"Kami benar-benar berharap Pemerintah segera memberikan izin agar pabrik Semen Indonesia yang di sini segera beroperasi,"
Begitu sepanggalan pernyataan salah satu tokoh masyarakat Desa Pasucen, Pak Sarki.
Bulan Januari 2018, saat saya berkunjung ke lima desa yang berada di sekitar ring-1 pabrik Semen Rembang. Kelima desa itu Desa Pasucen, Desa Tegaldowo, Desa Kajar, Desa Timbrangan, dan Desa Kadiwono. Selama kunjungan, begitu terlihat perubahan yang signifikan sejak terakhir saya berkunjung pada tahun 2013. Mulai dari jalan menuju kesana yang kini sudah mulus, sistem perairain sawah rapih, hingga keceriaan warga terutama anak-anak yang ada di Taman Baca.
Begitu pula dengan perekonomian masyarakat disana. Tercatat di BPS, presentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Rembang menurun, dari tahun 2014 sebesar 19,5 persen sampai tahun 2017 menjadi 18,35 persen dari total penduduk (sumber : BPS Kab Rembang).
Meningkatnya perekonomian itu, diperkuat juga dengan pernyataan Pak Sarki. Beliau sebut, bahwa kini pengangguran di desanya sudah jauh berkurang, juga pendidikan sudah jadi utama.
"Itu semua bantuan dari Semen Indonesia," tutur Pak Sarki.
Diketahui sebelumnya, pada tanggal 16 Juni 2014, sebongkah batu pertama pembangunan pabrik semen baru diletakan PT Semen Indonesia di Rembang. Pabrik Semen Rembang ini sebagai perluasan kapasitas produksi. Dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pasar, karena dari tahun ke tahun permintaan akan semen semakin meningkat. Bulan November 2016, dana sebesar Rp 4,98 triliun pun tersulap menjadi pabrik semen berteknologi terbaru dan ramah lingkungan.
Sekali melompat, dua pulau terlewati...
Maksud tujuan bakal perluasan kapasitas produksi, ternyata turut serta majukan wilayah Rembang.
Terhitung sejak awal dibangun hingga tahun 2017, sudah puluhan miliar rupiah dana CSR digelontorkan Semen Rembang, diperuntukan kelima desa itu bakal pembangunan infrastrutur, tunjang kesehatan dan pendidikan, serta pertanian (baca : http://www.semenindonesia.com/pt-semen-indonesia-gelontorkan-dana-rp-1027-miliar-untuk-csr-di-rembang/).
Gak sampai disitu, meski belum beroperasi, sebut Pak Sarki, sudah banyak warga terutama pemuda di desanya ditarik menjadi pegawai pabrik. Bahkan soal pertanian yang biasa panen dua kali dalam setahun, kini tiga kali.
