Kalau sekadar tanya halte, boleh saja. Akan tetapi, aturan itu nyatanya banyak juga dilanggar, baik oleh penumpang maupun sopir. Ya, maklumlah... kalau ketemu pribadi yang menarik dan ramah, siapa yang tidak mau ngobrol?Â
Pengalaman sedikit berbeda saya alami di sebuah negara maju. Di dalam bus, hanya saya dan teman saya dari Indonesia yang ngobrol.Â
Padahal waktu itu bus lumayan penuh. Setelah saya pikir-pikir, mungkin saya dan teman saya yang tidak sadar etika naik bus di negara itu. Tidak perlu ngobrol di dalam bus umum. Bicara seperlunya saja. Penumpang lain dan sopir juga perlu ketenangan, bukan?Â
Akhirnya saya kapok ngobrol di dalam bus di negara tersebut. Lebih baik bicara seperlunya, lalu menikmati panorama sepanjang perjalanan sembari mendengarkan musik lewat perangkat jemala (headset).Â
Sopir perlu konsentrasi tinggi
Mengemudi kendaraan umum adalah tugas berat karena menyangkut keselamatan umum. Karena itu, sopir kendaraan umum perlu konsentrasi tinggi.Â
Kita sebagai penumpang perlu bijaksana. Ada kalanya, sopir merasa senang diajak ngobrol. Akan tetapi, ada kalanya obrolan itu bisa mengganggu konsentrasi dan membuat lelah sopir.Â
Kita juga perlu perhatikan perbedaan budaya dan aturan hukum di setiap tempat. Ada tempat di mana sopir terbiasa bekerja tanpa gangguan akustik apa pun. Wajib tenang.Â
Ada pula tempat di mana justru sopir terbantu dengan musik. Sobat-sobat kompasianer dari Manggarai, Flores kiranya bisa cerita soal sopir-sopir minibus di sana yang  menyetel musik demi menarik minat penumpang.Â
Kapan sebaiknya tidak ngobrol dengan sopir?
Ada kalanya, kita sebagai penumpang juga perlu tahu, kapan saat yang harus dihindari untuk ngobrol dengan sopir.Â