Tono kembali tersenyum melihatnya. "Mungkin ini pelajaran pertama untuk mata batinmu Son. Berusaha keras meskipun memancing bukan hobimu."
"Hhhh ... benar juga," kata Sono sambil sekuat tenaga melempar anak pancingnya.
Ssrrrtttt ... pluukk ....
Kali ini Sono berhasil. Dia pun tersenyum lega kemudian mengambil posisi duduk agak jauh dari Tono. Sejenak mereka saling diam menunggu umpan pancingnya di makan ikan. Pikiran Sono kembali teringat pada wejangan kakeknya yang belum dia pahami sepenuhnya tadi malam. Matanya menatap tajam ke arah sungai di bawah batu tempat duduknya.
"Ton, apa hubungan mata batin dengan gangsingan seperti yang telah dikatakan kakek?"
"Hmm ... entahlah Son, gangsingan itu berputar dan berdengung ... Coba kau ingat-ingat lagi wejangan-wejangan kakekmu itu," jawab Tono sambil menoleh ke arah Sono.
Sono terlihat mengerutkan dahinya pertanda sedang berpikir keras mengingat-ingat wejangan kakeknya.
"Hmm ... gangsingan ... Putri. Cuma itu yang bisa kuingat, Ton."
Sono dan Tono tertawa, teringat kejadian waktu di arena Pasar Malam Perayaan Sekaten Alun-Alun Utara dulu.
(Ceritanya ada di sini : Perkenalan Singkat)
"Kau suka sama Putri, Son? Sayangnya kita tidak sempat menanyakan alamat rumahnya."