Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Inilah Tiga Cara Inspiratif Singapura Didik Warga agar Santun dan Cerdas di Era Digital

16 Maret 2021   14:18 Diperbarui: 16 Maret 2021   15:30 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kelompok pesepeda berfoto ria bersama di depan ikon Singapura, Air Mancur Patung Merlion, di Marina Bay, Jumat pagi (19/06/2020). Hari Jumat ini adalah hari pertama Fase 2 Singapura menuju new normal hidup bersama dengan virus Covid-19. Pada Fase 2 roda perekonomian dan aktivitas kehidupan sehari-hari Singapura kembali pulih seperti sedia kala. (KOMPAS.com/ERICSSEN )

Survei Digital Civility Index oleh Microsoft menyatakan Indonesia berada pada peringkat ke-29 dari 32 negara dalam Indeks Keberadaban Digital pada 2020 lalu.

Survei ini melibatkan 16.000 remaja dan dewasa guna mengukur kesantunan digital tiap negara dengan menggunakan skala nol hingga 100. Semakin rendah skor DCI, semakin rendah pula risiko perlakuan buruk yang dialami pengguna internet di negara bersangkutan.

Beberapa pokok "ketidakberadaban" yang ditanyakan pada responden antara lain adalah soal berita bohong, tindakan penipuan,  dan tindakan tidak menyenangkan lainnya yang pernah dialami secara daring oleh responden dari negara bersangkutan.  


Survei DCI itu menempatkan Indonesia pada urutan 29. Indonesia memiliki skor 76 dan menjadi negara dengan tingkat keberadaban digital terendah di Asia Tenggara.  Vietnam (nilai 72), Thailand (69), Filipina (66), Malaysia (63), dan Singapura (59) berada di atas Indonesia.

Sayangnya, sejumlah warganet kita justru merisak penyelenggara jajak pendapat itu, yakni Microsoft. Akun Instagram Microsoft diserbu warganet kita yang merasa bahwa survei Microsoft menjelek-jelekkan Indonesia. Tindakan barbar ini justru menjadi semacam afirmasi atas hasil survei keberadaban digital yang menempatkan Indonesia di jajaran bawah.

Mari berkaca pada Singapura

microsoft.com
microsoft.com

Berbeda 180 derajat dari Indonesia, Singapura menempati posisi terbaik di antara negara-negara Asia Pasifik (termasuk Asia Tenggara) dalam Indeks Keberadaban Digital 2020 versi Microsoft itu.

Negeri Singa ini meraih nilai 59. DIbandingkan tahun sebelumnya, Singapura juga mencatat peningkatan. Tadinya Negeri Singa ini meraih skor 63.

Dengan skor 59, Singapura boleh berbangga menempati peringkat keempat dunia. Di atas Singapura, ada Amerika Serikat (dengan skor 56 di peringkat ketiga), Inggris Raya (skor 55 di peringkat kedua), dan Belanda (nilai 51 di peringkat teratas global).

Di tengah pandemi, penduduk Singapura justru makin merasa aman dalam berselancar di dunia maya tanpa mengalami perlakuan buruk. Terjadi penurunan tajam pelaporan perlakuan buruk daring yang dialami, yakni 15 persen pada 2020 dibandingkan 30 persen pada tahun sebelumnya.

Indonesia dan Singapura memang tidak bisa serta merta dibandingkan bak dua buah apel yang sama. Jumlah penduduk negeri kita adalah sekitar 271 juta jiwa. Singapura hanya sekitar 5,8 juta.  Akan tetapi, Indonesia perlu belajar dari negeri mini Singapura dalam mendidik warga untuk berlaku sopan di media sosial dan interaksi daring secara umum.


Singapura harus diakui lebih sejahtera secara ekonomi, namun perlu kita sadari bahwa kekayaan saja tidak menjamin keberadaban digital warga. Apa tiga cara inspiratif Singapura dalam mendidik warganya untuk santun, beradab, dan cerdas secara digital? 

