyarakat Indonesia. Kenyataan atas kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan dapat dijumpai dengan berbagai macam bentuk sampah yang berseliweran. Baik di kota maupun di kampung-kampung, sangat mudah kita temui sampah-sampah organik dan non organik yang berhamburan. Kesadaran mayarakat masih belum sepenuhnya terbuka lebar untuk melihat sampah sebagai suatu persoalan serius yang perlu diatasi.[1]

Di tengah realitas ketidakpedulian masyarakat atas situasi sampah yang melimpah, Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero menetapkan satu mata kuliah khusus untuk membuka kesadaran kaum muda atas situasi paradoks kepedulian terhadap lingkungan. Filsafat Echo-Sophy menjadi semacam wadah kritis untuk membongkar kebiasaan lama yang buruk dalam hidup bermasyarakat. Selama kurang lebih 4 bulan, mahasiswa dibekali dengan konsep-konsep teoritis dan pergulatan ilmiah berkaitan dengan sistuasi paradoks kepedulian lingkungan hidup. Kebakaran hutan, pembabatan hutan, tambang, perkampungan kumuh, dan berbagai realitas actual berhubungan dengan keegoisan mansuia atas lingkungan dan alam ditampilkan di hadapan seluruh mahasiswa Semester V. Hal ini penting untuk membuka suatu kesadaran baru atas pentinganya membangun kepedulian yang mendalam terhadap lingkungan dan alam.

Dr. Felix Baghi, pengampuh mata kuliah Echo-Sophy, menyadari sungguh akan pentinganya implementasi riil atas perkuliahan Echo-Sophy. Mahasiswa dikerahkan untuk terlibat dalam kepedulian terhadap alam dengan mendatangi lokasi tertentu yang syarat akan sampah. Pasar Alok Maumere menjadi pilihan utama untuk mahasiswa mengekspresikan kepedulian mereka terhadap realitas sampah  yang ada. Hal ini penting sebagai bagian dari aktus mengada manusia di tengah dunia. Sikap dasar manusia yang kompleks atas dunia; dominasi, koperatif, teosentris, partnership, partisipatif dan unio-mistika dibentuk sesuai dengan lingkungan sosial dan kultural tempat manusia menghadirkan dan memproyeksikan dirinya secara aktif. Di tengah situasi kompleks sikap dasar manusia, mahasiswa IFTK dituntut untuk lebih koperatif, membangun relasi simbiosis dengan alam. Mahasiswa IFTk melalui program pembersihan sampah di pasar Alok dibentuk untuk pastisipatif, mengambil bagian dalam keberlangsungan hidup alam yang asri. Alam dan manusia mesti berjalan beriringin sebagai parter hidup dengan saling memberi diri.[2] 

 Etika Normatif: relasi moral manusia dan lingkungan/ alam[3]

Moral malum melahirkan sikap destruktif dalam diri manusia dengan melahirkan bentuk-bentuk dominasi sepihak atas alam. Sikpa antroposentrisme yang menekankan kekuasaan mutlak manusia atas alam dapa kita lihat sebagai alasan lahirnya perusakan alam. Rendensi manuia unutk menguasai alam telah dirasuki oleh teori-teori ilimiah yang melihat manusia sebagai penguasa atas alam. Dalam situasi paradoks seperti ini, perlu dibangun suatu etika normatif yang mengatur relasi manusia dengan alam. Nilai-nilai moral dalam relasi itu perlu dibentuk untuk menjaga keseimbangan simbiosis antara manusia dengan alam. Etika selalu berusaha untuk menyelidiki kewajian moral, baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia dalam praksis hidupnya di tengah dunia di hadapan lama/ lingkungan.

 Alam semesta/ kosmos pada dasarnya memiliki struktur hierarkis yang teratur dengan nilai harmoni dasariah yang selalu berorientasi kepada kebaikan dan keindahan. Manusia sebagai bagian dari anggota komunitas dunia perlu menyadari batasan-batasan normatif dalam mengelola alam. Dalam hal ini, mahasiswa IFTK berupaya melhirkan sikap etis dalam relasi dengan alam dengan membersihkan sampah yang berseliweran di sekeliling pasar Alok. Pertama, respek terhadap alam. Membangun sikap penghormatan terhadap alam mesti menjadi cita-cita bersama manusia. Hal ini penting sebagai bentuk tanggungjawab manusia atas alam yang dikelolanya. Realitas sampah di pasar Alok menjadi contoh praktis keegoisan manusia yang didominasi oleh sistem kekuasaan mutlak manusia atas alam. Manusia tidak memberikan respek yang berarti atas alam yang senantasa memberi diri utnuk keberlangsungan hidup manusia. Kehadrian mahasiswa IFTK dalam arti terselubung mencoba mmebuka kesadaran ekologis masyrakat akan pentingnya kebersihan lingkungan sebagai reorientasi atan lingkungan yang indah dan bersih.

Kedua, dari antroposentris ke ekosentris. Kekuasaan mutlak manusia atas alam perlu diarahkan dengan lebih teliti untuk menghindari dominasi sepihak atas alam. Pandangan antropsentris yang meilaht manusia sebagai sentrum perlu diubah dan ditanami benih-benih pemikiran reflektif dengan memberikan kesadaran baru bahwa manusia bagian dari alam dan bukan alam adalah bagian dari manusia. Upaya praktis mahasiswa IFTK dalam membersihkan lingkungan pasar Alok perlu dilihat sebagai upaya untuk membangun solidaritas yang intim dengan alam. Mahasiswa menyadari keterbatasannya di tengah dunia dan di hadapan alam yang memberi diri secara total untuk kelangsungan hidup manusia. Ketiga, etika normatif yang mengikat relasi aktus praktis manusia di tengah alam perlu ditanamkan sejak awal dalam diri kaum muda. Semua pihak perlu mengambil bagian dalam membangun suatu etika hiduo bersama dengan alam lingkungan.[4]  

 Lingkungan yang Tercampak dan Mahasiswa yang Terlibat: Spiritualitas Tanggung Jawab Ekologis

 Dalam ketersingkapannya di tengah dunia, manusia memproyeksikan dirinya secara aktif dengan meraih impian hidup. Dalam aktus mengadanya di tengah dunia, manusia berhadapan dengan entitas-entitas lain yang mengada. Lingkungan/ kosmos alam semesta telah hadir sebelum manusia memhami dirinya secara baik. Alam senantiasa memberikan drinya secara total demi keberlangsungan hidup manusia. Kehadiran manusia dalam konsep teologi yang dipandang sebagai mahkota ciptaan perlu dipahami dengan baik oleh setiap individu. Manusia dianugerahi akal budi dan kebebsan dengan satu tujuan agar manusia mewakili alam semesta membwakan madah pujian bagi Allah Pencipta.[5] 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun