Nah, penulis sebagai insan humanis seharusnya juga bersikap manis. Ramah, santun, rendah hati, jujur. Semua keutamaan yang diajarkan agama-agama perlu dimiliki penulis. Tanpanya, penulis kehilangan jati dirinya yang humanis.
Mohon maaf, saya pun sering gagal menjadi penulis humanis yang manis. Menulis ungkapan hati ini bukan berarti saya sudah sempurna. Justru saya menyadari, betapa jauhnya kenyataan diri dari idealisme yang saya tulis sendiri.
Salam hormat untuk seluruh rekan penulis dan pembaca Kompasiana.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!