Mohon tunggu...
Boe Berkelana
Boe Berkelana Mohon Tunggu...

Pejalan. Menetap di Labuan Bajo-Flores, NTT

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manggarai Flores: Setia Memelihara Kearifan, Setia Memelihara Indonesia!

1 Mei 2014   06:55 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:59 1605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah pertanyaan yang tak perlu dan tak penting sebenarnya. Ngapain bertanya apakah sang tamu datang kerumah kita padahal  kita juga sudah tahu bahwa dia memang datang dan sedang ada dirumah kita? Tapi, yah disitulah bentuk penghargaan sang tuan rumahnya. Memang jika diartikan kedalam bahasa Indonesia akan menjadi seperti itu. Tapi jika diucapkan dalam bahasa Manggarai seperti beberapa kalimat diatas, maka akan terasa sakral dan melebihi makna arti terjemahan Bahasa Indonesianya. Ketika sang tuan rumah mengucapkan kalimat ruis, maka itu berarti ia menerima sang tamu dengan tangan terbuka dan dengan segenap keramahan yang ia punya. Sang tamu pun akan merasa dihargai dan kedatangannya disenangi. Maka ia menjawab,

" Iooo... ite"-   "Iya,,,, Pak/Bu (terimakasih)".

Setelah proses reis/ruis dilakukan, barulah sang tamu bisa mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya kepada tuan rumah. Pun jika sang tamu hanya datang berkunjung dan silaturahim biasa, maka setelah ruis barulah bisa membicarakan topik yang menarik untuk diperbincangkan. Biasanya topik yang sering dibahas dalam silaturahim warga Manggarai (terutama di kampung-kampung pelosok) adalah seputar keadaan kebun, harga Kemiri, Kopi, Sawah, dan topik seputar pertanian lainnnya. Namun jika sedang musim pemilu, maka topik seputar figur calon, anggota DPRD petahana, dan hal-hal lain terkait pemilun akan menjadi topik yang panjang untuk diperbincangkan. Pokoknya tergantung konteks dan situasi kapan sang tamu berkunjung.

Nah, tak lama setelah ruis, dan atau jika perbincangan sudah hangat, maka istri tuan rumah akan ke dapur. Menyalakan perapian (kebanyakan kampung di Manggarai masih menggunakan kayu bakar dalam memasak, kecuali di kota). Membuat beberapa gelas kopi hitam sesuai jumlah orang yang sedang berbincang. Bagi warga Manggarai, ruis dan Kopi hitam atau teh yang disuguhkan oleh sang tuan rumah adalah sebuah bentuk penyambutan terhadap tamu yang paling ideal. Perkawinan dua kearifan yang akan menyejukkan dan menentramkan hati sang tamu. Tuan rumah dianggap tidak menghargai tamu jika tidak melakukan ruis dan menyuguhkan kopi atau teh. Khusus untuk Kopi atau teh, bisa tidak disuguhkan jika tuan rumah memang benar-benar  mempunyai alasan yang kuat untuk tidak melakukannya. Seperti istri tidak sedang di tempat atau hal-hal lain yang diterima secara budaya dan pemakluman umum.

Jika kopi telah habis dan tak ada topik yang diperbincangkan, barulah lambu berakhir. Biasanya sang tamu dengan penuh sopan akan pamit, juga dalam bahasa Manggarai.

Demikianlah kearifan orang Manggarai dalam memuliakan tamunya. Sebuah konsep yang hingga hari ini masih bertahan dan dipraktikan oleh ame-ine (ayah-ibu) di Manggarai maupun warga Manggarai di perantauan; pelajar mahasiswa dan pekerja. Bagi warga Manggarai di perantauan, selain memahami pribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, juga tetap menjunjung tinggi kearifan hidup yang diwariskan tanah dading (kampung lahir). Pun jika tamu yang datang berkunjung bukan orang Manggarai dan tidak mengerti Bahasa Manggarai, maka ia akan tetap disalami dan 'diruis'. Jika itu dilakukan, seringkali sang tamu akan senyum-seyum penuh bingung yang membuat tuan rumah menjelaskan apa makna salaman dan ruis yang dimaksud.

Karena masalah ruis ini juga, kadang para orang tua di Manggarai mewanti-wanti putra-putranya di perantauan agar berhati-hati memilih wanita sebagai istri. Bisa memilih wanita diluar Manggarai, yang penting bisa memahami budaya dan keartifan lokal Manggarai. Tidak perlu cantik yang penting bisa 'ruis' -ramah terhadap tamu- dan bisa menyuguhkan kopi. Tentu mendapat gadis luar Manggarai yang cantik plus bisa ruis ala Manggarai adalah jodoh yang paling ideal juga tentunya. hahaha.

So, jika ada diantara Kompasianers yang suatu saat berkunjung ke Manggarai, bersiap-siaplah untuk menjawab ruis dari tuan rumah. Jika anda di ruis dengan penuh senyum, itu berarti they are more than just pleased to welcome you. :)


Anyaman Pandan

Identias budaya berikutnya yang sangat melekat dengan orang Manggarai adalah anyaman pandan, topi re'a (songkok pandan) dan loce (tikar).

Topi rea

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun