Dalam sebuah turnamen, mencapai hasil adalah sasaran utama. Bukan menampilkan permainan atraktif melawan tim gurem, lantas loyo menghadapi rival di pertandingan penentuan.
Seandainya tim pelatih Indonesia U17 memiliki rencana yang matang, fokus ketika melawan Malaysia adalah menguasai tempo permainan agar minimal bisa imbang atau kalah tipis saja. Indonesia bisa main dengan tempo "lambat tapi selamat" untuk meningkatkan akurasi umpan dan meminimalkan peluang Malaysia mencetak banyak gol.
Yang terjadi, timnas tampil sangat panik setelah kebobolan gol pertama Malaysia. Semestinya tim pelatih menginstruksikan agar pemain tampil lebih tenang dan mencegah lahirnya gol-gol mudah lawan.Â
Hal itu sepertinya tidak terjadi dalam laga melawan Malaysia. Para pemain kita justru kehilangan kesabaran dalam membangun umpan yang akurat.Â
Padahal, jika kalah tak begitu telak pada babak pertama, peluang mencetak gol-gol balasan bisa lebih terbuka.Â
Nasi sudah menjadi bubur. Kekalahan melawan Malaysia adalah pil pahit yang harus ditelan. Semoga kritik ini menjadi pemantik diskusi kita untuk kemajuan sepak bola nasional. Salam hormat untuk Bima Sakti, idola kita.Â