1. Peningkatan mutu pendidikan 

Menurut PISA oleh OECD, Singapura dinyatakan sebagai dengan sistem pendidikan paling unggul di dunia pada 2015. Skor siswa-siswi SIngapura sangat memuaskan dalam bidang literasi, matematika dan sains. 

Bagaimana dengan Indonesia? Sayangnya, prestasi pelajar Indonesia dalam ketiga bidang ini masih belum membanggakan. Para pelajar kita hanya menempati peringkat 62, 61, dan 63 berturut-turut dalam sains, membaca, dan matematika. Jumlah total negara peserta survei PISA adalah 69. Artinya, Indonesia berada di papan bawah.

Secara konsisten  pemerintah Singapura menggalakkan Program Literasi Digital Nasional. Program ini membantu para pelajar Singapura untuk menguasai empat proses pendidikan digital:

(1) Find: mengumpulkan dan menilai informasi serta menggunakan sumber daya digital secara aman dan bertanggung jawab;

(2) Think: menafsirkan dan menganalisis data serta memecahkan masalah; 

(3) Apply: menggunakan software guna meningkatkan wawasan dan pengetahuan; 

(4) Create: menghasilkan produk digital dan bekerja sama secara daring.

Berkat pendekatan "Menemukan, Berpikir, Menerapkan, dan Menciptakan" ini, para pelajar Singapura menjadi warganet yang jauh lebih beradab. Mereka terbiasa menggunakan akses dunia maya untuk kebaikan dan tahu potensi risiko ketika berselancar di internet. 

2. Gerakan penyadaran membedakan berita palsu dan asli

facebook.com/SureAnotSG
facebook.com/SureAnotSG

Para mahasiswa Universitas Teknologi Nanyang, salah satu kampur tersohor Singapura pada tahun 2020 lalu meluncurkan program Sure Anot untuk membantu kaum lansia membedakan mana berita hoaks dan mana berita tepercaya. Hal ini dilatarbelakangi oleh hasil survei yang menunjukkan bahwa generasi tua cenderung gagap teknologi dan gagap informasi.

3. Gerakan literasi digital melalui kampanye menarik

Selain itu, pemerintah menggalakkan pula Singapore Kindness Movement yang berisi ajakan agar penduduk Singapura mempertimbangkan baik-baik sebelum mengunggah konten dan ujaran di media sosial.

Cobalah tonton video Singapore Kindness Movement ini. Sangat inspiratif!


Menariknya lagi, Singapore Kindness Movement ini mewartakan pesan juga melalui semacam serial bincang santai dengan tajuk "Be Kind, Be Happy".


Miniseri "Be Kind, Be Happy" ini membahas bagaimana menjadi tetangga yang baik di dunia nyata dan dunia maya. Pesan disampaikan secara sederhana dengan aneka bahasa dan dialek lokal Singapura. 

"Mari kita saling membantu sebagai tetangga. Bukankah pada awalnya kita dulunya adalah para migran dari aneka negara, tetapi bisa hidup rukun sebagai saudara?", demikian salah satu ajakan dalam tayangan itu. 



Indonesia, negeri besar ini punya 202 juta pengguna intenet. Artinya, lebih dari 73 persen total penduduk Indonesia adalah pengguna aktif internet. Besarnya jumlah pengguna internet ini perlu diimbangi dengan edukasi dan kampanye kesantunan digital. 

Indonesia tak perlu malu mencontoh kiat jitu tetangga kita, Singapura. Pemerintah perlu meningkatkan anggaran dan perhatian pada literasi (digital) warga.

Aneka LSM dan organisasi keagamaan dan kemasyarakatan bisa dilibatkan dalam upaya menanamkan kesopanan dan kecerdasan daring maupun luring.

Para pemengaruh dan selebritas perlu dilibatkan pula untuk membuat konten positif guna mendidik warga agar cerdas dan santun dalam hidup sehari-hari. 

Aneka video pendek dan kampanye edukasi menarik lain bisa dibuat agar tahun depan indeks keberadaban digital kita bisa membaik. Mari wujudkan kebaikan dan kesantunan mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan terdekat kita. Salam literasi. 

R.B. Diolah dari sebuah tulisan saya yang tayang di media lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun