Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Tukang Sate Lontong Enggan Menjual Lontongnya

16 Desember 2018   04:59 Diperbarui: 16 Desember 2018   05:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mosok sih, Mas, ra duwe lontong? Tuku rong puluh wae ..." tanya Ibu itu lagi.

"Ga jual lontong, Bu. Tapi kalau mau beli sate berapapun tak kasih," jawab Cak Ahmad.

Ibu itu diam mendengar jawaban Cak Ahmad. Dia hanya butuh lontong tidak dengan satenya. Sebentar kemudian beliau pergi meninggalkan warung sate Cak Ahmad.

Aku tak habis mengerti kenapa Cak Ahmad menolak rejeki dengan tidak mau menjual lontongnya dan berbohong pada ibu itu? Aku memandang Cak Ahmad dengan penuh rasa penasaran. Rupanya dia tahu dan menjelaskan padaku mengapa dia berbuat seperti itu.

Sebentar lagi hari beranjak malam dan warung-warung makan akan tutup seiring habisnya menu makan dan nasi yang mereka tawarkan. Sementara masih ada orang-orang yang merasa lapar di malam hari, kemanakah mereka mencari makan?

"Nah ... saya mainnya di situ, Mas. Saat malam sudah tidak ada penjual nasi, orang-orang yang cari makan pasti akan beli sate lontong ..." kata Cak Ahmad panjang lebar.

"Kalau tadi si ibu membeli dua puluh lontong ... aku bisa kehabisan lontong. Matilah aku, ga iso dodolan meneh. Masak orang lapar cuma disuruh makan sate tok?" katanya lagi dengan logat Maduranya.

Hmm ... begitu rupanya. Ada strategi sederhana tapi harus benar-benar diperhatikan dalam berdagang atau berjualan. Cak Ahmad tidak bermaksud berbohong karena memang sate dan lontong itu satu paket. Dan bisa dibayangkan seandainya tukang sate kehabisan lontongnya. Malam-malam siapa yang mau beli sate tok sementara perut lapar keroncongan?

Solo.16.12.2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun