Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ternyata Aku Bukan Diplomat

16 Februari 2021   20:58 Diperbarui: 16 Februari 2021   22:41 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Diplomat ...! Sebuah kata yang selalu aku ingat semenjak duduk di bangku kelas 1D SMA Delayota tahun 1990 (SMA N 8 Jogja). Dan itu menjadi salah satu kisah tak terlupakan dalam hidupku (unforgettable story), tiga puluh satu tahun yang lalu. Selalu mengingatkan aku pada almamater dan juga pada sosok guru seni lukisku, Pak Hardi. Meskipun arti dari diplomat itu bertolak belakang dengan sifat dan karakterku.

Sayangnya aku tidak bisa menghadiri reuni perak angkatanku tiga tahun yang lalu sehingga tidak bisa bertemu dengan beliau.

Menurut KBBI diplomat adalah orang yang berkecimpung dalam bidang diplomasi (menteri luar negeri, duta besar, dan sebagainya). Sedangkan diplomasi artinya kecakapan menggunakan pilihan kata yang tepat bagi keuntungan pihak yang bersangkutan (dalam perundingan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan sebagainya).

Jujur saja aku tidak mempunyai kemampuan untuk itu. Kata teman-temanku saat itu, aku ini orangnya pendiam. Sekarang juga masih pendiam, he he ....

Aku tidak pandai merangkai kata yang tepat untuk mengutarakan pendapat maupun berdebat. Orang Jawa bilang kalau aku ini 'isinan' atau pemalu (dari kata dasar 'isin' yang artinya malu).

Tetapi kata diplomat pernah ditulis dibalik kertas gambarku oleh Pak Hardi, guru seni lukisku saat itu. Entahlah, aku juga tidak tahu maksud beliau mengapa bisa menuliskan kata itu untukku.

Ceritanya begini ....

Waktu itu Pak Hardi sedang mengajarkan materi seni lukis tentang gradasi warna. Tentang tingkatan sebuah warna dari warna paling tua menuju muda, begitu sebaliknya. Juga bagaimana cara mencampur warna tersebut hingga menjadi suatu tingkatan warna dengan perubahan yang lembut. Meski tidak mendetail, tapi semua siswa paham dan dapat mempraktekkannya.

Kemudian semua siswa diberi tugas melukiskan gradasi warna sesuai warna kesukaannya pada sebuah bentuk bangun datar yang telah dicontohkan oleh beliau. Setelah selesai beliau akan memberikan ulasan tentang gradasi warna yang telah dipilih oleh setiap siswa.

Ulasan itu akan mencakup kecenderungan sifat dan pekerjaan yang sesuai untuk masing-masing siswa ke depannya. Ini bukan meramal lho ...! Karena ini ilmiah, berdasarkan ekspresi pemilihan warna yang kita sukai.

Ulasan ini untuk menunjukkan potensi dasar yang dimiliki oleh semua siswa. Sekali lagi, ini hanya potensi dasar! Jika tidak dikembangkan, potensi ini tidak akan muncul pada diri setiap siswa dan tidak akan membentuk katakternya, begitu kira-kira kata beliau saat itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun