Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ini 5 Hal yang Perlu Kita Lakukan Agar Dapat Membangun Rumah untuk Diri Sendiri dan Kaum Miskin

10 Februari 2021   12:39 Diperbarui: 11 Februari 2021   17:53 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi membeli rumah (Shutterstock via Kompas.com)

Rumah menjadi "syarat" penting setiap keluarga untuk mewujudkan keberadaannya. Rumah bukan sekadar bangunan. Rumah adalah bagian integral dan eksistensial dari setiap insan dan keluarga. 

Mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk menikah tentu tak boleh melupakan pentingnya menyiapkan rumah yang layak demi masa depan keluarga baru. Adakala tinggal bersama di "pondok mertua" menciptakan konflik yang sama-sama tidak diinginkan. Belum lagi ketika buah hati bertambah. 

Rumah sebagai identitas diri

Rumah menjadi bagian dari identitas diri kita. Bukankah setiap kali berjumpa kenalan baru, kita akan ditanya: "Rumahnya di mana?" atau "Tinggal di mana?"

Lazimnya jawaban kita pun akan mencerminkan kebanggaan atau rasa malu karena situasi rumah atau lingkungan tempat tinggal kita. Yang tinggal di perumahan mewah tentu akan menjawab dengan suara lantang. Yang tinggal di kawasan kumuh biasanya akan sedikit menyamarkan lokasi rumahnya.

Akan tetapi, masih bersyukur bila kita memiliki rumah. Dilansir laman unhabitat, lebih dari 1,8 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki perumahan yang layak. Setiap tahun 2 juta orang diusir secara paksa dari tempat tinggal mereka. Banyak orang diancam dengan penggusuran. Sekitar 150 juta orang di seluruh dunia kehilangan tempat tinggal.

Mereka yang belum dan tidak punya rumah layak huni

Cobalah kita tengok lingkungan sekitar kita. Kita yang tinggal di perkotaan nan padat tentu dengan mudah menjumpai orang-orang yang tidak punya rumah yang layak huni. Para pemulung, pengemis, buruh, dan orang-orang tersingkir lazimnya tidak memiliki rumah yang nyaman.

Dua anak jalanan tertidur pulas di trotoar perempatan Jalan Gelora, Jakarta. Foto yang diabadikan oleh fotografer Kompas Alif Ichwan ini menjadi foto yang ditampilkan di pameran foto Unpublished di Bentara Budaya Jakarta, 6-12 Februari 2017.(KOMPAS / ALIF ICHWAN)
Dua anak jalanan tertidur pulas di trotoar perempatan Jalan Gelora, Jakarta. Foto yang diabadikan oleh fotografer Kompas Alif Ichwan ini menjadi foto yang ditampilkan di pameran foto Unpublished di Bentara Budaya Jakarta, 6-12 Februari 2017.(KOMPAS / ALIF ICHWAN)
Kita yang tinggal di perdesaan tentu juga dengan mudah menemui tetangga yang rumahnya tidak layak dihuni atau tetangga yang tinggal menumpang di rumah kerabat dalam kondisi yang kurang nyaman.

Akan tetapi, persoalan belum memiliki rumah layak huni rupanya menjadi permasalahan juga bagi orang-orang yang bukan termasuk kaum termiskin. Banyak orang dari kalangan menengah ke bawah belum memiliki rumah yang layak huni.

Ada data yang menarik tentang kaum muda Indonesia dan kepemilikan rumah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2019 jumlah pemuda di tanah air kita sekitar 64,19 juta jiwa. Ini adalah seperempat dari keseluruhan warga Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun